DAYA INSEKTISIDA DAN DAYA REPELLENT EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) TERHADAP HAMA GUDANG Sitophilus zeamais Motschulsky

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

Daya Insektisidal Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth) dan Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC.) pada Hama Gudang Sitophilus zeamais (Motsch.

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

UJI BEBERAPA KONSENTRASI TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidia sepium Jacq.) TERHADAP HAMA Sitophilus zeamais M. PADA BIJI JAGUNG DI PENYIMPANAN

PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

POTENSI BIOAKTIVITAS INSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM TUMBUHAN API-API JAMBU (Avicennia Marina)

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

PENGARUH EKSTRAK BUNGA KENANGA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

Ciawi, Bogor a Korespondensi: Muhammad Adi Nugraha, E mail:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

UJI REPELENSI DARI EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Cytrus hystrix) TERHADAP HAMA BERAS Sitophilus oryzae Linnaeus (Coleoptera: Curculionidae) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

I. PENDAHULUAN. Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB III METODE PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

DAYA INSEKTISIDAL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn.) dan BUAH LERAK (Sapindus rarak DC.) PADA HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis

PEMANFAATAN EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN NYIRI BATU (Xylocarpus moluccensis (Lamk) M. Roem.) (Meliaceae) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

I. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Aplikasi pestisda nabati

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

UJI MOLUSKISIDA NABATI LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga (L.) Willd.) TERHADAP KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck)

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

SKRIPSI. Oleh : SAMIWAHYUFIRANALAH F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

UJI TOKSISITAS BEBERAPA GULMA SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA BUBUK PADA PENYIMPANAN BENIH JAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG

Transkripsi:

36 Alfia et al. Daya Insektisida dan Daya Repellent DAYA INSEKTISIDA DAN DAYA REPELLENT EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) TERHADAP HAMA GUDANG Sitophilus zeamais Motschulsky The Insecticide Toxicity and Repelling Ability of Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) Leaf Extract on Maize Weevil (Sitophilus zeamais Motsch) Alfia Wulansari 1a, Nur Rochman 2, dan Setyono 2 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor. 2 Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor * Jl Tol Ciawi No 1 Kotak Pos 35 16720 a E-mail: alfia.wulansari@unida.ac.id ABSTRAK Hama gudang Sitophilus zeamais Motschulsky adalah hama primer yang merusak jagung di dalam gudang penyimpanan. Pengendalian S. zeamais dapat dilakukan dengan penggunaan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daun jeruk purut sebagai pestisida nabati yang mematikan dan menolak kehadiran hama gudang Sitophilus zeamais Motschulsky. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Seameo Biotrop pada bulan Maret - Agustus 2018. Kegiatan penelitian meliputi dua percobaan, masing-masing menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan pada setiap konsentrasi ekstrak daun jeruk purut. Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji pendahuluan daya insektisida adalah 0%, 2%, 4%, 6% dan 8% dan pada uji pendahuluan daya repellent adalah 1%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji utama daya insektisida dan daya repellent adalah 3%, 6%, 9%, 12% dan 15%. Mortalitas tertinggi S. zeamais di antara konsentrasi yang dicoba sebesar 82,2% terdapat pada 15% pada 72 JSP (jam setelah perlakuan). Penolakan tertinggi S. zeamais di antara konsentrasi yang dicoba sebesar 95% terdapat pada 9% pada 24 JSP dan termasuk efektifitas yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun jeruk purut lebih berpotensi sebagai insektisida dibanding repellent pada hama gudang Sitophilus zeamais Motschulsky. Kata kunci: Pestisida nabati, Pengendalian nabati, Penolak, Insektisida, Kumbang bubuk ABSTRACT Sitophilus zeamais Motsch. is a primary storage insect pest damaging maize grains. Control of S. zeamais can be done by applying biopesticide. This study was aimed at assessing the ability of Jeruk Purut leaf extract, as biopesticide, to kill and repel Sitophilus zeamais Motsch. The study was conducted at Entomology Laboratory, Seameo Biotrop in March to August 2018. A completely randomized design with three replicates in each rate of Jeruk Purut leaf extract was used. In preliminary pesticide toxicity experiment, five rates of Jeruk Purut leaf extract, namely 0%, 2%, 4%, 6%, and 8% were applied. In preliminary repelling ability experiment, five rates of Jeruk Purut leaf extract, namely 1%, 2%, 4%, 6%, and 8% were applied. In the main pesticide toxicity and repelling ability trial, five rates of Jeruk Purut leaf extract, namely 3%, 6%, 9%, 12%, and 15% were applied. Results showed that in 24 hour after treating (HAT) no significant effects were found. Significant effects of Jeruk Purut leaf extract as insecticide on S. zeamais were found in 48 and 72 HAT. The highest mortality rate (82.2%) of S. zeamais was found in 15% rate of Jeruk Purut leaf extract in 72 HAT. The application of Jeruk Purut leaf extract was not found to give significant effects on repelling S. zeamais in 24, 48, and 72 HAT as indicated in their sharply fluctuating repellent values. The highest repelling ability (95%) was found in the application of 9% Jeruk Purut leaf extract in 24 HAT. It was concluded that Jeruk Purut leaf extract was more potential as insecticide repellent for Sitophilus zeamais Motsch. Key words: biopesticide, repellent, insecticide, maize, primary storage insect pest

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 5 Nomor 1, April 2019 37 PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu komoditas yang memiliki peran dalam pembangunan sektor pertanian (Ningsih et al. 2017). Jagung memiliki banyak manfaat di antaranya sebagai bahan pangan, pakan, industri dan sebagai bahan bakar alternatif (biofuel) (Balitbangtan 2015). Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 19.612.435 ton meningkat dari tahun 2014 yang hanya mencapai 19.008.426 ton (BPS 2017). Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan berbagai manfaat dari jagung. Peningkatan produksi jagung diiringi dengan penurunan kualitas selama di penyimpanan karena serangan hama gudang atau Sitophilus zeamais Motschulsky. Kerusakan jagung akibat serangan hama gudang mencapai 30-100% (Nonci dan Muis 2015). Untuk mengurangi kerugian dilakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik membawa dampak negatif seperti hama utama menjadi resisten dan residu yang tersisa akan menjadi toksik apabila masuk ke dalam rantai makanan (Ramlan dan Supartinah 2002). Oleh sebab itu perlu adanya alternatif pengendalian yang dapat menekan hama gudang Sitophilus zeamais yang bersifat ramah lingkungan, salah satu alternatif tersebut dengan penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan. Asmaliah et al. (2010) menyatakan bahwa jeruk purut merupakan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati karena kandungan metabolit sekundernya. Daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu minyak atsiri, flavonoid, fenolik, steroid, terpenoid, alkaloid dan kumarin (Rahmi et al. 2013) yang dapat dijadikan sebagai bahan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya insektisida dan daya repellent ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) sebagai pestisida nabati terhadap hama gudang Sitophilus zeamais Motschulsky, serta dapat diperoleh konsentrasi yang mematikan 50% hama (LC50) dan 95% hama (LC95) juga konsentrasi yang dapat menolak kehadiran hama 80%. BAHAN DAN METODE Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2018 di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP, Jl. Raya Tajur km 6, Bogor. Alatalat yang digunakan selama penelitian adalah tempat pengembang-biakan serangga, tempat pengujian, selang, kertas saring, rotatory evaporator, solder, gelas ukur, erlenmeyer, corong, pipet, dan kertas saring. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian adalah hama gudang Sitophilus zeamais, jagung, daun jeruk purut, dan etanol 96%. Rearing Hama Gudang Sitophilus zeamais Rearing adalah pengembangbiakan hama. Rearing dilakukan dengan menginfestasikan imago hama gudang Sitophilus zeamais. Hama didapatkan dari Laboratorium Entomologi Seameo Biotrop. Sebanyak 100 ekor hama gudang S. zeamais dimasukkan ke dalam toples yang sudah diisi 250 g jagung. Jagung berfungsi sebagai pakan dan media berkembang biak, kemudian toples disimpan selama ±6 minggu dengan suhu ruangan. Pada minggu kedua dilakukan pemisahan imago indukan pada media lain. Serangga yang dipakai pada pengujian adalah serangga turunan pertama. Pembuatan Pestisida Nabati Daun jeruk purut sebanyak 5 kg dibersihkan dan dikeringkan. Daun jeruk kemudian dihancurkan hingga halus. Bahan yang sudah halus dimaerasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama tiga jam, kemudian disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring sehingga menghasilkan filtrat yang jernih. Larutan dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 45ºC sehingga dihasilkan hasil ekstrak yang kental. Hasil ekstrak disimpan pada lemari pendingin sampai pengujian dilakukan. Uji Daya Insektisida Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji pendahuluan adalah 0%, 2%, 4%, 6%, dan

38 Alfia et al. Daya Insektisida dan Daya Repellent 8%. Setiap konsentrasi menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji utama daya insektisida adalah 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15%. Setiap konsentrasi menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Ekstrak jeruk purut dilarutkan dengan pelarut sesuai konsentrasi, pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Larutan ekstrak dioleskan pada kertas saring Whatman secara merata kemudian dikeringanginkan. Kertas saring ditempelkan pada cawan kemudian dimasukkan 30 ekor imago S. zeamais pada cawan kemudian cawan ditutup. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah S. zeamais yang mati pada 24 jam setelah perlakuan (JSP), 48 JSP, dan 72 JSP. Uji Daya Repellent Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji pendahuluan adalah 1%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Setiap konsentrasi menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji utama daya repellent adalah 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15%. Setiap konsentrasi menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Sebanyak 45 g jagung direndam sesuai konsentrasi masing-masing selama 1 menit kemudian dikeringkan, sementara untuk kontrol 45 g jagung hanya direndam pada pelarut etanol 96%. Tempat pengujian berupa toples yang diberi lubang pada salah satu sisinya dengan diameter 1,5 cm. Antara toples pertama dengan toples kedua dengan dihubungkan menggunakan selang yang berdiameter 1,5 cm, pada toples kedua dengan toples ketiga juga dihubungkan dengan selang dengan diameter 1,5 cm. Sebanyak 15 g jagung yang sudah diberikan perlakuan dimasukkan ke dalam toples pertama, 15 g jagung kontrol dimasukkan pada toples ketiga, imago S. zeamais sebanyak 30 ekor dimasukkan ke dalam toples kedua. Pengamatan dilakukan dengan menghitung S. zeamais yang masuk pada toples perlakuan dan toples kontrol pada 24 JSP, 48 JSP, dan 72 JSP. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu ekstrak daun jeruk purut sebagai pestisida nabati. Pada penelitian ini akan dilakukan dua percobaan, yaitu percobaan ekstrak daun jeruk purut sebagai insektisida yang mematikan hama dan ekstrak daun jeruk sebagai repellent yang menolak kehadiran hama. Rumus persentase kematian adalah: P = n x 100% N Keterangan: P = Persentase kematian n = Jumlah individu yang mati N = Jumlah individu yang digunakan Rumus persentase penolakan adalah: X= k p+k x 100% Keterangan: p = jumlah serangga yang masuk ke dalam wadah perlakuan k = jumlah serangga yang masuk ke dalam wadah tanpa perlakuan X = Presentase rata-rata penolakan Keefektifan daya repellent dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: Baik : x 80% Kurang baik : x < 60% Cukup baik : 60% x < 80% HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pendahuluan Daya Insektisida Ekstrak Daun Jeruk Purut Hasil uji pendahuluan menunjukkan adanya peningkatan mortalitas (kematian) hama jagung Sitophilus zeamais pada 24, 48, dan 72 JSP. Mortalitas tertinggi pada uji pendahuluan sebesar 55,6% terjadi pada konsentrasi 8% pada 72 JSP dan mortalitas terendah sebesar 0% terjadi pada konsentrasi 0% pada 24 JSP (Gambar 1).

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 5 Nomor 1, April 2019 39 Gambar 1 Rata-rata mortalitas hama gudang Sitophilus zeamais pada uji pendahuluan Uji Utama Daya Insektisida Ekstrak Daun Jeruk Purut Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji utama yaitu 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% (v/v). Dari konsentrasi tersebut didapatkan hasil mortalitas tertinggi sebesar 82,2% terjadi pada 15% pada 72 JSP. Mortalitas terendah terdapat pada konsentrasi 3% yang hanya mencapai 3,30% pada 24 JSP (Gambar 2). Ekstrak daun jeruk purut pada 24 JSP tidak memiliki pengaruh yang nyata sehingga tidak dapat dilakukan analisis regresi. Berbeda dengan 48 JSP dan 72 JSP yang memiliki pengaruh nyata sebagai insektisida Sitophilus zeamais sehingga perlu dilakukan analisis regresi. Gambar 2 Rata-rata mortalitas hama gudang Sitophilus zemais pada uji utama Mortalitas hama S. zeamais pada 48 JSP disajikan pada Gambar 3 dan menunjukkan hasil yang signifikan. Hubungan mortalitas dengan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut pada 48 JSP menghasilkan suatu persamaan regresi linear dengan y = 1,6667x + 0,1056 dengan R 2 = 0,791. Berdasarkan persamaan tersebut mortalitas maksimal tidak dapat dicari karena persamaan berbentuk regresi linear, sementara apabila mencari LC50 dibutuhkan konsentrasi sebesar 24% dan mencari LC95 dibutuhkan konsentrasi sebesar 51%. Berdasarkan hasil tersebut, maka LC50 dan LC95 pada 48 JSP belum dicapai pada konsentrasi yang diterapkan.

MORTALITAS MORTALITAS 40 Alfia et al. Daya Insektisida dan Daya Repellent 48 JSP y = 1.6667x + 0.1056 R² = 0.791 50% 40% 30% 17% 13% 23% 27% 27% 43% 40% 33% 10% Mortalitas hama S. zeamais pada 72 JSP disajikan pada Gambar 4 dan menunjukkan hasil yang signifikan. Hubungan mortalitas dengan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut pada 72 JSP menghasilkan suatu suatu persamaan regresi linear dengan y = 3,2593x + 0,2778 dengan R 2 =0,7381. Berdasarkan persamaan tersebut 0% 0% 3% 6% 9% 12% 15% KONSENTRASI Gambar 3 Persamaan regresi pada 48 JSP Uji Utama mortalitas maksimal tidak dapat dicari karena persamaan berbentuk regresi linear, sementara apabila mencari LC50 dibutuhkan konsentrasi sebesar 7% dan mencari LC95 dibutuhkan konsentrasi sebesar 21%. Berdasarkan hasil tersebut maka LC50 sudah dapat dicapai dan LC95 pada 72 JSP belum dicapai pada konsentrasi yang diterapkan. 72 JSP y = 3.2593x + 0.2778 R² = 0.7381 100% 80% 60% 40% 50% 43% 37% 47% 50% 37% 57% 50% 47% 73% 67% 53% 90% 87% 70% 0% 0% 3% 6% 9% 12% 15% KONSENTRASI Uji Pendahuluan Daya Repellent Ekstrak Daun Jeruk Purut Hasil uji pendahuluan daya repellent ekstrak daun jeruk purut terhadap hama jagung Sitophilus zeamais pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan (JSP) ditunjukkan pada Gambar 5. Daya repellent pada 24 JSP memiliki grafik dengan angka yang berfluktuatif tajam. Rata-rata daya repellent pada 24 JSP mencapai 68% pada konsentrasi 1%, kemudian turun menjadi 51% pada konsentrasi 2% kemudian turun kembali Gambar 4 Persamaan regresi pada 72 JSP uji utama menjadi 41% pada konsentrasi 4%, dan naik menjadi 83% pada konsentrasi 6% dan turun kembali menjadi 43% pada konsentrasi 8%. Sementara pada 48 dan 72 JSP cenderung memiliki alur grafik yang sama meski dengan angka yang berbeda. Daya repellent tertinggi pada 48 JSP terjadi pada konsentrasi 4% yaitu sebesar 75,91% dan terendah pada konsentrasi 1% yaitu 39,46%. Sementara itu daya repellent tertinggi pada 72 JSP mencapai 84,85% terjadi pada konsentrasi 6% dan terendah hanya mencapai 52,24% terjadi pada konsentrasi 1%.

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 5 Nomor 1, April 2019 41 Gambar 5 Rata-rata daya repellent hama gudang Sitophilus zeamais pada uji pendahuluan Uji Utama Daya Repellent Ekstrak Daun Jeruk Purut Konsentrasi yang diaplikasikan pada uji utama yaitu 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% (v/v). Dari konsentrasi tersebut didapatkan hasil daya repellent tertinggi sebesar 95% dengan konsentrasi 9% pada 24 JSP. Daya repellent terendah terdapat pada konsentrasi 15% yang hanya mencapai 24% pada 48 JSP (Gambar 6). Pengaruh ekstrak daun jeruk purut pada 24 JSP, 48 JSP, dan 72 JSP tidak memiliki pengaruh yang nyata sebagai repellent Sitophilus zeamais, sehingga tidak diperlukan analisis regresi pada ketiga JSP tersebut. Gambar 6 Rata-rata daya repellent pada 24 JSP, 48 JSP dan 72 JSP pada uji utama. Tabel 1 Hasil uji utama Konsentrasi Repellent (%) 24 JSP 48 JSP 72 JSP 3% 56* 64** 64** 6% 48* 57* 57* 9% 95*** 91*** 86*** 12% 43* 57* 51* 15% 48* 24* 42* Rata-rata 58* 58,6* 60** Keterangan: Tingkat efektifitas repellent (*** = Baik, **= Cukup baik, *=Kurang baik)

42 Dwi et al. Pertumbuhan dan Produksi Aksesi Kemangi Berdasarkan Tabel 1 tingkat keefektifan repellent daun jeruk purut terhadap S. zeamais kurang baik, terlihat dari banyaknya persentase repellent di bawah 60%. Persentase repellent 60% - 80% atau efektifitas cukup baik hanya terdapat pada konsentrasi 3% pada 48 JSP dan 72 JSP. Persentase repellent di atas 80% atau efektifitas baik hanya terdapat pada konsentrasi 9% pada 24, 48, dan 72 JSP. Ratarata keefektifan repellent pada 24 dan 48 JSP kurang baik, sedangkan pada 72 JSP cukup baik. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Sitophilus zeamais termasuk ke dalam hama yang sangat aktif bergerak dan menyerang biji jagung. Selama masa rearing (pengembangbiakan hama) selama ± 6 minggu, jagung sebagai media tempat tumbuh hama berlubang dan perlahan menjadi hancur/bubuk. Tandiabang (2007) menyatakan bahwa S. zeamais disebut sebagai kumbang bubuk, dan dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan. Tumbuhan memiliki metabolit sekunder yang berfungsi sebagai pertahanan dari serangan organisme pengganggu (Asmaliyah et al. 2010). Dalam penelitian ini organisme penggangu yang menjadi sasaran adalah hama gudang Sitophilus zeamais. Keunggulan pestisida nabati yaitu pembuatannya murah dan mudah untuk dilakukan dalam skala kecil (rumah tangga), tidak meninggalkan efek negatif bagi lingkungan (Saenong 2016). Jeruk purut mengandung berbagai macam metabolit sekunder sehingga pada penelitian ini daun jeruk purut yang berhasil di ekstrak berwarna hijau tua sampai kehitaman. Warna tersebut berasal dari pigmen klorofil dan pigmen lainnya dalam daun yang dilarutkan oleh etanol (Munawaroh dan Handayani 2010). Pengujian daya insektisida ekstrak daun jeruk purut terhadap hama gudang Sitophilus zeamais mengalami kenaikan mortalitas seiring dengan meningkatnya konsentrasi dan waktu pengamatan (24, 48 dan 72 JSP). Mortalitas pada uji pendahuluan tertinggi mencapai 55,6% terjadi pada konsentrasi 8% pada 72 JSP. Uji pendahuluan dengan konsentrasi yang dicoba hanya mencapai LC50, sehingga perlu dilakukan uji utama untuk mendapatkan LC95. Hasil dari uji utama menunjukan hal yang hampir serupa dengan uji pendahuluan, bahwa terjadinya peningkatan rata-rata mortalitas seiring dengan adanya peningkatan konsentrasi meski pada JSP tertentu terdapat penurunan rata-rata mortalitas hama. Peningkatan mortalitas seiring dengan peningkatan konsentrasi menunjukkan bahwa semakin banyak daun jeruk purut yang dipakai sebagai pestisida nabati, maka semakin efektif dalam mematikan hama. Sitronelal pada minyak atsiri daun jeruk purut memiliki aktivitas sebagai bahan insektisida dan bersifat racun kontak dengan serangga (Lestari et al 2015). Racun kontak adalah terjadinya kematian hama/serangga akibat terjadinya kontak fisik serangga dengan insektisida (Joharina dan Alfiah 2012). Prosedur pengujian berupa cawan yang di dalamnya terdapat kertas saring yang telah dioleskan ekstrak daun jeruk purut, kemudian dimasukan S. zeamais membuat terjadinya kontak antara hama dengan kertas saring sehingga terjadi kematian pada hama. Pada penelitian ini dari konsentrasi yang telah dicoba belum bisa mencapai mortalitas 95% dan hanya bisa mencapai mortalitas 80%. Hal ini diduga karena kandungan sitronelal yang dihasilkan pada saat ekstraksi tidak banyak karena menggunakan pelarut etanol. Penelitian Munawaroh dan Handayani (2010) menyatakan bahwa pelarut etanol menghasilkan kadar sitronelal dari ekstrak jeruk purut sebanyak 65,99% lebih sedikit dibanding menggunakan pelarut N-heksana dengan kadar sitronelal sebanyak 97,27%. Pengujian daya repellent ekstrak daun jeruk purut terhadap hama gudang Sitophilus zeamais pada uji pendahuluan dan uji utama mengalami nilai repellent yang berfluktuatif selama pengamatan 24, 48, dan 72 JSP. Persentase repellent yang berfluktuatif tajam membuat hasil pada 24, 48, dan 72 JSP pada uji utama tidak berpengaruh nyata, sehingga tidak bisa dilakukan analisis regresi.

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 5 Nomor 1, April 2019 43 Minyak atsiri sebagai metabolit sekunder utama pada daun jeruk purut memiliki kelemahan terutama dalam hal stabilitas dan efektifitasnya (Hartati 2012). Karena stabilitas yang masih kurang optimal menjadi penyebab fluktuasi nilai penolakan hama pada uji repellent. Penurunan daya repellent yang terjadi diduga disebabkan karena karakter minyak atsiri yang mudah menguap (Shinta 2012) sehingga semakin lama maka kemampuan repellent akan semakin menurun. Faktor lain penyebab fluktuasi pada daya repellent adalah prosedur pengujian yang belum efektif, sehingga menyebabkan S. zeamais yang sudah berada di toples kontrol dapat bergerak bebas menuju toples perlakuan dan sebaliknya, dengan begitu data yang didapat menjadi fluktuatif. Kesimpulan KESIMPULAN Mortalitas tertinggi S. zeamais di antara konsentrasi yang dicoba sebesar 82,2% terdapat pada 15% pada 72 JSP. Penolakan tertinggi S. zeamais di antara konsentrasi yang dicoba sebesar 95% terdapat pada 9% pada 24 JSP dan termasuk efektifitas yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun jeruk purut lebih berpotensi sebagai insektisida dibanding repellent pada hama gudang Sitophilus zeamais Motschulsky. Saran 1. Perlu dilakukan prosedur pengujian yang lebih efektif untuk daya repellent. 2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai metode atau cara pengaplikasian pestisida nabati ekstrak daun jeruk purut. DAFTAR PUSTAKA Asmaliyah, Wati H, Utami S, Mulyadi K, Yudhistira, dan Sari FW. 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Secara Tradisional. Jakarta: Kementerian Kehutanan. Balitbangtan [Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian]. 2015. Outlook Komoditas Pangan Strategis. Bogor: Balitbangtan. BPS [Badan Pusat Statistik] 2017. Produksi Jagung di Indonesia. [Online] http://www.bps.go.id [Di akses 09 Januari 2018]. Hartati SY. 2012. Prospek pengembangan minyak atsiri sebagai pestisida nabati. Jurnal Perspektif. 11 (1): 45 58. Joharina AS, Alfiah S. 2012. Analisis deskriptif insektisida rumah tangga yang beredar di masyarakat. Jurnal Vektora. 4 (1): 23 32. Lestari S, Jayuskal A, dan Indrayanu Y. 2015. Bioaktivitas minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap rayap tanah (Coptotermes Sp.). JKK 4(4). 83-88. Ningsih Y, Salbiah D, dan Sutikno A. 2007. Uji beberapa konsentrasi tepung daun gamal (Gliricidia sepium Jacq.) terhadap hama Sitophilus zeamais M. pada biji jagung di penyimpanan. JOM Faperta UR. 4 (1). Pekanbaru: Jurusan Agroteknologi - Universitas Riau. Nonci N, Muis A. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae). Maros: Balai Penelitian Tanaman Serelia. Munawaroh S, Handayani PA. 2010. Ekstraksi minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dengan pelarut etanol dan n- heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. 2(1): 73-78. Rahmi U, Manjang Y dan Santoni A. 2013. Profil fitokimia metabolit sekunder dan uji aktivitas antioksidan tanaman jeruk purut (citrus histrix DC) dan jeruk bali (Citrus maxima (burm.f.) merr). Jurnal Kimia Unand. 2(2): 109 114. Ramlan A, Supartinah I. 2002. Eksplorasi formasi keanekaragaman jenis, potensi dan pemanfaatan tumbuhan bahan pestisida alami di provinsi Jawa Barat dan Banten. Berita Biologi. 6 (3): 393 400.

44 Dwi et al. Pertumbuhan dan Produksi Aksesi Kemangi Saenong MS. 2016. Tumbuhan Indonesia potensial sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama kumbang bubuk jagung (Sitophilus spp.). Jurnal Litbang Pertanian. 35 (3): 131 142. Shinta. 2012. Potensi minyak atsiri daun nilam (Pogostemon cablin B.), daun babadotan (Ageratum conyzoides L), bunga kenanga (Cananga odorata hook F & Thoms) dan daun kenanga (Rosmarinus officinalis L) sebagai repellant terhadap nyamuk Aedes aegypti L. Media Litbang Kesehatan. 22 (2): 61 69. Tandiabang, JA. Tenrirawe, dan Surtikanti. 2007. Pengelolaan hama pascapanen jagung dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Maros: Balai Penelitian Serealia.