bab satu baron Hari itu adalah hari Jumat. Tepatnya Jumat pukul 22.45



dokumen-dokumen yang mirip
SETAHUN DI KOTA KECIL Guna Sitompul. Edit & Convert: inzomnia.

Santhy Agatha. Perjanjian Hati. Penerbit : Saira Publisher

JINGGA UNTUK MATAHARI

Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

THE LABOURS OF HERCULES. by Agatha Christie TUGAS-TUGAS HERCULES. Alih bahasa: Widya Kirana. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Djvu bu Syauggy_ar TXT by Raynold taman bacaan/ Ebook pdf oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website

365 Hari Tuntunan Menulis

Serial Tujuh Manusia Harimau (1) Pantang Berdendam

Ki Putih Kelabu rupanya sudah mengakhiri pidatonya. Guru Gumara mencoba memahami kalimat terakhir guru yang rendah hati itu.

GENTA KEMATIAN. oleh Teguh Suprianto. Cetakan pertama. Penerbit Cintamedia, Jakarta. Penyunting : Puji S. Gambar Sampul oleh Soeryadi

Delapan kasus mencekam yang memiliki satu kesamaansemuanya dipecahkan dengan brilian oleh Miss Marple

Sumitro Danurejo -ayah Bram- keluar dari rumah. Sebelum membuka pintu pagar lelaki ini

SATU. NENEK berwajah angker itu lari laksana dikejar. setan. Namun mendadak dia menghentikan larinya

-TRUE STORY GITTA SESSA WANDA CANTIKAKISAH NYATA GADIS BERUSIA 13 TAHUN BERTAHAN HIDUP DARI KANKER GANAS PALING MEMATIKAN DI DUNIA.

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

ORANG ORANG YANG BERTAHAN DARI TSUNAMI

Download ebook/audiobook Indonesia Gratis: Berpikir dan Berjiwa Besar 1

Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Dendam Manusia Paku

LUPUS JJS - JALAN-JALAN SERAM SAAT PALING BAHAGIA...

WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212

KAU TAK PERLU MENCINTAIKU

Harga Diri. Kunci Kesuksesan dan Pencapaian Prestasi. Ariesandi S.,CHt SekolahOrangtua.com

DI LATAR BELAKANG BISA DITAMBAHKAN LAYAR, TEMPAT DIPROYEKSIKAN SATU ATAU BEBERAPA FOTO HITAM-PUTIH, DARI TAHUN 1945-AN. ATAU TAK PERLU APA-APA.

Berpusat beragam serta bagaimana membuat anak bermakna untuk semua. Pada Anak. Perangkat 4.1 Memahami Proses Pembelajaran dan Peserta Didik 1

Bebas lepas beterbangan. dari taman ke taman. mencari kembang harum jelita. untuk kuhisap sari madunya. setelah puas kumenikmatinya

RICK JOYNER THE VISION. THE FINAL QUEST and THE CALL. Two International Bestsellers In One Volume

Ilmu Pengetahuan Sosial

LUPUS. THE LOST BOY : SALAH CULIK Ebook by Syauqy_arr 1 AIR MATA PALSU

Pembuat E-book: Scan buku ke DJVU: Abu Ke isel Conve rt & Edit: Paulustjing Ebook oleh: De wi KZ

Tidak Ada. Ajahn Chah

Transkripsi:

bab satu baron Hari itu adalah hari Jumat. Tepatnya Jumat pukul 22.45 malam. Di Ibu Kota, sebagian warga memilih menghabiskan waktu dengan mencari hiburan di bawah cahaya lampu remang-remang atau di balik kegelapan malam seperti bar, klab disko, tepi jalan-jalan arteri, bioskop, dan tempat karaoke. Lain halnya dengan Baron, laki-laki berusia 25 tahun ini terpaksa bertahan di hadapan meja kantornya selama 13 jam terakhir. Hamparan dokumen nyaris menutupi notebook miliknya. Meskipun tampak tak beraturan, letakletak dokumen tersebut memiliki makna tersendiri bagi Baron, memberi petunjuk untuk menyelesaikan tugasnya sebagai penyelidik di sebuah perusahaan asuransi. Ketika bolpoin di tangannya terjatuh, Baron baru sadar bahwa selama lima menit ini dia hanya memutar-mutar benda tersebut di tangan tanpa tujuan. Ia membiarkan bolpoin itu tetap menggelinding menjauh darinya di atas karpet. Apa yang sedang kulakukan, geram Baron letih, tangan kanannya bergerak otomatis mengusap wajahnya yang berminyak. Dia sudah menghabiskan waktu di sini terlalu lama. Dan untuk apa? Tidak ada kemajuan setitik pun yang diperolehnya selama dua jam terakhir. Klaim tersebut masih tampak sah, seperti pengakuan yang dibuat nenek itu pagi tadi di hadapan Baron dan Haris, atasan Baron. Tetapi, tentu saja, seperti peringatan Haris: sebelum semua bukti terkumpul, pihak perusahaan harus tetap skeptis dan mencari kemungkinan penipuan dari klaim yang dibuat klien. Tidak ada yang terlewat. Aku sudah selesai memeriksa semuanya sejak sore ini. Tapi itu bohong, kata suara lain di dalam kepalanya. Baron sadar ia terus-menerus menghindar dari keharusan untuk membaca berkas hasil pemeriksaan dokter yang tebalnya mencapai 50 halaman. 8 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 9

Haruskah aku membacanya? Kemungkinan untuk menemukan sesuatu di sini kecil sekali dibanding usahanya. Baron terlonjak ketika Blackberry miliknya bergetar di samping meja. Baron mengambil benda tersebut dan membuka pesan yang masuk. From: Gaby Kamu di mana, Ron? Reuninya sudah selesai. Jangan-jangan kamu lupa kita ada reuni SMA jam 8 tadi? To: Gaby Sori. Tunggu aku di sana, sebentar lagi aku jemput. Sent. Apa boleh buat, kata Baron dalam hati, tangannya bergerak mengumpulkan kertas-kertas dokumen seraya bangkit dari kursinya. Terpaksa dia harus menggunakan jatah akhir minggu untuk menyelesaikan tugas-tugas ini di apartemennya. Gaby pasti akan jengkel karena dia lagilagi gagal menyediakan waktu santai untuk mereka. Kalau kujelaskan baik-baik... Sebetulnya, Baron ingat betul tentang reuni tersebut. Acara reuni SMA ini sudah direncanakan sejak dua bulan lalu di sebuah grup WhatsApp. Baron sudah menunggununggu kesempatan bertemu lagi dengan kawan-kawan lamanya seperti Adam dan Samson. Walaupun demikian, seminggu terakhir ini dia sadar bahwa kesempatan tersebut harus ditunda gara-gara tugas kantor yang menumpuk. Dia akan tetap marah, pikir Baron lesu. Dirinya sudah membatalkan janji jalan-jalan terlalu banyak bulan ini. Baron sadar kalau belakangan ini dia terlalu ambisius dengan pekerjaannya. Keseimbangan antara kehidupan profesional dan kehidupan pribadinya semakin terganggu semenjak Haris memberinya kenaikan jabatan. Setelah membilas wajahnya di toilet, Baron berjalan cepat menuju koridor elevator yang gelap. Saat itu, tinggal dia sendirian di lantai gedung tersebut. Semua karyawan lain sudah pulang dan lampu-lampu sudah dimatikan. Baru 10 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 11

sedetik ia menekan tombol panggil elevator, teleponnya kembali berdering. Halo, Gaby? kata Baron sambil mengepit tas kerjanya di tangan lain. Kamu di mana? tuntut suara Gaby dari telepon. Pestanya sudah selesai barusan. Semuanya mencari kamu. Aku... masih di kantor, aku segera ke sana sekarang - tidak akan lama, kata Baron cepat, berharap dengan demikian Gaby tidak punya waktu untuk mencecarnya lebih lama. Dari ujung sana, Baron bisa mendengar gadis itu mendesah kecewa. Tunggu.. tunggu dulu Baron mendengar Gaby berbicara dengan seorang laki-laki di tengah riuhnya percakapan (Baron menduga teman-temannya masih berkumpul dan belum bubar sepenuhnya). Kurasa yang lain masih ingin lanjut... oh, nanti kutelepon lagi kalau kami jadi mencari tempat lain. Baron melirik arlojinya. Sudah pukul 22.53. Sekarang sudah hampir tengah malam, protes Baron, Aku harus mengantarmu pulang. Aku tidak mau dimarahi orangtuamu lagi. Suara tawa Gaby menenangkan Baron. Oh, ayolah! Aku sudah izin pulang lebih larut khusus untuk malam ini. Kau belum bertemu Adam, kan? Oh, kau juga harus melihat Tiara! Dia cantik sekali sekarang. Terus, terus... Aku berangkat sekarang, nanti tulis saja kalian mau ke mana, kata Baron. Elevator yang ditunggu akhirnya datang bersama bunyi denting lembut. Sudah, ya. Dahh..., balas Gaby. Baron melangkah masuk menembus cahaya terang elevator. Tak lama kemudian, elevator itu meluncur turun dalam laju yang mulus. Sebelumnya Baron tidak sempat mengamati dirinya di kaca toilet. Saat dia melihat bayangannya sendiri di pantulan pintu kaca elevator, seorang pemuda jangkung yang terlihat letih balas memandangnya dia mengenakan kemeja biru, celana bahan hitam, dan sepatu pantofel hitam licin. Rambutnya hitam pendek dan lurus, tipikal karyawan korporat. Di bawah bola matanya yang cokelat gelap terdapat kantong-kantong mata kusam akibat kekurangan tidur selama berminggu-minggu. Baron menaikkan kerah kemeja birunya, mengendurkan simpul dasi dan membuka satu kancing agar bisa bernapas lega. Aku harus beralih profesi, batin Baron. 12 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 13

Bukan baru-baru ini saja dia memikirkan hal tersebut. Dia sudah merasa tidak cocok dengan pekerjaan semacam ini. Namun, karena ayah Gaby sendiri yang membantunya mendapatkan pekerjaan ini, terpaksa dia harus menjalankannya. Lagipula, dia harus menunjukkan kepada orangtua Gaby bahwa dirinya sanggup mengumpulkan uang dalam jumlah tetap sebelum melamar gadis tersebut. Pekerjaan Baron sebelumnya sebagai event organizer kecil-kecilan tidak memberikan peluang yang diharapkan. Suatu saat akan kubuktikan, kata Baron keras. Kemudian dia merasa malu sendiri mendengar suaranya bergaung di dalam elevator. Di lapangan parkir kantor, telepon Baron kembali bergetar. Ia membaca pesan WhatsApp baru dari Gaby. From: Gaby Reuninya dilanjutkan ke gedung SMA kita. Vindha mengusulkan sesuatu yang... menarik. Dia bilang dia mempelajarinya dari seorang pakar di Jepang. Tapi aku agak takut mendengarnya. Aku hanya akan melihat-lihat sebentar bersama anakanak kemudian pulang begitu kau datang. Sesuatu yang menarik? Vindha? Baron mengernyit penasaran. Bukan tertarik pada sesuatu yang menarik yang disebut Gaby, melainkan berita bahwa Vindha yang dulu sangat pemalu dan kutu buku bisa mengusulkan sesuatu yang membuat semua orang tertarik. Apakah seseorang bisa berubah cukup banyak setelah enam tahun? Baron hanya membalas pesan tersebut dengan Wow. Gedung SMA kita? Ok, aku ke sana. sebelum menyalakan mobil dan meninggalkan area kantor. 14 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 15

Tak lama kemudian, mobil Baron sudah meninggalkan daerah keramaian Ibu Kota, menuju pelosok yang lebih terpencil. Sambil mendengarkan musik dari koleksi CD Pop-nya, Baron memikirkan kembali keputusan temantemannya yang begitu absurd. Kenapa mengunjungi gedung sekolah? Seingat Baron, sekolah mereka belum lama ini ditutup karena kekurangan murid. Memang daerah itu sempat ramai sampai lima tahun lalu karena para karyawan pabrik timah berbondong-bondong membawa keluarga mereka dan menetap di sana; tetapi semenjak penutupan pabrik tersebut, daerah itu ditinggalkan termasuk sekolah Baron. Kalau diingat lebih jauh, pikir Baron, banyak kenangan yang mereka alami di sekolah tersebut. Anehnya, ketika masa yang panjang itu berlalu, yang dia ingat hanya hal-hal remeh dan detil. Misalnya, ketika dia dan Adam membolos kelas biologi dan mengantre membeli tiket premier film Spider-Man untuk mereka tonton bersama-sama nanti malamnya. Lalu ketika Samson menarik menjauh bangku Tiara yang hendak duduk hingga gadis malang itu terjatuh dan seisi kelas terbahak-bahak. Tiara sangat marah pada Samson semenjak saat itu. Seandainya saja dia sadar kalau Samson hanya berusaha menarik perhatiannya (meskipun dengan cara yang keliru pikir Baron). Lalu saat Baron sendiri dengan konyol menyanyikan lagu penuh kode di malam pentas seni, yang liriknya hanya ditujukan kepada Gaby yang begitu lugu dan sama sekali tidak memahami satu pesan pun di sana. Mendadak telepon genggam Baron bergetar. Baron yakin itu pesan dari Gaby, tapi dia sudah tidak begitu jauh lagi dari sekolah; sehingga Baron mengurungkan niat untuk membacanya. Lima menit kemudian teleponnya bergetar lagi. Tak lama kemudian teleponnya berdering, tanda panggilan telepon masuk. Namun, ketika Baron menepikan mobil di pinggir jalan dan mengeluarkan teleponnya dari saku celana, panggilan tersebut terputus. 1 missed call(s), from Gaby. 2 message(s) from Gaby. Bunyi guntur di kejauhan mengagetkan Baron, membuatnya sadar bahwa hanya mobilnya sendiri yang berada di sepanjang jalan gelap ini. Dia sudah meninggalkan wilayah kota cukup jauh di tengah malam. Dan yang lebih parah, nampaknya sebentar lagi akan turun hujan lebat. 16 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 17

Baron membuka pesan pertama yang ditinggalkan Gaby. Pesan ini dikirim pukul 23.25 malam dan kelihatan ditulis dengan tergesa-gesa: From: Gaby Sudah sampai di mana, Ron? Kami sudah di sekolah. Sekarang Vindha sedang memulai upacara -nya. Perasaanku tidak enak, cepatlah datang! Kata upacara terasa asing bagi Baron. Apa sebenarnya yang mereka lakukan tengah malam begini di sekolah? Kalau ide itu berasal dari Vindha, kemungkinan besar sesuatu yang sangat abnormal, mengingat hobi Vindha yang unik: mengumpulkan cerita-cerita berbau supernatural dan mistis. Baron membuka pesan kedua yang dikirim pukul 23.45. From: Gaby Kamu di mana? Aku merasa ngeri sekarang! Vindha baru saja membacakan peraturan peramainannya. Gila! Aku tidak mau ikut, tetapi yang lain sudah cukup mabuk sehingga mereka setujusetuju saja. Cepatlah ke sini! Aku mau pulang... Sepertinya ini serius, bisik Baron kepada dirinya sendiri. Dia bergegas menginjak pedal gas dan mengarahkan mobil kembali ke jalan. Di atasnya, awan hitam bergulung pelan menghalangi cahaya bulan, dan tetes hujan pertama jatuh ke bumi. Tengah malam. Ketika Baron memarkir mobilnya di seberang gerbang sekolah, hujan rintik-rintik dengan cepat berubah menjadi hujan deras yang mengurangi jarak pandang. Baron mengecek kembali teleponnya. Tidak ada panggilan atau pesan baru semenjak panggilan terakhir Gaby yang terputus. Sekarang dia mulai khawatir. Seharusnya Gaby dan teman-temannya sudah membatalkan acara apa pun di sini begitu hujan turun. Ada sesuatu yang tidak beres. 18 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 19

Baron mengenakan jas hujan kuningnya dan membuka pintu mobil. Rentetan butir hujan menerpa Baron bagaikan cambuk air begitu dia menapakkan langkah pertamanya. Baron meraba-raba ke balik celah jasnya, dan mengeluarkan senter untuk menerangi jalan setapak. Semenjak penutupan sekolah, jalan ini tidak mendapat penerangan yang layak akibat lokasinya yang terpencil. Baron melangkah hati-hati di atas jalan aspal rusak, menghindari genangan air dan tanah lengket. Di seberang jalan, Baron bisa melihat gerbang sekolah sedikit terbuka. Seseorang membongkar rantainya. Tebakan pertama Baron jatuh pada sosok Samson atau Brutus. Hanya dua pemuda berotot itu yang bisa melakukan pekerjaan kasar seperti ini. Baron memandang berkeliling sekali lagi, memeriksa jalan di sisi tembok sekolah. Tidak jauh dari gerbang, terparkir empat buah mobil dan hampir satu lusin motor. Baron mendekati mobil Avanza putih yang terdekat dengannya. Dilihat dari kaca depan, Baron tidak menemukan tanda-tanda keberadaan orang di dalam mobil. Baron mengangkat bagian lengan jas hujannya, mengelap lapisan air di kaca pintu tengah. Cahaya senter menembus kaca, menerangi bangku tengah untuk tiga orang yang kosong semua. Ketika Baron melayangkan pandang untuk kedua kalinya, fokus matanya tertuju pada benda kecil di jok mobil. Sulit untuk memastikan apa itu dengan penerangan yang sedemikian terbatas, tetapi Baron tahu kalau itu adalah bungkus rokok Dunhill. Baron mendengus. Hanya satu orang yang setia merokok dengan merk tersebut di antara teman-teman SMA-nya. Sebenarnya, Baron tidak menganggapnya teman kalau bukan karena gadis itu berteman cukup akrab dengan Adam, Baron enggan berkenalan dengannya: Mami. Putri konglomerat yang gemar merokok dan meludah sembarangan. Baron tidak tahu dan tidak peduli apa pekerjaan gadis itu sekarang mengingat kelakuannya yang berantakan semasa sekolah. Yang penting, bungkus rokok tersebut menunjukkan kalau mobil ini milik salah satu temannya, dan mereka belum meninggalkan gedung sekolah. Setelah Baron memeriksa kedua mobil berikutnya, dia tidak menemukan hal lain yang lebih menarik dari bungkus rokok itu. Baron kembali ke arah gerbang besi. Ia menjejalkan diri masuk ke area sekolah lewat celah sempit yang terbuka, lalu mengamati pemandangan di sekitarnya. Perasaan rindu meresap dalam dirinya. Meskipun beberapa bagian dari sekolahnya telah berubah, ada bagian-bagian yang mengingatkannya akan pengalaman 20 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 21

SMA yang terasa sangat bebas muda, liar, nekat, sekaligus congkak. Di sebelah kirinya, terdapat jalan setapak berumput setinggi mata kaki yang menuju gedung TK dan taman bermain. Dulunya taman tersebut sangat indah, dengan semak dan tanaman kebun yang terawat baik. Baron ingat menghabiskan sebagian besar masa TK-nya dengan mencuri waktu kosong demi bermain perosotan dan ayunan. Sesekali dia akan mendorong jatuh Poltak yang berada di posisi tertinggi mainan jungkat-jungkit. Kalau dilihat sekarang dalam kondisi gelap dan hujan, tempat tersebut bagaikan reruntuhan bangunan kuno menyedihkan yang dikelilingi hutan kecil. Di sisi kanan Baron, terdapat sebuah lapangan upacara dan pos jaga satpam. Tiang bendera yang berada di tengah lapangan aspal masih berdiri teguh, meski catnya telah terkelupas menampilkan lapisan besi berkarat di dalamnya. Rantai yang mengelilingi tiang tersebut sebagian besar sudah hilang mungkin dicuri oleh pemulung. Sementara sisanya teruntai lemas di sekitar tiang, penuh karat. Baron mengeluarkan telepon genggamnya. No signal. Dia mengumpat keras. Sekarang, ke mana dia harus mencari? Teman-temannya bisa berada di mana saja. Tapi tebakan Baron, mereka berkumpul di area gedung SMA di ujung lain sekolah. Bagaimanapun juga, ini adalah reuni teman-teman SMA. Hanya Baron, Poltak, Tiara, dan Vindha yang bersekolah di sini sejak TK. Mami, Brutus, dan Kaisar menyusul di bangku SD. Selanjutnya Destra, Samson, dan Happy menyusul saat penerimaan pelajar SMP (Samson dan Brutus menyeimbangkan kekuatan antara geng Baron dan Mami). Terakhir Gaby, Randy, dan Adam yang masuk saat SMA. Baru sesaat Baron menyetujui gagasannya sendiri, dia mendengar suara langkah kaki di tanah becek. Baron mengarahkan cahaya senternya ke segala arah, mencari sumber suara, tapi tidak melihat apa pun. Siapa itu? seru Baron. Tidak ada jawaban. Tidak ada siapa-siapa di lapangan upacara. Apa yang dia harapkan? Kata upacara yang disebut Gaby jelas tidak bermakna seharfiah dugaannya. 22 PETAK UMPET MINAKO PETAK UMPET MINAKO 23