Ki Putih Kelabu rupanya sudah mengakhiri pidatonya. Guru Gumara mencoba memahami kalimat terakhir guru yang rendah hati itu.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ki Putih Kelabu rupanya sudah mengakhiri pidatonya. Guru Gumara mencoba memahami kalimat terakhir guru yang rendah hati itu."

Transkripsi

1 Tujuh Manusia Harimau (7) Pendekar Wanita Buta Motinggo Busye - Novelis Malam Jahanam Semuanya diluar dugaan orang banyak, Ki Putih Kelabu mengirimkan undangan kepada beberapa orang yang disegani di Kumayan. Orang mengira, undangan itu adalah pemberitahuan pertunangan Ki Pita Loka dengan Guru Gumara. Nyatanya hanya sebuah undangan syukuran belaka. Guru Gumara juga diundang, dan dia datang mengenakan kemeja putih, juga terjadi hal di luar dugaan, karena Ki Putih Kelabu yang dikenal pendiam itu ternyata pandai berpidato. "Saya dengan segala kerendahan hati ingm mengingatkan lagi kepada anda, bahwa keluarga kami mewaris sifat pemaaf". Tidak berdendam dan tidak menyukai permusuhan. Kami sudah berusaha meghindari segala pertikaian dengan siapapun. Karena usaha itu, anak kami Pita Loka harus menelan penderitaan kebutaan sebelah matanya yang tidak dapat dipersalahkan kepada satu orang pun. Saya ulangi, kami tidak menyalahkan siapa - siapa. Karena itu siapapun yang menganggap dirinya bersalah, harap lupakan seluruh kejadian sebab tidak satupun peristiwa yang berdiri sendiri. Mari kita belajar dari dalam semesta, di mana satu perpindahan bintang hanyalah karena mengikuti aturan kemestian sejak awal kejadian. Gunung yang meletus tidak berdaya menolak takdir, lalu lahar dingin seolah menganggu tanah pertanian. Tapi ini semua menjadi modal kesuburan anak cucu di kemudian hari, yang mewarisi kesuburan tanah. Jadi, gunung yang meletus lahar yang mengalir, hanyalah tunduk dengan aturan alam semesta. Yang senantiasa bandel itu, hanyalah kita manusia. Tapi tentu ada manusia yang selamat karena ikut dalam aturan semesta. Maka, barang siapa yang mencari dan mendapatkan Sufia,dialah yang selamat dan kebal atas keruntuhan,.." Ki Putih Kelabu rupanya sudah mengakhiri pidatonya. Guru Gumara mencoba memahami kalimat terakhir guru yang rendah hati itu. Apa itu Sufia? Setiba di rumah, Gumara membongkar kembali Kitab Tujuh. Dia membaca semua huruf gundul di Kitab itu. Namun dia tidak menemukan perkataan Sufia. Gumara yakin itu sejenis ilmu. Bukan kitab. Dicobanya merenungi kembali ucapan Guru Putih Kelabu diakhir pidatonya: "Maka, barang siapa yang mencari dan mendapatkan Sufia, dialah yang selamat dan kebal atas keruntuhan". Jika Gumara membongkarnya dalam lembaran Kitab Tujuh, maka Pita Loka menanyakan hal itu kepada sang Ayah. "Apa itu Sufia, ayah?" tanyanya.

2 "Aku pun tidak tahu. Ucapan itu Kami warisi dari Guru, dan Guru mewarisinya dari gurunya pula," "Saya menganggapnya begitu penting. Tiap soal yang menarik perhatian manusia, lalu mendapatkan jawabannya, lantas hal itu tidak penting lagi. Ketika Thomas Alva Edison menemukan listrik, orang mempertanyakan cahaya pijar itu. Tetapi sekarang listrik bukan barang mewah lagi. Tapi jika ada satu soal seperti Sufia dipertanyakan, tapi tidak dapat jawaban, itu pertanda masalah itu penting dan bermutu tinggi," Pita Loka kecewa karena ayahnya hanya berdiam diri. Pagi harinya, ketika Pita Loka mau berangkat ke sekolah, ada tamu. Tamu itu Ki Lading Ganda yang bartanya, "Bisakah bicara sejenak dengan Ki Guru?" Ki Putih Kelabu muncul dan mempersilahkan anggota Harimau Kumayan itu duduk di tikar permadani. Pita Loka kembali ke kamar, dengan maksud mendengar percakapan antara ayahnya dan sahabatnya itu. "Diantara kita tidak perlu ada rahasia. Coba terangkan padaku, apa itu Sufia?" "Jangan berkecil hati, Guru Lading Ganda. Saya tidak mengetahuinya", jawab Ki Putih Kelabu. "Darimana kau perdapat kata ajaib itu?" "Dari Guru. Aku pernah mempertanyakannya seperti kau mempertanyakannya sekarang ini, padaku. Tapi Guru hanya menyatakan, itu beliau dengar dari Gurunya." ujar Ki Lading Anda pergi mencegat Ki Gumara yang akan berangkat mengajar di SMA. "Tentu anda mengetahui apa itu Sufia, Guru!" ujar Ki Lading Ganda. "Maaf. Sama sekali tidak". "Tampaknya itu wasiat penting. Ki Putih Kelabu tidak suka bicara, tapi kali ini dia bicara. Kau yang ahli takwil, coba terangkan padaku apa takwil ini semua?" "Jika itu yang Guru tanyakah pada saya, saya sekedar dapat memahami. Kirakira sebentar lagi akan muncul huru-hara di Kumayan ini. Biasanya, hanya orang berilmu yang selamat atas huru - hara, karena orang berilmu pandai membaca keadaan. Itulah tugas kita; Membaca keadaan. Suasana". KI Lading Ganda bertanya lagi; "Huru-hara itu tentulah ada penyebabnya. Besar kemungkinan kekacauan ini mungkin datangnya dari pihak yang berbicara."

3 "Maksud tuan Guru, Ki Putih Kelabu akan membalas padanya?" "Semua orang bilang, Guru Gumara yang membuat puterinya buta," kata Ki Lading Ganda. "Ah, itu perasaan Tuan Guru saja," ujar Guru Gumara. "Menurut renungan saya semalam, dia lontarkan perkataan Sufia itu sebagai isyarat, itulah ilmu yang dia miliki." "Kami sudah saling bermaafan, Sebaiknya jangan kita perbesar lagi satu soal yang sudah diselesaikan, Tuan Guru. Maafkan, saya musti mengajar, dan hari ini saya akan mengajar Sejarah. Saya tidak boleh terlambat, karena kita ingin anak-anak muda itu mengenal disiplin," kata Gumara. "Tampaknya Anda melecehkan hal penting ini, Guru Gumara." "Begitulah penafsiran Tuan. Buat saya semua soal adalah penting!" lalu dia salami Ki Lading Ganda dengan sikap hormat. Ki Lading Ganda tidak segera berlalu dari pekarangan rumah Guru Gumara. Dia hanya menatap kepergian guru SMA itu hingga hilang dari pandangan matanya. Kemudian dia mengetuk pintu rumah dan keluarlah Alif. "Oh, Tuan Guru. Tadi Anda bicara dengan Guru Gumara, bukan?" "Ya. Sekarang saya akan bicara dengan Alif." "Apa maksud tuan?" tanya Alif. Ki Lading Ganda menatap Alif. Mata guru itu begitu tajam, sehingga menakutkan Alif. Alif mulanya bengong. Tapi kemudian dia merasa pusing. Dia tak mampu menahan pancaran sinar mata Guru Lading Ganda yang seakan-akan berubah jadi mata harimau. Dan ketika Lading Ganda menyeringai, tampak oleh Alif taring-taring mengerikan. Lalu dia tidak sadarkan diri lagi, dalam keadaan duduk. Ki Lading Ganda memasuki kamar Guru Gumara, Apa yang dia cari, dia ketemukan seketika. Yaitu Kitab Tujuh, yang masih terhampar di atas sebuah meja yang terbuat dari bekas kotak sabun. Sebagai murid yang tekun dari zaman silam, Ki Lading Ganda tidak mendapatkan kesulitan membaca semua huruf gundul dalam kitab itu. Dia telah menamatkan bacaan di Kitab Pertama. Tapi ketika membaca Kitab Kedua, susunan kalimatnya tidak ada hubungannya dengan Kitab Pertama. Hal inilah yang membuatnya bingung. Kunci membaca

4 urutan Kitab itulah yang tidak diketahuinya. Sebab dalam kunci kitab yang tujuh itu, justru seorang yang membacanya harus dimulai dari Kitab Tujuh. Baru kemudian Kitab Pertama. Kemudian urutan ketiga adalah membaca Kitab Enam. Selanjutnya baru membaca Kitab Dua. Setelah itu baru membaca Kitab Lima. Berikutnya membaca Kitab Tiga, Sedangkan Kitab Empat adalah mata pelajaran terakhir. Biarpun bingung, Ki Lading Ganda sudah cukup puas sudah menamatkan membaca Kitab Pertama buku itu. Seluruh isi Kitab Pertama pun sudah diketahui kuncinya oleh Ki Lading Ganda. Karena ada kalimat di pertengahan buku itu, yang tidak ada hubungan dengan kalimat sebelum maupun kalimat sesudahnya. "Sesungguhnya ada sesuatu di Lembah Suliram," bunyi kalimat itu, Sebagai bekas murid dari guru yang tekun, Ki Lading Ganda mengetahui, bahwa kalimat itulah kuncinya, suatu perintah untuk pergi ke Lembah Suliram. Segera Ki Lading Ganda keluar. Dia duduk kembali menghadapi Alif. Disapunya wajah Alif dengan telapak tangannya dengan sapuan lembut. Lalu Alif sadarkan diri, tak menyadari bahwa dia sudah dalam keadaan tak sadar selama satu jam, "Oh, Guru Lading Ganda," Ujar Alif, "Tadi saya lihat Tuan Guru bicara diluar dengan Guru Gumara. Kini tuan ingin sesuatu?" "Saya haus. Tolong segelas air kendi," ujar Ki Lading Ganda. Setelah minum air kendi, Ki Lading Ganda minta ijin pada Alif. Alif tidak curiga sedikit pun dengan kepergian Tuan Guru itu. Tapi Guru Gumara mandi keringat di depan kelas pada mata pelajaran satu jam, bertepatan ketika tadi Ki Lading Ganda membaca Kitab Pertama dengan cara mencuri itu. Gumara punya firasat. Bahkan dia tidak mengetahui, Pita Loka memperhatikan keanehan yang dialami gurunya di depan kelas. Dia sebenarnya sudah buta sebelah matanya olah salah sebuah kuku Guru Gumara ketika memperebutkan Kitab Tujuh tempo hari. Namun karena Pita Loka menganggap kejadian itu hanyalah peristiwa suratan nasib, dia tak dendam. Malahan dia kasihan melihat Sang Guru mengalami kesulitan mengajar Sejarah. Keringat guru mengocor terus. Hal itu menghibakan hati Pita Loka. Maka Pita Loka berkata; "Pak Guru, sepertinya bapak sakit, ya?" Gumara menoleh pada murid yang barusan berkata. Dia terkejut. Karena hal inilah yang dikehendakinya agar dia tidak jadi olokan murid dan menderita malu di hadapan murid muridnya. GURU Gumara terharu atas sikap Pita Loka. Dia merasa berhutang budi. Lalu semangat mengajarnya bangkit. Dan berkata: "Anak-anak, sementara kita tinggalkan mata pelajaran Sejarah Kebangkitan Afrika Merdeka. Kita memasuki mata pelajaran Geografi."

5 Tetapi konsentrasi Guru Gumara mengajar bukan seperti sebagaimana biasa. Ada firasat buruk yang mengganggu perasaannya, yang belum dia pahami. "Berhubung buku tuntunan mata pelajaran ini belum tiba di Kumayan, saya mencoba untuk mengajar kalian mengenai keadaan Bumi kita sekarang ini. Bumi yang kita diami sekarang ini, yang kita kenal dengan bentuknya seperti pemetaan yang terlihat pada bola dunia ini," ujar sang Guru sembari memperlihatkan bola dunia di atas mejanya, yang diangkatnya. Geografi bukan sekedar ilmu mengenai pemetaan, tetapi kumpulan dari berbagai masalah yang terjadi dalam bola dunia ini. Baik yang di darat, maupun yang di laut maupun yang di udara kita yang disebut atmosfir. Tentu ada diantara kalian yang mungkin lebih pandai dari saya, karena rajin membaca, sehingga dia lebih mengetahui, lalu ditatapnya Pita Loka, tapi Pita Loka tidak memperlihatkan reaksi karena dia malu sebab usianya melebihi usia rata-rata murid SMA di kelas itu. Gumara hanya ingin mengingatkan Pita Loka, bahwa dulu dia pernah mengajarkan hal itu ketika Pita Loka masih muridnya di SMP. Suhu bumi kita sekarang ini amat panas karena putarannya yang berabad-abad sejak bumi kita diciptakan Tuhan. Pada awalnya, bumi kita ini adalah bola dunia yang amat dingin berupa gumpalan-gumpalan es yang dikenal pada masa itu sebagai Zaman Es. Keringat Bapak, Pak! tegur Ardi pada sang Guru. Ketika Gumara melihat pakaian yang melekat di tubuhnya sudah seluruhnya basah, dia lalu sadar, bahwa dia tak layak jadi tontonan. Saya mohon maaf. Mungkin saya kurang sehat, kata Gumara. Sebaiknya bapak istirahat pulang saja, ujar Pita Loka. Gumara melihat sekali lagi pada Pita Loka. Hatinya bahagia. Lalu dia pamit, kemudian menemui Direktur dan minta ijin pulang sebab sakit. Setiba di rumah, Alif memberitahu padanya: Guru, tadi setelah Guru pergi, Ki Lading Ganda menemui saya, lalu meminta minum air kendi, Apa maksudnya? Oh, begitu. Karena kau orang awam, sesuatu yang menjadi perhatianmu pasti karena kejujuran dan tanpa prasangka. Apa kau sempat melihat Ki Lading Ganda masuk ke kamar saya? Tidak, Guru, sahut Alif. Betul tidak? Tidak.

6 Namun Gumara mempunyai firasat. Ketika dia memasuki kamarnya, dia melihat keanehan pada meja papan sabun itu. Susunan Kitab berubah dari letak semulanya. Kitab Pertama terletak di atas. Sedangkan hal itu bukan semestinya. Gumara lalu mendapati Alif. Kau merasa terkena sihir? tanya Gumara pada Alif. Saya hanya duduk, kata Alif. Ketika kau duduk, apa kau tak merasa ada yang aneh? Alif mencoba mengingat-ingat. Namun gagal. Tidakkah Ki Lading Ganda menatap ke matamu? tanya Gumara. Alif mencoba mengingat, kemudian baru dia ingat, dan berkata: Ya.Guru! Bagaimana keadaan bola mata beliau? Biasa. Tapi kemudian saya ngeri. Ada yang menakutkan Anda? tanya Gumara. Ya. Hanya rasa ngeri. Kau tidak melihat sesuatu selain perasaan ngeri? Saya bertambah ngeri, setelah melihat sesuatu, Guru! Wajahnya, kan? Dia menyeringai, kan? Lalu kau melihat saing taring harimau diwajahnya? Alif berdiam diri. Dia malah jadi ketakutan. Gumara cepat menghapus wajah Alif dengan sapuan telapak tangannya. Alif terdongak, seperti barusan terjaga dari mimpi. Gumara puas, lalu dia kembali ke kamar. Dibukanya lembaran tengah buku Pertama dari Kitab Tujuh itu, dan dia membaca amanat penting dari buku itu: Sesungguhnya, ada sesuatu di Lembah Suliram itu. Pasti Ki Lading Ganda telah menuju ke sana. Terjebak oleh pancingan amanat ini, kata Gumara pada dirinya sendiri. Lalu dipanggilnya Alif, Dan berkata: Hari ini saya berpuasa. Saya akan pergi sebentar. GUMARA melangkah tenang. Maksudnya ingin ke rumah Ki Lading Ganda untuk sebuah kepastian. Tapi untuk menuju ke sana, mestilah melewati rumah Pita Loka.

7 Ketika itu Pita Loka ada di rumah, sebab Direktur menyuruh seluruh kelas 1 B pulang karena tidak ada guru yang akan mengajar. Tapi ketika Gumara lewat, Pita Loka cepat turun rumah untuk menyelidiki arah kepergian sang Guru. Dan ketika dia tahu arahnya akan menuju rumah Ki Lading Ganda, Pita Loka masuk ke kebun dan mengambil jalan pintas. Pita Loka menyelidiki. Dari arah selatan dia kemudian membuktikan benarnya firasat. Tampak olehnya, Guru Gumara Peto Alam memasuki pekarangan rumah Ki Lading Ganda. Hati sanubarinya sebetulnya ingin mencegah, agar Guru Gumara tidak lagi terlibat dalam dunia kependekaran. Tapi dia kini ingin memastikan! Sebab dia yakin, akan terjadi lagi sebuah huru hara besar menimpa desa Kumayan. Ini hanya dugaan dan ramalannya saja. Dan ini ditafsirkannya dari kalimat terakhir pidato ayahnya, seorang pendekar sejati, yang intinya mengandung makna besar tentang Sufia itu. Maka, ketika Gumara selesai dari rumah Ki Lading Ganda, Pita Loka mencegatnya. Dari mana, Guru? tanyanya. Gumara terkejut mendapatkan muridnya barusan meloncat dari semak. Saya juga akan bertanya. Mengapa kamu mendadak ada di sini? kata Gumara. Karena saya yakin, ada hal penting Pak Guru ke rumah Ki Lading Ganda. Ada sesuatu yang sedang merisaukan anda? tanya Pita Loka. Sesungguhnya sulit bagiku untuk merahasiakannya. Tetapi apa pula gunanya kuterangkan padamu, Pita Loka? Saya pun tidak ingin mengetahui lebih jauh, jika itu Pak Gumara anggap suatu rahasia. Hati anda sedang bercabang sekarang ini, Guru! Gumara menoleh. Dia berusaha tersenyum: Kau terlalu banyak tahu, Tapi janganlah risaukan saya. Itu sudah jelas, sahut Pita Loka, Misalnya Tuan Guru luka atau buta mata dalam pertempuran disini dengan Guru Lading Ganda, buat saya tak menjadi masalah. Tapi, misalkan karena pertempuran itu Tuan Guru mati, itu menjadi masalah. Siapa yang dirugikan jika saya mati? tanya Gumara girang. Seluruh murid SMA Kumayan, sahut Pita Loka. Gumara mendadak kecewa. Dia mengira Pita Loka akan menjawab dirinyalah yang rugi jika Gumara mati. Tautaunya bukan! Sialan! Keduanya menyusuri jalan setapak sampai akhirnya berhenti di depan rumah Pita Loka. Ki Putih Kelabu yang hampir membuang daun sirihnya ke jendela lalu mundur. Dia menampak puterinya berjalan beriring dengan Gumara.

8 Hatinya puas sekali, kendati tak mendengar percakapan itu. Maukah tuan berjanji tidak perlu mengusik tingkah laku Ki Lading Ganda? Kenapa? Apa kau menduga, meramal, bahwa Ki Lading Ganda sedang melakukan sesuatu? tanya Gumara. Saya menduga demikian. Saya menduga, antara Tuan dan dia sedang memperebutkan sesuatu. Setidaknya akan memperebutkan sesuatu, ucap Pita Loka. Saya akan pulang ke rumah jika demikian, kata Gumara, Dan beristirahat. Sebab Tuan kurang sehat, ujar Pita Loka, Yah, begitulahl Jika tuan usik Ki Lading Ganda, anda akan celaka, Gurul Yah, saya berjanji. Gumara memberi salam, lalu berlalu meninggalkan Pita Loka. Pita Loka lalu masuk ke rumah. Kemudian didapatinya ayahnya sedang menusuk-nusuk selembar daun sirih dengan jarum pentul. Ayah percaya mataku yang buta masih bisa diobati dengan itu! tanya Pita Loka. Kebutaan matamu bukan suatu takdir, Tapi hanya sebuah musibah kecil. Usaha mengobatinya akan terus kulakukan, ujar Ki Putih Kelabu. Maka, ketika magrib tiba,setelah mandi, Pita Loka mematuhi panggilan ayahnya. Mata yang tak dapat melihat itu diperintahkan Ki Putih Kelabu supaya ditutup. Lalu dilapisi dengan selembar daun sirih yang sudah ditusuk tusuk jarum pentul. Dan dilapis lagi dengan perban plester. Ketika dilihatnya puterinya termenung dikala malam tiba, Ki Putih Kelabu bertanya: Apa yang sedang kau pikirkan, nak? Sebuah renungan yang berbunyi. Jika seorang awam mati, maka dia tidak meninggalkan suatu apa. Tapi jika seorang yang berguna bagi masyarakat mati, maka kematiannya menimbulkan kerugian. ILMU Ki Putih Kelabu ibarat air dalam kendi. Putih bersih, dan dingin. Dia segera memahami renungan puterinya itu. Dia berdiam diri tak banyak bicara. Belum pernah dia mendengar tutur kisah sepasang manusia saling mencintai melebihi dahsyatnya cinta puterinya pada

9 Gumara. Begitupun sebaliknya. Hal itu sulit untuk diurai kecuali apabila keduanya telah mendapatkan titik temu, kemudian kesepakatan, untuk dikawinkan! Jiwanya menggebu di tengah malam buta. Serasa dia ingin terlibat dalam derita puterinya. Yaitu berangkat malam ini juga, mencegah pertempuran antara Gumara dan Ki Lading Ganda. Malam begitu gelap, ketika dibukanya jendela samping. Mau rasanya dia meloncat bagai seekor harimau pohon menembus kegelapan malam. Tapi itu akan diketahui sang anak, lalu akan dicegahnya. Tapi segalanya seperti terjadi bersamaan! Pita Loka pun membuka daun jendela kamarnya, bertepatan ayahnya barusan menutupnya. Pita Loka turun dari jendela, berlambat-lambat memasuki kebun. Dan Ki Putih Kelabu pun membuka kembali daun jendelanya, cuma sekedar bisa mengintip. Dia tercengang sewaktu dilihatnya bagai segumpal asap mirip asap knalpot motor menyelusupi semak belukar. Yah, didapatinya anaknya masih memiliki ilmu menerobos semak yang sangat hebat. Benarlah itu semua! Bagai kilat Pita Loka membelah semak belukar dengan kemampuan Ilmu Api yang diperolehnya dari Ki Surya Pinanti dahulu. Dia tiba di sisi lembah sebelah barat bagai segumpal asap terakhir, menyatu dengan kabut yang merayap. Pita Loka melihat satu sosok, kendati dengan sebelah matanya saja, namun sosok itu amat jelas. Itulah Guru Gumara, yang sedang mengintai ulah Ki Lading Ganda. Ki Lading Ganda ketika itu mencoba memanjat satu tebing curam, dalam usaha separuh berhasil untuk sampai ke guha di tengah tebing itu. Tapi begitu tangan si tua itu memegang satu susunan batu besar, batu-batu itu bergeser dari tempatnya, lalu runtuhlah semua susunannya, menimpa kapala Lading Ganda, dan beliau ikut terseret, merosot dan menggapai kian kemari mencari pegangan. Untunglah ada akar pohon kinantu unluk menyambut gapaiannya. Si tua itu berpegang erat, Terdengarlah hembusan nafasnya yang bergema ke dalam lembah Suliram yang tabu itu. Lembah Suliram sudah lama menjadi dongeng para pendekar sebagai sebuah lembah yang tabu. Kecuali bagi mereka yang sudah setaraf suhu dengan satu ilmu Cahaya yang sulit didapati kecuali tingkatan wali-wali. Gumara juga mengikuti ulah Ki Lading Ganda yang masih juga kembali berusaha memanjati tebing itu. Kemampuan itu tidak sulit untuk siapa pun yang menguasai amalan ilmu cicak yang merambati dinding. Tapi si tua itu jelas tidak memiliki. Dia hanya memiliki kaberanian, kekuatan, dan kekerasan hati belaka. Gumara memperhatikan lagi dengan berdebar. Ki Lading Ganda memanjati lagi

10 tujuannya semula, dalam posisi di tengah tebing menjelang guha. Tangannya menggapai-gapai mencari pegangan. Sementara itu fajar sudah menyingsing. Hal itu menggembirakannya, karena tebing yang dirayapi itu menghadap ke timur. Mata tua itu berhati-hati meneliti tiap celah yang dapat menjadikan jarijarinya untuk menyelusup bagi pertahanan agar tak jatuh. Tapi dia teramat malang ketika digapainya susunan batu-batu besar di mulut guha itu, lagilagi batu itu bergeser dan runtuh menimpa kepalanya, dan bagai terbang bersama batu-batuan itu kebawah, Ki Lading Ganda menggapai-gapai, kali ini gagal berpegang pada akar pohon kinantu, tapi toh dia berhasil menyergap dahan pohon sari dulur lalu bergayutan pada salah sebuah dahannya. Hembusan nafas dahsyat bergema lagi di lembah Surilam, menggemakan perasaan puas karena tak jadi hancur bila membentur permukaan dibawah itu. Orang tua keras hati.,,..., ucap Gumara seorang diri. Memang, sahut Pita Loka, yang mendadak ada di sampingnya, yang membuat Gumara kaget. Gumara menatap Pita Loka. Dia malu karena tidak menepati janji. Dan dia lebih malu lagi karena Pita Loka berkata: Sejak fajar menyingsing sekarang ini, saya akan membenci tuan. Tuan tidak menepati janji! Suara itu terjaga perlahan. Gumara pun mengejarnya dengan menjaga suara berisik agar tak diketahui si pencari sesuatu, yang masih bergelayutan di dahan pohon saridulur. Gumara terus berlari menuruti jejak Pita Loka yang kembali menuju Kumayan. Tetapi sekelebatan langkah Pita Loka menggebubu menciptakan asap menerjang semua semak padat daunan. Itu mencengangkannya. Sekiranya Gumara harus memilih sebuah gunting emas ataukah kemarahan Pita Loka, jurtru Gumara akan memilih kemarahan gadis ini. Kemarahannya ini membuktikan cintanya. Kendati Pita Loka menolak untuk dikawini, justru hal ini bukan soal penting. Penolakan perkawinan tentu berdasar satu alasan yang tidak akan menggoyahkan prinsip cinta. Gumara tiba dirumahnya dengan perasaan plong. Tapi Pita Loka tiba di rumahnya dalam keadaan ditunggu sang Ayah. Ki Putih Kelabu menyergahnya dengan pertanyaan; Jika kamu mencintai Gumara Peto Alam, apa salahnya kalian berdua kawin saja? Kawin? tanya Pita Loka. Ya. Sekiranya kalian berdua kawin, banyak kenikmatan hidup yang akan kalian dapati. Cinta yang diwujudkan melalui perkawinan, tidak akan pernah

11 runtuh karena goncangan alam. Selain itu, jika perkawinan membuahkan keturunan, maka keturunan kalian merupakan paduan dari dua bibit unggul terpuji. Sebab kalian akan mendapatkan anak - anak yang memiliki hati yang tulus, otak yang cemerlang dan jiwa kependekaran yang menghancurkan tiap kebatilan di muka bumi. Pita Loka menoleh pada ayahnya, lalu; Memang itu konsep hidup yang indah. Tidak saya dengar di sini, seorang ayah memiliki konsep seperti ini. Tapi tahukah ayahanda, Guru Gumara itu memiliki dua muka apabila dia berhadapan dengan saya, dan Harwati Pita Loka meneruskan: Harwati itu bagi Guru Gumara adalah titipan khusus almarhum Ki Karat. Sedangkan Gumara bagi Harwati merupakan sebuah monumen agung dari cintanya yang berkobar tanpa memperdulikan aturan alam maupun moral. Dia tidak dapat dipersalahkan, karena dia lebih dulu mencintai Gumara ketimbang pengetahuannya yang dia terima kemudian, bahwa Gumara itu satu ayah dengan dia. Jadi adanya Harwati inikah yang menjadi ganjal penolakan perkawinan? Ya, Ayah, Dia bisa dipanggil, lalu diyakinkan, bahwa pendiriannya ngawur! Dia mau mati untuk ini. Dia sudah bergabung dengan Ki Rotan, pemilik ilmu Iblis yang hebat pula. Kalau dipikir secara dangkal, memang cuma kematian Harwati yang akan melicinkan perkawinan saya dengan Guru Gumara. Dan kau takkan mau menempuh cara ini, kata Ki Putih Kelabu. Itu sudah pasti, Tidak layak untuk membunuh Harwati. Tidak sehat untuk menaklukkannya, lalu memaksanya tunduk. Harwati bukan pantas untuk ditebas dengan pedang, juga dipaksa takluk dengan senjata, maupun bujukan kata-kata fasih seorang bijak. Tidak. Kecuali apabila dari dirinya sendiri memancar cahaya kebenaran hidup. Tapi apa yang tarakhir ini mungkin? Rasanya tidak. Saya tidak akan bicara lagi soal ini. Dan saya harap, ayah pun jangan bicara lagi soal ini, ujar Pita Loka, yang langsung mencopot plester dan daun sirih dari matanya. Lalu berkata manis, Ayah, tolong buatkan lagi sirih obat mataku. Ki Putih Kelabu mengambil selambar daun sirih yang direndamnya di gelas. Dengan jarum pentul ditusuk-tusukknya permukaan daun sirih itu. Lalu dia menempelkan lembaran itu ke mata Pita Loka yang buta. Dan merekatnya dengan plester. Mengobati kebutaanmu ini lebih utama dari soal apa pun sekarang ini, ujar Ki Putih Kelabu. Ketika Pita Loka hari itu berada dalam kelas, dia dengar

12 di kelas sebelah Guru Gumara sedang mengajar ilmu Fisika. Suara Gumara sangat dikenalnya. Dan dia merasa puas, sebab kedengarannya Guru Gumara sehat-sehat. Maka ketika jam istirahat dilihatnya pula sang Guru berwajah segar, kepuasannya bertambah. Pada gilirannya Gumara Gumara mengajar di kelas Pita Loka, gadis buta ini Lebih puas lagi sebab tak tampak ada ganguan batin. Mengajarnya lancar. Sesekali dia melirik pada Pita Loka. Dan Pita Loka sekejap membalas lirikan itu tapi kemudian menundukkan kepala dengan tersipu. Pita Loka yakin, Gumara sudah memaklumi arti benci yang diucapkan di waktu fajar di tepi tebing Lembah Suliram. Cuma, pada malam harinya sehabis belajar di kamar menjelang tengah malam, goncangan batin membuat Pita Loka curiga. Kecurigaan itu dia taklukkan dengan membaringkan tubuh.rupanya perasaan was-was ini terbukti. Guru Gumara tepat tengah malam menghambur dari rumah menerobos hutan semak belukar menuju tebing Lembah Suliram. Dia malah menuruni lembah itu setelah melihat usaha Ki Lading Ganda begitu hebatnya untuk memanjat dan memanjat lagi agar mencapai lubang pintu guha itu. Setiba di bawah lembah berbatu miring terjal itu, Guru Gumara melihat Ki Lading Ganda siap untuk naik memasuki Guha. Gumara berseru: Tuan Guru! MALANG tak dapat dihindari. Begitu mendengar seruan Gumara dibawah, si tua keras hati ini menoleh. Dia gamang melihat keadaan dibawah, dan untuk menjaga keseimbangan dia meraih tepian batu. Dan batu itu bergeser, mengikuti berat tubuh Ki Lading Ganda. Batu besar itu bersama tubuh Ki Lading Ganda meluncur ke bawah. Detik itu Gumara menghambur meloncat. Dia manyambar tubuh pendekar tua itu, lalu dalam keadaan menggendongnya sebuah acuan membuat dua tubuh itu terlempar ke pohon mugira yang bercabang banyak. Ki Lading Ganda sempat menyergap dahan pohon itu. Juga Gumara menyergap dahan pohon yang lain. Sehingga kedua-duanya sudah terpisahkan dari kesatuannya, Anak celaka! gerutu Ki Lading Ganda menatap Gumara. Justru tuan akan menemukan celaka jika tidak saya samber segera, jawab Gumara. Kenapa tidak kau biarkan aku mati dicoblos batuan runcing di bawah? Itu semua karena saya menghargai setiap kelebihan. Tuan Guru memiliki satu kelebihan. Kelebihan Anda itu cuma anda yang tahu. Itulah sebabnya saya menyergap Anda sebelum mati konyol, ujargumara.

13 Tapi Ki Gumara tidak menyukai bantuan begini. Dia berkata; Aku tidak ingin berhutang budi padamu. Tanpa diduga dia menghambur ke arah Gumara dengan tendangan tumit yang menghantam pelipis mata Gumara. Gumara terpelanting bagai melayang menuju batu-batuan runcing di bawah sana itu, tetapi dengan cekatan dia justru dalam keadaan seperti penari yang telapak kakinya menyentuh tiap batu runcing sekedar sentuhan, sampai dia akhirnya melompat ke dataran rumput di tepi tebing yang lain. Begitu dia menghembuskan napas kelegaan dua kali, seketika sudah muncul dihadapannya Ki Lading Ganda dalam keadaan memegang Golok Kembar. Golok itu dipermainkannya dalam posisi siap memancing pertempuran. Gumara cukup tabah manghadapi pengkhianatan budi ini. Dia tegak perkasa sembari mengatur pernapasan. Seakan dia akan membiarkan tubuhnya ditebas lawan. Tapi begitu kilatan golok itu menghunjam mau menebas lehernya, Gumara berkelebat sedikit menggeser tubuh, sehingga mata golok yang licin itu tidak masuk ke daging lengannya yang menangkis melainkan kepelesetlah mata golok itu oleh keringat. Sebagai imbalannya Gumara memutar badan dan menendang kebelakang, sehingga telapak kakinya menggedor dada Ki Lading Ganda. Gedoran itu membuat si tua itu muntah darah! Mujur baginya tidak terlempar ke kiri, sebab andaikata itu terjadi sudah pasti tubuhnya akan dinanti batu-batuan runcing yang mirip tombak di Lembah Suliram itu. Muntah darah itu justru terjadi karena si tua bertahan berdiri menyediakan dadanya terkena gedoran telapak kaki! Gumara siap untuk membantai si tua itu dengan satu tendangan lagi ke arah nyali. Tapi itu dia lakukan juga, cuma tidak sampai mengenai. Dia cukup puas melihat Ki Lading Ganda ketakutan. Ketika dia ulangi sampai tiga kali tendangan untuk menggedor dada si tua, namun tak mengenai, dia lagi-lagi puas melihat kerdipan mata mengernyit dahi pada wajah tua itu, pancaran kecut hati dan ngeri. Untung aku bukan dikendalikan setan iblis, ujar Gumara. Kenapa kamu tak membunuhku? Padahal sekarang ini pun kamu bisa. Dibawahku jurang. Tinggal kamu tendang. Di bawah jurang ini ada batu-batu runcing. Kenapa, Gumara? Karena tidak ada turunan harimau yang makan harimau, ujar Gumara. Jika itu dilakukannya, dia mati.

14 Nah, Tuan Gumara sudah tahu ancamannya. Tapi masih ada satu rahasia lagi mengapa saya tidak layak membunuh tuan, ujar Gumara kemudian. Kelengahan Gumara dimanfaatkan oleh Ki Lading Ganda yang menetak kening Gumara, tepat pada tengah jidat, yang membuat Gumara terjungkal tapi mujurlah tidak tertusuk batu runcing. Dia jatuh tepat diantara dua batuan runcing bagai tombak, dan justru ujung dua batu runcing itu menjadi tempat pegangannya. Gumara tahu keningnya luka oleh tetakan golok Ki Lading Ganda. Darah mengucur membasahi kemeja putihnya. Namun dia bertahan terus memegang kedua ujung batu runcing itu. Dia merasa akan pingsan. Tapi dia musti menunggu sampai darah itu berhenti mengalir, barulah menyerahkan diri pada nasib. Sementara itu Ki Lading Ganda sudah memanjati lagi tebing Lembah Suliram dengan tujuan mantap akan memasuki guha itu. Gumara pun menghentikan seluruh perjalanan darahnya, satu ilmu yang sukar sebab hal ini berarti menghentikan gerak klep jantung. Ilmu mati-suri ini sulit. Tapi pendekar yang cekatan, selalu menaruhkan sedikit gula di liang telinganya. Dan itu sudah dipersiapkan Gumara sebelum menuju sini. Gumara berjuang untuk mengendalikan waktu. Yang penting luka di jidatnya tak mengucurkan darah lagi. Ketika darah yang semula mengucur dari kening itu kemudian berhenti, Gumara membiarkan dirinya dalam keadaan lemas, lemas dan makin lemas. Lalu dia ambruk ke bawah. Dia telah mati suri. Benarlah, ketika dia satu jam lebih menjalani kematian suri itu, beberapa ekor semut mengrubungi telinganya. Telinga yang berisi gula itu menjadi rebutan semut. Beberapa diantaranya,mencari cara mudah dengan menggigit kulit Gumara. Inilah yang menggerakkan kembali aliran darah yang terhenti. Rasa geli di liang telinga, membangunkan Gumara dari mati-surinya! Matahari sudah akan terbit. Gumara tergesa-gesa meninggalkan sela bebatuan itu. Ketika dia melihat ke dinding guha tebing Suliram, dia tak melihat lagi Ki Lading Ganda memanjat. Jika dia berhasil masuk, dia akan ditelan bencana, Biarlah, ucap Gumara dalam hati, lalu meninggalkan Lembah Suliram. Dia harus cepat tiba kembali di Kumayan, di rumahnya. Dan setiba di rumah. dia berkaca. Goresan luka sedikit pada kening dia urut pelahan dengan daun sirih yang dihancurkan. Bekas ada, namun sedikit. Setelah dilihatnya Alif menyediakan sarapan pagi. Gumara kembali memberitahukannya bahwa dia berpuasa. Begitu habis cuci muka dan menyiram tubuhnya dengan sari bunga mawar, Gumara siap untuk pergi mengajar. Ketika itulah pintu diketuk. dan begitu dilihatnya, ternyata tamu itu Pita Loka. Nyenyak tidur Pak Guru semalam, Pak?

15 Nyenyak, sahut Gumara. Saya mampir ke sini untuk menyampaikan amanat ayah, kata Pita loka. Tetapi sekalian menyelidiki, apakah bapak tadi malam pergi lagi mencegah Ki Lading Ganda. Pak Guru semalam tak keluar rumah kan? Tanyakan saja pada Alif, ujar Gumara menoleh pada Alif. Alif nenjelaskan: Beliau tidur nyenyak dan ngorok semalam suntuk. Kamu puas, Pita Loka? tanya Gumara. Puas, Guru! Coba saya ingin dengar amanat ayahmu, ujar Gumara. Karena ada Alif, Pita Loka hanya menuliskannya saja di halaman buku tulisnya: Bapak tadi malam mendengar wisik, yaitu bisikan angin, dimana dia mendengar kalimat ini. Sesungguhnya ada sesuatu di Lembah Suliram..., setelah menulis itu Pita loka melanjutkan dengan kata: Apa makna kalimat itu? Itu adalah kalimat inti kedua dari susunan Kitab Tujuh, ujar Gumara.. Gumara mengajak Pita Loka untuk melihat Kitab Tujuh itu, tapi Pita Loka menolak: Bukan hak siapa pun untuk memiliki dan membacanya, kecuali Anda, Guru! Rupanya kamu mengetahui sumpah tabu kitab itu, ujar Gumara. Bukan! Bukan! Saya manusia biasa. Tak ada yang tabu di muka bumi ini kecuali 10 perkara besar. Tapi apa yang ayah tanyakan pada Guru, belum Anda jawab, Guru! Baik. ini jawabannya, dan ikhlas menjawabnya: Itu adalah kalimat yang tertera dalam Kitab Kesatu dari tujuh kitab itu. Sepertinya kalimat itu pemberitahuan. Tapi sebetulnya larangan halus. Maka selama ini Lembah Suliram tabu kecuali bagi pendekar yang sudah memiliki ilmu Cahaya, itu sebabnya saya mengejar Ki Lading Ganda. Tapi dia bandel. Terserah padanya untuk mengalami kasulitan dahsyat! Pita Loka lalu melihat lengan Guru Gumara bekas lecet, kemudian pada keningnya. Dia lalu curiga dan langsung bertanya: Mestikah Guru merahasiakan, lalu berdusta pada saya bahwa tadi malam tuan ke sana, dan mengalami sedikit perkelahian dengan beliau Ki Lading Ganda?

16 Saya tahu kau baru melihat bekas pada keningku, ujar Gumara. Saya makin benci pada tuan, ujar Pita Loka, lalu berpamitan. Ketika tiba di rumah dia dalam keadaan berwajah suram. Ki Putih Kelabu bertanya: Kalian baru cekcok, Pita Loka? Tidak. Saya hanya benci padanya, ayah. Mengenai wisik yang ayah dengar itu. menurut Guru Gumara Peto Alam, adalah isyarat larangan ke Lembah Suliram. Itu tertera di Kitab Kesatu dari tujuh kitab sakti itu. Jadi wisik itu anggap saja godaan iblis. Sampaikan terima kasihku pada Gumara. Hampir saja ayah ke sana, ujar Ki Putih Kelabu. Tapi, justru aneh, di dalam kelas, ketika giliran Guru Gumara mengajar, Pita Loka batal melaksanakan rencananya untuk bermuka-masam pada Guru Gumara. Dia malahan memperlihatkan wajah kekaguman sembari mendengarkan kisah perjuangan rakyat Afrika melawan orang kulit putih. Sebuah keterangan mengesankan adalah ucapan sang Guru: Sebuah tahayul kadangkala berguna bagi gerakan kemerdekaan Afrika. Misalnya tahayul bahwa orang kulit putih yang sudah hampir mati, namun bisa ditolong, harus dibunuh. Ki Lading Ganda seperti orang kebingungan. Dia mundar-mandir dalam guha itu. Kalau dia melangkah ke arah selatan, dia terbentur menemui dinding buta. Kalau dia melangkah ke utara, dia terbentur dinding buta. Dan jika dia melangkah ke barat, dia lagi-lagi terbentur dinding buta. Sewaktu dia melangkah ke arah timur, dia juga menghadap dinding buta. Padahal itu pintu guha itu, yang terbuka lebar. Saking bingungnya, Ki Lading Ganda menjerit lantang. Suaranya tentu saja keluar menerobos pintu guha itu, mengalir ke Lembah Suliram. Tengah hari bolong waktu itu! Ki Lading Ganda sudah untuk ke sekian kalinya mundar-mandir menghadapi empat dinding buta sejak masuk ke guha itu, kecewa tidak menemukan sesuatu. Dia lantas menjerit lagi: Bajingaaaaaaann! Suara itu kedengaran sampai ke bawah, ke dasar Lembah Suliram. Padahal ketika itu. dua manusia di dasar lembah sedang kehilangan arah peta serta tujuan. Yang satu wanita. Yangsatu pria. Dua-duanya buntung, Yang pria memegang tongkat, menoleh lagi ke pintu guha setelah mendengar lagi: Bajingaaaaaaaaaannnnnl Ki Harwati, kita berhenti dulu di sini, ujar pria tua bertongkat dan satu tangannya buntung. Jangan layani, Ki Rotan, ucap Harwati. Mungkin dalam guha itu ada penuntut ilmu, Kita berangkat kesana, lalu mendapatkan ilmunya, kemudian dia kita bunuh, ujar Ki Rotan.

17 Supaya tuan Guru tahu, kita mungkin tersesat ke Lembah Keramat. Yah, mungkin inilah yang Lembah Suliram. juga disebut ayahku Lambah Tabu bagi para penuntut ilmu, ujar Ki Harwati. Terdengar lagi gema seruan: Bajingaaaaaannnnnn! Ki Rotan menoleh ke arah sana. Dia berkata tegas: Jika kamu tidak ikut aku ke sana, kita bubarkan persekutuan kita hingga disini, Tapi anda akan celaka sebagaimana layaknya saya. Lihatlah batu-batuan runcing sekitar sini, bagaikan tombak-tombak yang memperingatkan. Sebetulnya kita sudah mujur mendengar teriak orang kebingungan di dalam guha itu. Kita tadi sudah kehilangan peta. Jika betul ini Lembah Suliram, kita tinggal mencari celah sempit lembah ini, memasang garis lurus ke utara sana dan celah sempit, akan sampai ke desaku Kumayan! Kumayan lagi! Kumayan lagi! gerutu Ki Rotan, Tujuan kita ilmu! Bukan pulang ke desa semata-mata. Aku bertujuan pulang ke desa. Aku rindu desaku. Aku rindu berziarah ke kuburan ayahku. Aku rindu bertemu muka dengan pria yang aku cintai, Guru Gumara. Pendeknya, sejak kita berguru pada Guru Kembar itu, kerinduan dan cintaku berkobar lagi, Ki Rotan! Mereka berdua menipumu dengan menyatakan bahwa Guru Gumara itu bukan anak dan air mani Ki Karat. Mereka menipumu bahwa Gumara itu anak angkat Ki Karat! Aku lebih tahu semua silsilahnya. Bahwa memang benar Ki Gumara itu anak haram Ki Karat. Sudah ditetapkan dalam Buku Resi, bahwa ilmu yang didapatkan Ki Karat setelah dia menyetubuhi wanita itu dan lahirnya Gumara hanya bertahan seumur 33 tahun saja. Jika suatu hari Ki Karat didatangi Peto Alam, tepat ketika anak itu berusia 33 tahun, Ki Karat akan hidup sekarat. Kemudian mati. Ki Karat satu-satunya harimau Kumayan yang mengalami hidup dua kali saja, kemudian dia mati. Ki Harwati tercengang beberapa saat. Dia masih meyakini keterangan Guru Kembar, bahwa Ki Karat bukan ayah kandung Guru Gumara, melainkan ayah angkat. Kita berpisah di sini kalau begitu, Ki Rotan, ujar Ki Harwati. Ki Rotan jadi berang, lalu menyabet tubuh Ki Harwati, namun tidak mengenai, sebab Ki Harwati secepat kilat meloncat ke udara dan membuat jarak berdiri jadi menjauh. Pembunuh! seru Ki Hawati. Untuk memiliki kekuatan yang lebih unggul, pembunuhan wajar dalam dunia persilatan. kata Ki Karat.

18 Tapi anda membunuh dua manusia kembar yang mengajarkan inti Kitab Tujuh pada anda. Maka kita sampai di sini!. Dan kini tuan mau belajar lagi pada orang dalam guha itu, dengan rencana membunuh. Alangkah busuk hati tuan! Karena ilmuku ilmu Seratus, Supaya kamu tahu. Aku musti membunuh seratus pendekar, baru ilmuku sempurna, kata Ki Karat. Terdengar lagi seruan dari mulut guha di tengah tebing lembah itu: Bajingaaaaaaaaan! Kitab Tujuh Bajingannnn!. Suara itu jelas. Baik oleh telinga Ki Harwati, maupun telinga Ki Karat. Ucapan tarakhirnya itu membuat Ki Harwati menoleh pada Ki Karat. Kau dengar sendiri, kata Ki Karat, Dia dalam uji coba Kitab Tujuh itu... dan mungkin saja dialah Gumara. Mungkin saja Gumara, ulang Ki Rotan pada Harwati. Hal ini menggoyahkan batin Harwati. Lalu dii dengarnya lagi teriakan dari mulut guha itu; Bajiingannnn! KitabTujuh bajiingannnn! Ki Rotan menatap mata Harwati. Dia berkata; Kita tidak boleh menunggu sampai Ki Gumara jadi gila. Kita harus ke sana segera, membantu dia! Semangat Harwati sudah makin menggebu. Tapi, apakah itu pasti suara teriakan Gumara, Ki Rotan? tanyanya. Siapa lagi yang memiliki Kitab Tujuh selain dia. Dia itu sekarang dalam kesetanan atau kebingungan, Kata Ki Rotan. Baik kalau begitu. Asalkan tuan berjanji, jika ilmu ini sudah kita dapatkan darinya, jangan jadikan dia korban yang tuan bunuh, kata Harwati. Dia tentu harus dibedakan dengan Ki Kembar itu, ujar Ki Rotan. Harwati lalu mendekat guru tua ilmu Seratus itu, dan mengikuti jejak langkahnya. Memang menemui sedikit kesukaran setelah batu-batu runcing yang berbahaya itu mulai menjadi penghalang. Ki Rotan menoleh kebelakang melihat Ki Harwati jauh tertinggal. Lalu dia berkata: Masih ingatkah kamu silat Belalang? Itu silat anak kecil. Ketika kecil ayah mengajarkan padaku! Namun itu bila kau gunakan sekarang. ilmu yang kecil biasanya diperlukan untuk mendapatkan ilmu yang besar, ujar Ki Rotan, Ki Harwati mulai melakukan konsentrasi untuk loncatan demi loncatan. Dan dia pun akhirnya meloncat dengan telapak kaki menginjak sedetik demi

19 sedetik pada tiap ujung batu tombak di lembah itu. Barulah menjelang sore Ki Rotan dan Ki Harwati tiba pada tempat yang tepat untuk memanjati dinding tebing ke arah mulut guha di atas. Dari situ masih terdengar teriak yang makin parau: Buku Bajingannn! Sudah tak perlu diragukan lagi, itu teriakan Gumara, ujar Ki Rotan. Kini saya tambah yakin, Guru!, tambah Harwati. Dan bagaikan cicak merambat, perlahan dan pasti, kedua pendekar memanjati dinding Lembah Surilam. Matahari menyinari tubuh yang memanjat itu. Dan matahari yang sama itu pula menyinari wajah Pita Loka, yang berseri-seri senja itu, menyambut kedatangan Guru Gumara. Guru itu membawa seperangkat buku-buku. Dia minta bertemu sejenak dengan Ki Putih Kelabu. Gumara berkata pada orangtua itu: Saya menemui tuan untuk minta ijin merunding satu soal dengan Pita Loka. Ki Putih Kelabu memanggil Pita Loka dan memberitahukan hasrat tamunya. Saya mungkin besok berhalangan mengajar, Maukah kamu menyalin pelajaran dari catatan saya ini di papan tulis? ujar sang Guru. Saya bersedia karena saya murid Pak Guru, jawab Pita Loka. Kamu cek lebih dulu di kantor dewan guru, di kelas-kelas mana dan pada jam mana saya mengajar. Lalu pinjamkan catatan ini pada Ketua Kelas masingmasing. Baik, Guru. Tentu kamu tahu saya mau kemana, Pita Loka, ujar Gumara. Tuan Guru rupanya begitu terganggu dengan ulah Ki Lading Ganda Isterinya sendiri merisaukan kepergiannya. Saya hanya ingin mencegah usahanya yang hanya akan sia - sia saja, kata Gumara. Oh ya. Guru adalah ahli takwil mimpi. Saya tadi malam bermimpi, ada dua semut atau lalat... yah katakanlah lalat, sebesar raksasa, yang memanjat ke mulut guha itu, kata Pita Loka. Mendengar berita mimpi itu, Gumara diam sejenak. Mendadak semangatnya berkobar, karena dia justru menerima wisik bahwa Ki Rotan dan seorang pengikutnya dengan memanjat dinding tebing. Semangat di wajah Gumara itu merisaukan Pita Loka yang lantas menerka dengan rasa cemburu: Apakah tuan Guru bersemangat sampai meninggalkan tugas mengajar karena didorong oleh membela seseorang yang dekat dengan hati anda?

20 Maksud kamu? Saya menduga salah seorang dari tamsil dua ekor lalat besar itu adalah Harwati, kata Pita Loka. Gumara langsung terperangah. Tuduhan itu didorong oleh motivasi, dan dia menyadari hal ini. Taruhlah dia Harwati, bukankah saya wajib mencegahnya karena aku dan dia satu titisan darah? ujar Gumara. Pita Loka hanya berdiam. Dia merasa lidahnya kelu. Padahal dia ingin mengumbar kejengkelannya mendengar pengakuan tak langsung ini! Setelah Gumara berpamitan pada Ki Putih Kelabu, Pita Loka lalu menyatakan dengan manja pada ayahnya: Tempelkan lagi daun sirih tanya itu, ke mataku, ayah. Tak layak bila seorang gadis cantik disertai kebutaan. Ketika sang ayah menempelkan sirih ke mata yang buta itu, di mata yang buta tampak airmata bercucuran, Beliau bertanya: Kenapa kau menangis? Pertanyaan ayahnya itu malahan membuat Pita Loka semakin tersedu-sedu. Ki Putih Kelabu adalah ayah yang bijaksana, lalu berkata: Maafkan jika pertanyaan ayah melukaimu, nak. Apakah ayah yakin kebutaanku akan sembuh? tanya Pita Loka. Yang penting usaha. Jika yang kau tanya, apakah air akan bisa naik ke hulu? Itu akan kujawab tidak. Tapi soal penyakit, semua penyakit ada obatnya. Bahkan penyakit jika tergigit bisa ular, atau tergores kuku jari seseorang yang kukunya itu mengandung bisa. Kuku Gumara memang berbisa, ayah. Kukunya inilah penyebab kebutaan mataku, kata Pita Loka. Mungkin juga, jika benar dalam kuku Gumara ada bisa, kebutaanmu akan sembuh jika kalian berdua kawin, ujar Ki Putih Kelabu. Kawin? Dengan Gumara? Cis, lebih baik aku terus dalam kebutaan daripada merelakan kawin dengan dia hanya berharap butaku sembuh. Ayah musti tahu, batin Gumara adalah batin manusia retak jiwa. Dalam jiwanya ada kembaran perasaan terhadap dua wanita: aku, dan Harwati. Itu ayah pun sudah tahu. Orang semacam ini jika menjadi suami, hanya akan mencelakakan hari depanku. Setamat SMA ini, dengan modal keberanian, aku akan ke kota. Dari kota aku akan menuju Jakarta. Desa terlalu kecil bagiku, sehingga telingaku mendengar orang-orang bergunjing mengenai kebutaanku. Sayang sakali, penduduk desa Kumayan ini masih kagum pada pendekar-pendekar sakti. Padahal

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu PROLOG Yui mengerjapkan matanya yang berat dan menggerakan tubuhnya turun dari ranjangnya. Seluruh badannya terasa remuk, dan kepalanya terasa amat pening. Mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam,

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu Bab 1 Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu M e n u U t a m a Peta Konsep Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu dibahas Memahami petunjuk dan cerita anak Bercerita dan menanggapi Memahami teks Menulis

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi. Prolog Orion mempercepat langkah kakinya, baju perang yang dikenakannya membuat langkah kakinya menjadi berat, suaranya menggema di lorong gua, bergema dengan cepat seiring dengan langkah kaki yang dia

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

Intro. Cupve - Izzi - Guardian

Intro. Cupve - Izzi - Guardian Intro Cahaya putih bersinar terang. Di ikuti bau yang begitu harum. Dari sebuah bola cahaya muncul sosok bersayap, dengan kaki-kaki yang lentik, tangan yang mungil tapi kuat, mata penuh dengan cinta dan

Lebih terperinci

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN Oleh: Aghana V Idents Copyright 2015 by Aghana V Idents Penerbit ( nulisbuku.com

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Dongeng Motivasi Emas dan Ular

Dongeng Motivasi Emas dan Ular 1 Dongeng Motivasi Emas dan Ular Kisah motivasi kali ini mengisahkan dongeng tentang seorang petani miskin. Impiannya ingin menjadi orang yang kaya. Dapatkah impian itu terkabul? Dapatkah ia mengambil

Lebih terperinci

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di Bait Pertama (Cintaku) Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di atas panggung yang terletak di tengah bangunan mal yang terbuka. Tommy sedang melakukan cek sound untuk penampilannya. Deru suara

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Dean, kau menghilang cukup lama, dan kau tak mungkin bergabung dengan mereka dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Justin yang menatapku dengan penuh perhatian. Aku

Lebih terperinci

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua Rahasia Gudang Tua Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah suara petir yang silih berganti membuatnya susah memejamkan mata. Hiasan gantung di luar jendela kamarnya selalu bergerak ditiup angin

Lebih terperinci

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri.

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Irfan terperangkap dalam medan asmara, hatinya terpaut dan terjatuh

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang. Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN 1 MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN Kini kulihat dirimu sedikit berbeda Entah apa yang terjadi, Diammu cukup membuat sejuta tanya dalam benakku Mencoba mencari tahu namun ku tak mampu menerka Ah, atau aku yang

Lebih terperinci

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA MINGKIAJA HANYA KAMU BAB 1 AMANDA Hanya dengan memandangi fhotomu membuat hatiku damai, tetapi hanya sebatas itu yang dapat aku lakukan. Saat ini dirimu menjadi milik lelaki lain, lelaki yang sebenarnya

Lebih terperinci

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong Musim Semi Hari ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Aiko. Setelah sekitar mungkin 7tahun lebih aku tak pernah melihatnya. Aku percaya mungkin dengan cara aku berpura pura sebagai dirimu, dia masih

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Mata Cinta Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Tangan ini beralirkan anugerah kuasa-mu Sederhana bagi-mu Hanya kamilah merasa

Lebih terperinci

Loyalitas Tak Terbatas

Loyalitas Tak Terbatas Loyalitas Tak Terbatas Agra Utari Saat orang bertanya pada saya, Hal favoritmu di dunia ini apa, Gra? Saya selalu dengan pasti menjawab, Anjing. Ya, saya sangat cinta dengan makhluk berkaki empat ini.

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari PROLOG Queenstown Singapore, 1970 Apartemen setinggi ratusan kaki itu mustahil akan membuatnya mudah turun dan keluar. Dia ada di lantai paling atas. Bersama tiga nyawa yang telah hilang dengan beragam

Lebih terperinci

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M.

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara TIMUN EMAS Si Manan dan Si Beku Nyai Dasima Pengalaman I Kodok Asal Usul Rawa Pening Dongeng Kera Sakti Buaya Perompak Dongeng Durbet Asal Mula Bukit Demulih Nyi Loro Kidul

Lebih terperinci

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Negeri Peri Di Tengah Hutan Negeri Peri Di Tengah Hutan EXT. Desa Terpencil. Pagi Hari Disebuah desa hiduplah seorang anak perempuan yang lugu, yang bernama. Ia senang sekali bermain ditepi hutan. Namun ibunya sebenarnya melarangnya.

Lebih terperinci

Kisah Dari Negeri Anggrek

Kisah Dari Negeri Anggrek Kisah Dari Negeri Anggrek By Eryani Widyastuti SATU Pernahkah kalian mendengar kisah ini? Kisah dari Negeri Anggrek yang damai, indah, dan udaranya dipenuhi oleh bau harum-manis bebungaan anggrek. Negeri

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

László Hankó: Kebahagiaan Marina

László Hankó: Kebahagiaan Marina 1 László Hankó: Kebahagiaan Marina Terjemahan: Mentari Siahaan Dahulu kala hiduplah seorang wanita muda dan cantik bernama Marina. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi pantai bersama suaminya yang

Lebih terperinci

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu

Lebih terperinci

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa 5 Aku Tidak Mengerti Orang Biasa Setelah pertengkaran aneh beberapa minggu lalu, aku berhasil mendapatkan hari libur minggu yang menyenangkan. Kali ini tanpa Siska ataupun ketua yang merencanakan menyusun

Lebih terperinci

Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin)

Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin) Ahmad Taqi Rayhan, Abdullah ibn Mas ud, dkk. Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin) Awal, aku tidak percaya bisa melakukan hal-hal yang sebodoh ini. Aku menyesal. Mengapa diriku ini bodoh,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang.

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang. Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang. Sepertinya mereka adalah rekan kerja satu ruangan di lantai 12,

Lebih terperinci

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu Kisah Satu (Oktra) Mendamba Angin Malam Hidup adalah tentang berkorban, atau bahkan mengorbankan orang lain untuk hidup kita. Hidup memberikan makna-makna tersirat yang harus kita artikan sendiri sebagai

Lebih terperinci

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN KELAHIRANKU Ternyata proses kelahiranku itu dahsyat, saat pasangan suami istri melakukan hubungan intim, maka bisa jadi sang istri hamil. Kehamilan terjadi saat sperma masuk ke

Lebih terperinci

Pemilik jiwa yang sepi

Pemilik jiwa yang sepi Mawar biru Kusiapkan ini khusus untuk hadiah ulang tahunmu Sebagai persembahanku atas perhatianmu... Cintamu dan kesediaanmu menerima diriku Terimalah ini Mawar biru... Yang khusus kupetik dari surga Untuk

Lebih terperinci

1. Aku Ingin ke Bandung

1. Aku Ingin ke Bandung 1. Aku Ingin ke Bandung Malam ini terasa berbeda, apa yang aku dengar terasa bagaikan bisikan dari masa lalu yang tak akan pernah mendatangi kehidupanku. Aku ingin ke Bandung hatiku berbisik pelan tapi

Lebih terperinci

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 7/15/15 Yunus 1 YUNUS Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Pada jaman dahulu, ada seorang nabi di Israel yang bernama Yunus. Ayahnya bernama Amitai. ALLAH memberi

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

AKU AKAN MATI HARI INI

AKU AKAN MATI HARI INI AKU AKAN MATI HARI INI Cerpen Ardy Kresna Crenata AKU BELUM TAHU DENGAN CARA APA AKU AKAN MATI. Apakah mengiris nadi dengan pisau akan menyenangkan? Atau memukul-mukul tengkorak dengan batu akan jauh lebih

Lebih terperinci

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN A.Nggier FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Persahabatan Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi. Dialah

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #19 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas Juli Milik kita Hanya ada dua kali dalam satu tahun Kebahagiaan yang luar biasa bagi kita Kerinduan yang sekian lama terpendam, kini terbayar juga Cuti kenaikan tingkat, dari tingkat 2 menuju tingkat 3

Lebih terperinci

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. INT. GUDANG - MALAM IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. Ibu meniup permukaan buku. Debu berterbangan. Glittering particle membentuk

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui salah satu blog yang sudah lama ia ikuti. Blog yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang

Lebih terperinci

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea,

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, KEBANGKITAN YESUS Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, Pontius Pilatus, pada tanggal 14 Nisan

Lebih terperinci

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Dibalik perjuangan seorang PAPA Dibalik perjuangan seorang "PAPA" Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah

Lebih terperinci

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Fiction. John! Waktunya untuk bangun! Prologue Ada seorang anak kecil yang mengendap-endap memasuki sebuah kamar dimana di tengah ruangan terdapat sebuah piano besar. Dia perlahan-lahan menutup pintu dan melihat piano besar tersebut dengan

Lebih terperinci

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung) Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung) Ditulis kembali oleh : Iin Muthmainnah Teruntuk Sekolah Alam Mutiara Lampung Bandarlampung 2005 Judul Naskah : Putri Sinar Alam

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan: Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata

Lebih terperinci

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP Seorang pemuda bernama abid berjalan memasuki hutan untuk mencari hal baru, setelah sampai ke ujung jalan, dia tidak menyadari bahwa ada jurang di depannya, dan dia pun

Lebih terperinci

INSPIRATIF

INSPIRATIF INSPIRATIF HTTP://IPHINCOW.WORDPRESS.COM 1 COBALAH UNTUK MERENUNG Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di

Lebih terperinci

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu. Sahabat Terbaik Hari Minggu pagi yang cerah ini seharusnya adalah waktu yang menyenangkan untuk olahraga bersama sahabat terdekat. Sayangnya, hari ini Femii sedang tidak enak badan, perut dan punggungnya

Lebih terperinci

SATU. Plak Srek.. Srek

SATU. Plak Srek.. Srek SATU Plak Srek.. Srek Kertas coklat bertuliskan WANTED itu terlepas dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus

Lebih terperinci

Chapter I. Saudaraku,

Chapter I. Saudaraku, Chapter I Michael sedang berbicara dengan para malaikat yang lain. Rupanya di surga, tempat yang kudus, tenang, dan dipenuhi oleh sungai-sungai yang dialiri susu, telah terjadi kejadian yang menggemparkan,

Lebih terperinci

dengan penuh hormat. rumah. mata.

dengan penuh hormat. rumah. mata. Kegiatan Norma-norma di Masyarakat Perhatikan cerita berikut baik-baik. Alin dan Keluarganya Alin sekarang duduk di kelas III. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Keluarga Alin hidup dengan disiplin.

Lebih terperinci

Satu Hari Bersama Ayah

Satu Hari Bersama Ayah Rafid A Shidqi Satu Hari Bersama Ayah Tapi aku akan mengatakannya... bahwa aku sangat menyayangimu... Ayah Penerbit Nulis Buku Satu Hari Bersama Ayah Rafid A Shidqi Copyright Rafid A Shidqi, 2012 All rights

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #24 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci