184 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192



dokumen-dokumen yang mirip
Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

Pengaruh Media Animasi Submikroskopik terhadap Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Mahasiswa

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

JURNAL PENDIDIKAN IPA VETERAN Volume 1 Nomor 1, 2017

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

PENERAPAN STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG-GANTING KABUPATEN TANAH DATAR.

PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa

Keefektifan Pembelajaran Model Quantum Teaching Berbantuan Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Gunung Pati, Semarang. Diterima: 3 Maret Disetujui: 4 April Dipublikasikan: 30 Juli 2016 ABSTRACT

KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Unnes Physics Education Journal

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

ABSTRAK. Kata Kunci: REACT, Penomoran NHT, Interaksi Belajar, Prestasi Belajar

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION

PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU

Elida Tambunan dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

PERBANDINGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF BIOLOGI YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PENEMUAN TERBIMBING

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

Keefektifan Pembelajaran Pogil Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pokok Peluang

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Yusniar Rasjid STKIP Pembangunan Indonesia Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 99B Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Pusat kajian statistik pendidikan Amerika (National Center for Educational

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW (SQ3R) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

HUBUNGAN KUALITAS KEGIATAN ONLINE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LAJU REAKSI PADA PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

JOURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN DISCOVERY-INQUIRY DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIMAN PONOROGO

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI EKOLOGI

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

JURNAL. Oleh: LILIK MUHAIDAH NPM: Dibimbing oleh : 1. Dr. Suryo Widodo, M.Pd. 2. Nurita Primasatya, M.Pd.

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2 Mei 2012 Halaman 53-59

[53] Jurnal Biotik, ISSN: , Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014, Hal ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 16 PADANG

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

Nurasia Jurusan Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo

Rezki Hidayat*, Maria Erna **, R Usman Rery*** NO Hp:

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

*Maratul Afidah **Ade Purmatisa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 PARIAMAN

Transkripsi:

184 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ ISSN: 2338-9117 Jurnal Pendidikan Sains Vol.2, No.4, Desember 2014, Hal 184-192 Pengaruh Model Solving dan Posing serta Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa Ratna Kartika Irawati Pendidikan Kimia-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. E-mail: ratna.kartika24@gmail.com Abstract: Chemistry concepts understanding features abstract quality and requires higher order thinking skills. Yet, the learning on chemistry has not boost the higher order thinking skills of the students. The use of the learning model of Solving and Posing in observing the innate ability of the student is expected to resolve the issue. This study aims to determine the learning model which is effective to improve the study of the student with different level of innate ability. This study used the quasi-experimental design. The research data used in this research is the quiz/test of the class which consist of 14 multiple choice questions and 5 essay questions. The data analysis used is ANOVA Two Ways. The results showed that Posing is more effective to improve the student compared to Solving, students with high level of innate ability have better outcomes in learning rather than the students with low level of innate ability after being applied with the solving and posing model, further, Solving and Posing is more suitable to be applied to the students with high level of innate ability. Key Words: problem solving, problem posing, higher order thinking skills, innate ability, learning outcomes Abstrak: Pemahaman konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran kimia belum mendorong siswa melakukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penggunaan model pembelajaran Solving dan Posing dengan memperhatikan kemampuan awal siswa diduga dapat mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar dengan kemampuan awal siswa yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Data penelitian menggunakan tes hasil belajar yang terdiri atas 14 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Analisis data menggunakan uji ANOVA Two Ways. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Posing lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan Solving, siswa berkemampuan awal tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah, serta Solving dan Posing lebih cocok diterapkan kepada siswa yang berkemampuan awal tinggi. Kata kunci: problem solving, problem posing, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan awal, hasil belajar Salah satu materi kimia SMA yang mengandung konsep-konsep yang bersifat abstrak dan membutuhkan kemampuan matematika adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Tacettin dan Canpolat, 2003). Pada materi tersebut terdapat beberapa konsep seperti kesetimbangan kelarutan, kation, anion, ion senama, dan lain-lain. Konsep-konsep tersebut bersifat abstrak sebab berhubungan dengan ion, molekul dan reaksi kesetimbangan yang tidak dapat diamati oleh mata. Materi kelarutan dan ha-sil kali kelarutan juga mengandung konsep-konsep yang pemahamannya membutuhkan keterampilan matematika, misalnya menghitung kelarutan, menghitung K sp dan membandingkan nilai K sp dengan Qc. Tacettin dan Canpolat (2003); Stevens (2000); dan Cacciatore dkk. (2008) menyatakan bahwa siswa kesulitan memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga mengalami kesalahan konsep. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru kimia SMA Negeri 1 Lawang, diketahui bah- 184 Artikel diterima 30/05/2014; disetujui 10/10/2014 184

Irawati, Pengaruh Model Solving dan Posing...185 wa siswa kelas XI IPA di sekolah tersebut mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kesulitan terjadi karena siswa belum memahami konsep-konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan benar atau dapat juga disebabkan kesulitan menggunakan operasi matematika. Kenyataannya guru lebih mengutamakan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Nurrenben dan Pickering (1987), serta Nakhleh dan Mitchell (1993) menyebutkan bahwa guru menganggap siswa yang mampu menggunakan operasi matematika berarti sudah memahami konsep kimia dengan baik. Banyak siswa yang dapat menyelesaikan masalah/soal kimia tetapi belum memahami konsep dengan baik (Sawrey, 1990 dan Cardellini, 2006), sehingga diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi kesulitan siswa. Pemahaman konsep kimia yang baik, terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, cenderung diperoleh apabila siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi yang baik (Zohar dan Dori, 2003). Berdasarkan Taksonomi Bloom, tiga proses kognitif teratas yaitu menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang akan memberikan hasil belajar tingkat tinggi. Selama ini ada kecenderungan soal-soal yang diberikan kepada siswa hanya menuntut keterampilan berpikir tingkat rendah. Pembelajaran kimia lebih menekankan pada definisi konsep dan kemampuan algoritmik yang hanya memerlukan proses berpikir mengingat, mendefinisikan, memahami dan menerapkan (Zoller dan Pushkin, 2007). Hal ini menyebabkan keterampilan berpikir tingkat rendah lebih terlatih dibandingkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan yang efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu model Solving. Lyle & Robinson (dalam Rahayu, 2001) menyebutkan bahwa model pembelajaran Solving dalam ilmu kimia merupakan proses yang meliputi gabungan dari pengetahuan dasar dan keterampilan dasar. Langkah-langkah dalam Solving menurut Polya (2004) seperti pada Tabel 1. Model Solving dapat digunakan dalam pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan sebab dalam Solving tidak hanya membutuhkan kemampuan operasi matematika ataupun pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga membutuhkan kemampuan menganalisis, merencanakan dan mengevaluasi hingga membuat kesimpulan (Cardellini, 2006). Penerapan model Solving diharapkan dapat mengembangkan proses berpikir siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Selain model Solving, ada model pembelajaran lain yang dapat diajukan dalam pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, yaitu Tabel 1. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Solving Langkah Solving Memahami masalah Merancang solusi Melaksanakan solusi Review Penjelasan Siswa memahami masalah yang diberikan sehingga tujuan dari masalah ini dapat teridentifikasi. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam langkah pertama ini, yaitu : membaca masalah atau tugas dan menyatakan kembali dengan katakata sendiri; menginterpretasikan atau mensimulasikan situasi; menemukan data yang relevan; membuat gambar atau diagram untuk mengatur data yang diberikan. Siswa menemukan unsur-unsur yang penting; menguraikan masalah dan mencoba untuk mengidentifikasi strategi pemecahan yang tepat; menentukan pendekatan yang tepat dalam menyelesaikannya. Siswa menggunakan perkiraan solusi untuk menyelesaikan masalah sehingga tujuan dari masalah menjadi jawaban perkiraan bukan jawaban pasti. Siswa dapat menjelaskan langkah-langkah dalam penyelesaiannya; memeriksa langkah demi langkah pada solusi yang diajukan; dan apabila rencana yang disusun tidak dapat menyelesaikan masalah maka mencari solusi yang lain dan lebih sesuai. Penyelesaian masalah dapat berupa penyelesaian secara kuantitatif atau kualitatif. Siswa dapat mengevaluasi hasil yang diperoleh (masuk akal atau tidak) dan membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh, serta dapat memberikan alternatif solusi untuk memecahkan masalah. Tahap ini dapat membantu siswa mengidentifikasi konsep materi yang berhubungan dengan masalah dan meninjau kembali proses ketika siswa menyelesaikan masalah.

186 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192 Tabel 2. Tahap-tahap dalam Pembelajaran Posing Tahap Posing Mengulas materi Membentuk masalah Memeriksa solusi Review Penjelasan Siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi baru yang diperoleh. Siswa membaca dengan baik apabila ada informasi yang penting Siswa mengingat kembali tentang apa yang diajarkan oleh guru Siswa menggunakan kata-kata sendiri ketika membaca informasi baru. Siswa memeriksa jika sudah mendapatkan masalah yang diinginkan. Siswa harus mampu mempertimbangkan kemungkinan masalah yang ada sebelum mengajukannya. Siswa harus sudah memahami masalah yang akan diajukan. Siswa dapat menggambarkan diagram untuk membantu memahami masalah yang akan diajukan dan mampu memikirkan model pemecahan pertama sebelum mengajukan masalah. Siswa memeriksa solusi untuk masalah yang dibuat dan melihat apakah solusinya masuk akal. Siswa mempertimbangkan semua solusi masalah yang timbul Siswa harus memeriksa solusi dan mengerjakannya. Siswa dapat mengevaluasi proses-proses yang telah dilakukan. Dalam tahap ini juga dimungkinkan siswa dapat mengajukan masalah yang berbeda. Siswa dapat melihat kembali seberapa baik masalah yang telah diajukan. Posing. English (1997) menyebutkan bahwa model pembelajaran Posing dapat mengubah cara berpikir siswa, meningkatkan rasa percaya diri serta membantu memahami konsep dengan baik. Beberapa langkah dalam model Posing yang dikemukakan oleh Chua dan Yeap (2009) ditunjukkan pada Tabel 2. Model pembelajaran Posing dapat digunakan dalam pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebab penerapan model pembelajaran tersebut mengembangkan proses berpikir siswa dan melibatkan operasi matematika. Penerapan model Posing juga dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah (Chua dan Yeap, 2009). Penggunaan model pembelajaran Posing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain model pembelajaran, kemampuan awal juga perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Konsep-konsep yang sudah ada dalam diri siswa merupakan kemampuan awal. Kemampuan awal berpengaruh dalam proses pembentukan pengetahuan siswa sehingga perlu diperhatikan agar proses pembentukan pengetahuan dalam diri siswa berjalan dengan baik (Adams dan Bruce, 1980 dalam Lipson, 1982). Sebagian besar guru jarang memperhatikan aspek kemampuan awal siswa, sehingga pada saat pembelajaran kemampuan awal belum dipertimbangkan. Kemampuan awal adalah konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa dan terkait dengan konsepkonsep yang ada pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif antara Solving dan Posing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau dari kemampuan awal siswa. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu untuk menguji perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Solving dan Posing, serta ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dua kelas eksperimen digunakan sebagai sampel penelitian. Satu kelas eksperimen diberi perlakukan dengan menggunakan model Solving dan kelas eksperimen lainnya menggunakan model Posing. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen faktorial 2 x 2 (Tabel 3). Pada variabel bebas pertama, siswa dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran, yaitu Solving dan Posing.Variabel bebas kedua, siswa dikategorikan berdasarkan tingkat kemampuan awalnya, yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kemampuan awal siswa menjadi dua kelompok berdasarkan rata-rata nilai kelas. Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling dari 5 kelas XI IPA SMAN I Lawang tahun ajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel.

Irawati, Pengaruh Model Solving dan Posing...187 Tabel 3. Desain Eksperimen Hasil Belajar dengan Faktorial 2 x 2 Hasil Belajar berdasarkan Kemampuan Model Pembelajaran Awal Siswa PS PP Tinggi PS-T PP-T Rendah PS-R PP-R Keterangan: PS-T : hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa pada model pembelajaran Solving dengan kemampuan awal tinggi PS-R: hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa pada model pembelajaran Solving dengan kemampuan awal rendah PP-T : hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa pada model pembelajaran Posing dengan kemampuan awal tinggi PP-R : hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa pada model pembelajaran Posingdengan kemampuan awal rendah Data penelitian yang dikumpulkan yaitu hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi setelah pembelajaran Solving dan Posing dilaksanakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar pemahaman dan tingkat tinggi. Hasil belajar pemahaman dan pemahaman tingkat tinggi siswa diukur setelah pembelajaran dengan model Solving dan Posing dilaksanakan. Tes yang digunakan untuk mengukur kedua aspek tersebut adalah multiple choice dan essay tests. Tes dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan proses kognitif Taksonomi Bloom mulai C1 hingga C6. Hasil belajar pemahaman dapat ditunjukkan dengan nilai tes multiple choice dengan jenjang mulai dari C1-C3. Hasil belajar tingkat tinggi diukur dengan soal yang berjenjang dari C4 (menganalisis) sampai C6 (menciptakan). Tes hasil belajar terdiri atas 14 soal pilihan ganda dengan validasi isi sebesar 96,1% dan 5 soal essai dengan validasi isi sebesar 94%. Pengukuran reliabilitas soal diperoleh dari rumus Cronbach s Alpha dengan nilai 0,71 untuk soal pilihan ganda dan 0,70 untuk soal essai. Teknik analisis data statistik bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Solving dan Posing serta kemampuan awal terhadap hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Uji hipotesis menggunakan Analisis Varian (ANOVA) Two Ways dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk menguji hipotesis dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. HASIL Belajar Pemahaman Kemampuan siswa dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditunjukkan oleh nilai siswa pada aspek kognitif. Hasil belajar pemahaman siswa diperoleh dari hasil ulangan harian materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan jenjang soal mulai C1-C3. Soal pilihan ganda yang mengukur hasil belajar tingkat tinggi adalah nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 14. Tabel 4 menunjukkan deskripsi data hasil belajar pemahaman materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Belajar Tingkat Tinggi Siswa Data hasil belajar tingkat tinggi siswa terdapat dalam soal ulangan harian kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan kriteria soal C4-C6. Soal pilihan ganda yang mengukur hasil belajar tingkat tinggi adalah nomor 5, 9, 10, 11, 12, dan 13. Soal essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat tinggi adalah nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Nilai hasil belajar tingkat tinggi siswa kelas Solving dan Posing dapat dilihat pada Tabel 5. Sebelum dianalisis dengan ANOVA Two Ways, maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan hasil seperti pada Tabel 6 dan 7. PEMBAHASAN Hasil Belajar Pemahaman Berdasarkan hasil uji ANOVA Two Ways pada Tabel 8, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Belajar Pemahaman Siswa Kelas Solving Posing Kemampuan Standar Skor Ratarata Minimum Maksimum Skor N Rerata Awal Siswa Deviasi Tinggi 18 18,5 77 38 100 70 Rendah 14 16,1 63 38 88 Tinggi 17 14,7 83 50 100 79 Rendah 15 11,1 74 50 88

188 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192 signifikan antara hasil belajar pemahaman siswa yang dibelajarkan dengan Solving dengan siswa yang dibelajarkan dengan Posing dengan taraf siginifikansi (0,033) < (0,05). Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai tes kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa pada kelas Posing (79) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas Solving (70) seperti pada Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa model Posing mempunyai potensi yang lebih baik dibandingkan model Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhuraida (2010) bahwa hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan Posing lebih tinggi dibandingkan dengan nilai fisika siswa yang dibelajarkan dengan Solving. Model Posing termasuk model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar pemahaman siswa. Brown dan Walter (1990) menyatakan bahwa pengajuan masalah dapat mengembangkan pemahaman konsep yang lebih baik. Penerapan model Posing dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, sebab masalah yang ditimbulkan berasal dari siswa itu sendiri (Moses dkk, 1993). Pemaparan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Novianti (2011) bahwa model Posing lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan model Solving. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Posing menghasilkan gained score yang lebih tinggi dibandingkan Solving. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh model Posing diantaranya adalah melatih kemampuan menyelesaikan masalah, meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri sebab masalah yang ditimbulkan berasal dari siswa itu sendiri (Norman dan Bakar, 2011). Model Posing mempunyai potensi lebih baik dibandingkan Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hasil uji ANOVA Two Ways pada Tabel 8 menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang berkemampuan awal tinggi dan rendah pada taraf signifikansi (0,007) < (0,050). Pada Tabel 4, hasil belajar pemahaman siswa berkemampuan awal tinggi yang dibelajarkan dengan Solving mempunyai rata-rata nilai hasil belajar sebesar 66. Siswa yang berkemampuan awal rendah mempunyai rata-rata nilai hasil belajar sebesar 55. Pada kelas Posing siswa yang berkemampuan awal tinggi mempunyai rata-rata nilai hasil belajar sebesar Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Belajar Tingkat Tinggi Siswa Kelas Solving Posing Kemampuan Standar Skor Ratarata Minimum Maksimum Skor N Rerata Awal Siswa Deviasi Tinggi 18 15,7 65 43 98 61 Rendah 14 12,3 54 31 72 Tinggi 17 17,3 71 50 98 68 Rendah 15 14,1 64 41 86 Tabel 6. Hasil Uji Normalitas pada Kelas Solving dan Posing Kelas Solving Posing Data yang diuji Hasil Belajar Pemahaman Hasil Belajar Tingkat Tinggi Hasil Belajar Pemahaman Hasil Belajar Tingkat Tinggi Kemampuan awal Asymp. Sig Taraf Sig. Keterangan Tinggi 0,559 0,05 Terdistribusi Normal Rendah 0,509 0,05 Terdistribusi Normal Tinggi 0,904 0,05 Terdistribusi Normal Rendah 0,995 0,05 Terdistribusi Normal Tinggi 0,319 0,05 Terdistribusi Normal Rendah 0,284 0,05 Terdistribusi Normal Tinggi 0,652 0,05 Terdistribusi Normal Rendah 0,928 0,05 Terdistribusi Normal Tabel 7. Hasil Uji Homegenitas Data yang Diuji Hasil belajar pemahaman Hasil belajar tingkat tinggi Levene Sig. Statistics 1,016 0,392 1,013 0,393

Irawati, Pengaruh Model Solving dan Posing...189 Tabel 8. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Siswa terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Hasil Belajar Tingkat Tinggi Source Dependent Variable Sig. H o Model Belajar Hasil belajar pemahaman.033 Ditolak HBTT.040 Ditolak Kemampuan Awal Hasil belajar pemahaman.022 Ditolak HBTT.007 Ditolak Model Belajar * Kemampuan Awal Hasil belajar pemahaman.441 Diterima HBTT.569 Diterima 72, sedangkan siswa berkemampuan awal rendah memiliki nilai sebesar 65. Siswa berkemampuan awal tinggi cenderung mempunyai nilai tes akhir tinggi, sedangkan siswa berkemampuan awal rendah cenderung mempunyai nilai tes akhir rendah. Svinicki (2003) menyebutkan salah satu manfaat dari kemampuan awal adalah membantu siswa untuk menghubungkan kemampuan awal dengan konsep baru sehingga pemahaman konsep yang baik dapat dibentuk oleh siswa. Siswa membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan kemampuan awal dengan konsep baru. Siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mampu menghubungkan konsep lama dengan konsep baru dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah, sehingga siswa yang berkemampuan awal tinggi dapat memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tobias (1994) dan Setyowati (2012), bahwa siswa berkemampuan awal tinggi lebih mampu memperbarui pengetahuan baru yang diperoleh dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Pada kelas Solving dan Posing kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar pemahaman. Berdasarkan Tabel 8 tentang hasil uji ANOVA Two Ways pada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar pemahaman siswa menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan terhadap hasil belajar siswa dengan taraf signifikan (0,441) > (0,050). Hal ini menunjukkan bahwa Solving maupun Posing mempunyai potensi untuk meningkatkan hasil belajar pemahaman pada siswa berkemampuan awal tinggi maupun rendah. Tabel 4 menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan awal tinggi mempunyai rata-rata nilai hasil belajar pemahaman lebih tinggi dibandingkan dengan siswa berkemampuan awal rendah, baik pada kelas Solving maupun Posing. Hal ini berarti Solving dan Posing sesuai diterapkan kepada siswa yang berkemampuan awal tinggi dan belum sesuai diterapkan pada siswa berkemampuan awal rendah. Pelaksanaan model pembelajaran Solving dan Posing membutuhkan beberapa kemampuan seperti kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan mengajukan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Zoller dan Pushkin, 2007). Hal tersebut menyebabkan kreativitas siswa yang berkemampuan awal tinggi lebih mudah dikembangkan dalam menyelesaikan masalah ataupun mengajukan masalah dibandingkan siswa yang berkemampuan awal rendah sehingga mempengaruhi proses belajar siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh Cardellini (2006) dan Fadillah (2011), bahwa siswa berkemampuan awal tinggi lebih mudah menyelesaikan masalah dengan tahap-tahap dalam model Solving dibandingkan dengan siswa berkemampuan awal rendah. Proses belajar siswa yang berkemampuan awal tinggi berlangsung lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Model Solving dan Posing lebih sesuai diterapkan pada siswa yang berkemampuan awal tinggi dibandingkan pada siswa yang berkemampuan awal rendah. Hasil Belajar Tingkat Tinggi Pada Tabel 8, hasil uji ANOVA Two Ways menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan model Solving dan Posing dengan taraf signifikansi (0,040) < (0,05). Hasil belajar tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan Posing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan Solving. Model pembelajaran Posing cenderung lebih efektif dalam melatih berpikir tingkat tinggi siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Solving. Perbedaan hasil belajar tingkat tinggi pada kedua model juga disebabkan oleh perbedaan proses kognitif yang digunakan dalam model

190 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192 Tabel 9. Perbedaan Proses Kognitif dalam Solving dan Posing Model Pembelajaran Solving Lanjutan Tabel 9. Posing Langkah-Langkah Kegiatan Berpikir Keterampilan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa Memahami masalah Interpreting Understanding (C2) Organizing Analyze (C4) Merancang solusi Planning Create (C6) Melaksanakan solusi Implementing Applying (C3) Review Checking Evaluate (C5) Generating Create (C6) Pengulasan materi Differentiating Analyze (C4) Pembentukan masalah Producing Create (C6) Checking Evaluate (C5) Pemeriksaan solusi Checking Evaluate (C5) Review Checking Evaluate (C5) Generating Create (C6) Solving dan Posing. Perbedaan proses kognitif yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa semua tahap dalam Posing mengandung kegiatan berpikir tingkat tinggi. Pada tahap-tahap Solving, ada dua tahap yang termasuk kegiatan berpikir tingkat rendah dan tiga tahap yang termasuk kegiatan berpikir tingkat tinggi. Siswa yang dibelajarkan dengan model Posing membutuhkan proses kognitif yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan Solving (Mestre, 2002). Penggunaan model pembelajaran Posing dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk berpikir tingkat tinggi (Norman dan Bakar, 2011; Silver dkk., 1996; Kaberman dan Dori, 2007), sebab siswa diajak untuk menciptakan suatu masalah dari suatu kondisi tertentu. Model Posing lebih efektif untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dibandingkan model Solving. Hasil uji ANOVA Two Ways pada Tabel 8, menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar tingkat tinggi siswa yang berkemampuan awal tinggi dengan siswa yang berkemampuan awal rendah dengan taraf signifikansi (0,030) > (0,050). Pada kelas Solvingyang ditunjukkan Tabel 5, siswa yang berkemampuan awal tinggi mempunyai rata-rata nilai hasil belajar tingkat tinggi sebesar 65. Siswa yang berkemampuan awal rendah mencapai nilai hasil belajar tingkat tinggi sebesar 54. Pada kelas Posing, siswa yang berkemampuan awal tinggi mencapai nilai hasil belajar tingkat tinggi sebesar 71, sedangkan siswa yang berkemampuan awal rendah mencapai nilai 64. Baik kelas Solving maupun kelas Posing, hasil belajar tingkat tinggi siswa yang berkemampuan awal tinggi berbeda dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar tingkat tinggi siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Shapiro (2004), bahwa kemampuan awal berpengaruh dalam hasil belajar siswa, termasuk hasil belajar tingkat tinggi. Dengan memperhatikan kemampuan awal siswa, maka guru dapat menentukan porsi materi untuk siswa agar dapat mengembangkan proses kognitif sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tingginya dengan baik. Siswa yang berkemampuan awal tinggi lebih mampu mengembangkan proses kognitifnya sehingga lebih mudah mengerjakan soal berpikir tingkat tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian McNamara dkk. (1996), bahwa siswa yang berkemampuan awal tinggi cenderung memperoleh hasil belajar tingkat tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar tingkat tinggi siswa. Dari Tabel 8 diketahui bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar tingkat tinggi siswa dengan taraf signifikansi (0,569) > (0,05). Hal ini berarti Solving maupun Posing memiliki potensi untuk melatih proses berpikir tingkat tinggi pada siswa berkemampuan awal tinggi juga rendah. Jika ditinjau dari kemampuan awal, siswa yang berkemampuan awal tinggi mempunyai nilai hasil belajar tingkat tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Kondisi tersebut terlihat dalam kelas Solving juga kelas Posing. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Solving dan Posing sesuai diterapkan pada siswa yang berkemampuan awal tinggi dan kurang sesuai diterapkan pada siswa yang berkemampuan awal rendah.

Irawati, Pengaruh Model Solving dan Posing...191 Langkah-langkah pembelajaran model Solving dan Posing membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang ditunjukkan pada Tabel 9. Siswa yang berkemampuan awal tinggi lebih mudah mengembangkan proses berpikir tingkat tingginya dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nasution (1995), bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih cepat untuk berpikir, memahami suatu konsep, dan menganalisis masalah tertentu dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan awal rendah. Kondisi tersebut menyebabkan proses belajar dengan menggunakan Solving dan Posing pada siswa yang berkemampuan awal tinggi berlangsung lebih efektif dibandingkan siswa yang berkemampuan awal rendah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan bahwa model Posing lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi siswa dibandingkan dengan model Solving; siswa berkemampuan awal tinggi memperoleh hasil belajar pemahaman dan hasil belajar tingkat tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa berkemampuan awal rendah; model Solving dan Posing lebih sesuai diterapkan pada siswa yang berkemampuan awal tinggi. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka guru kimia SMA agar menggunakan model Posing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan seharusnya memperhatikan kemampuan awal siswa untuk menentukan langkah-langkah dalam pembelajaran kimia, sebab materi kimia berurutan. DAFTAR RUJUKAN Caccriatore, K.L., Amado, J., Evans, J.J. 2008. Connecting Solubility, Equilibrium, and Perodicity in a Green, Inquiry Experiment for the General Chemistry Laboratory. Journal of Chemical Education, 85(2): 251-253. Cardellini, L. 2006. Fostering Creative Solving in Chemistry Through Group Work. Chemistry Education Research and Practice, 7:131-140. Chua, P.H. & Yeap, B.H. 2009. Posing Performance Grade 9 Students in Singapore On An Open Ended Stimulus. National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapore. English, L.D. 1997. Seventh-Grade Posing From Open Ended Situations. Centre for Mathematics and Science Education, 20:29-50. Fadillah. 2011. Pengaruh Kemampuan Awal dan Kemampuan Berpikir Logis Hasil Belajar Matematika. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Kaberman, Z., dan Dori, Y.J. 2007. Question Posing, Inquiry, And Modeling Skills Of Chemistry Students In The Case-Based Computerized Laboratory Environment. International Journal of Science and Mathematics Education, 7:597-625. Lipson, M.Y. 1982. Learning New Information From Text: The Role of Prior Knowledge and Reading Ability. Journal of Reading Behavior, 16(3): 243-261. McNamara, D.S. 1996. Are Good Texts Always Better? Interactions of Text Coherence, Background Knowledge, and Levels of Understanding in Learning From Text. Cognition and Instruction, 14(1):1-43 Mestre, J.P. 2002. Probing Adults Conceptual Understanding and Transfer of Learning via Posing. Applied Development Psychology, 23:9-50. Moses, B., Bjork, E., Goldenberg, P. 1993. Beyond Solving: Posing. Brown dan Walter (Ed.), Posing: Reflections and Applications (hlm 177-188). London: Lawrence Erlbaum Associates. Nakhleh, M.B. & Mitchell, R.C. 1993.Concept Learning versus Solving. Journal of Chemical Education, 70(3):190-192. Nasution. 1995. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jammars. Norman, I. & Bakar, M.N. 2011.Secondary School Students Posing Strategies: Implications To Secondary School Students Posing Performances. Journal of Edupres, 1:1-8. Novianti, D. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Solving dan Cooperative Posing terhadap Kualitas Proses Kognitif dan Hasil Belajar untuk Pokok Bahasan Termodinamika Kimia. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

192 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 4, Desember 2014, Halaman 184-192 Nurrenben & Pickering, M. 1987. Concept Learning versus Solving: Is There a Difference? Journal of Chemical Education, 64(6):508-510. Polya, G. 2004. How to Solve It (John Conway, Ed).United State of America: Princenton University Press. Rahayu, S. 2001. Kecenderungan Pembelajaran Kimia di Awal Abad 21. Jurnal Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengajarannya, 31(2):271-279. Sawrey, B.A. 1990. Concept Learning versus Solving: Revisited. Journal of Chemical Education, 67(3):253-254. Setyowati, I. 2012. Pengaruh Variasi Media pada Cooperative Learning Cycle 5 E (CLC 5e) dan Kemampuan Awal terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Materi Laju Reaksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Shapiro, A.M. 2004. How Including Prior Knowledge As A Subject Variable May Change Outcomes of Learning Research. American Educational Research Journal, 41(1):159-189. Silver, E.A., Mamona-Downs, Leung, Kenney, P.A. 1996. Posing Mathematical s: An Exploratory Study.Journal for Research in Mathematics Education, 27(3):293-309. Stevens, K. E. 2000. Experimentation and Group Discussion as a Means of Determining Solubility Rules. Journal Chemical Education, 77(3):327-328. Svinicki, M. 1993. What They Don t Know Can Hurtthem: The Role of Prior Knowledge in Learning. The Professional & Organizational Development Network in Higher Education, 5(4):1-5. Tacettin dan Canpolat. 2003. Student s Understanding of Solution Chemistry Concepts. Journal Chemical Education, 80(11):1328-1332. Zohar & Dori. 2003. Higher Order Thinking Skills and Low Achieving Students: Are They Mutually Exclusive? The Journal of The Learning Sciences, 12(2): 145-181. Zhuraida. 2010. Perbandingan antara Metode Solving dan Metode Posing terhadap Hasil Belajar Fisika (pada Konsep Zat dan Wujudnya di SMP Nusantara Plus Ciputat). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Jakarta. Zoller, U. & Pushkin, D. 2007.Matching Higher Order Cognitive Skills (HOCS) Promotion Goals with - Based Laboratory Practice in a Freshman Organic Chemistry Course. Chemistry Education Research and Practice, 8(2):153-171.