Jurnal Ilmiah Platax Vol. 7:(1), Januari-Juni 2019 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
PERSENTASE TUTUPAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI SEPANJANG PESISIR TAMAN NASIONAL BUNAKEN BAGIAN UTARA

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

KONDISI EKOLOGI MANGROVE PULAU BUNAKEN KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

1. Pengantar A. Latar Belakang

JURNAL STRUKTUR KOMUNITAS HUTAN MANGROVE DESA MENGKAPAN KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK OLEH FIA NOVIANTY SITINJAK

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN DEGRADASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA MUARA, TANGERANG, BANTEN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

ABDUR RAHMAN. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO

STRUKTUR DAN KOMPOSISI HUTAN MANGROVE LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indra G. Ndede¹, Dr. Ir. Johny S. Tasirin, MScF². & Ir. Maria Y. M. A. Sumakud, MSc³. ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Kelimpahan dan Pola sebaran mangrove, Perairan Sungai Ladi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO.

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN:

dan ~erkembangnya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

Kata kunci : Kelurahan Moro Timur, Struktur Komunitas, Mangrove

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor-Faktor Produksi Serasah Hutan Mangrove Di Kampung Gisi Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Abdul Rasyid

KONDISI EKOLOGI MANGROVE DI PULAU MANTEHAGE KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

3. METODOLOGI PENELITAN

JurnalIlmiahPlatax Vol. 4:(1), Januari 2016 ISSN:

Community structure of mangrove at Marine Tourism Park of Kupang Bay, East Nusa Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

adalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPOSISI VEGETASI HUTAN MANGROVE DI PANTAI MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Transkripsi:

STRUKTUR KOMUNITAS DAN PERSENTASE TUTUPAN MANGROVE DI DESA GAMTALA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT (Community Structure and Percent Cover of Mangrove in Gamtala Village, Jailolo District, West Halmahera Regency) Elroi Nity 1, Suria Darwisito 2*, Joshian N.W. Schaduw 3, Markus T. Lasut 3, Adnan S. Wantasen 5, Deiske A. Sumilat 1, Hens Onibala 4 1 Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana FPIK, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus Unsrat Kleak. Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia 2 Program Studi Budidaya Perairan, FPIK, Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 3 Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 4 Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan, FPIK, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 5 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 * Corresponding Authors: darwisitosuria@gmail.com ABSTRACT This study aims to know the percent cover of mangrove and to assess the community structure. It was carried out in Gamtala village, Jailolo district, and west Halmahera regency, using line transect method with 1x1 m plot.. Data analysis covered the community structure and percent cover of mangrove canopy. This study found seven mangrove species, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan Xylocarpus granatum. Based on Importance Value Index (IVI), Bruguiera gymnorhiza had the highest, 149.6, and Avcsennia alba did the lowest, 9.357. In addition, Gamtala village had manrove percent cover of 72.11 %. Keywords: canopy, community structure, mangrove, Gamtala. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentasi tutupan mangrove dan menghitung struktur. Penelitian ini dilakukan di Desa Gamtala Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini menggunakan metode transek garis dengan 1x1 m plot. Penelitian ini menemukan tujuh spesies mangrove, yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan Xylocarpus granatum. Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Bruguiera gymnorhiza memiliki nilai tertinggi, 149,6, dan Avcsennia alba memiliki nilai terendah 9,357. Sebagai tambahan, desa Gamtala memiliki tutupan mangrove sebesar 72,11 %. Kata Kunci: kanopi, struktur komunitas, mangrove, Gamtala. PENDAHULUAN Wilayah pesisir adalah tempat mangrove dapat tumbuh dan berkembang, sekaligus pertemuan antara darat dan lautan. Wilayah pesisir ke arah darat masih dipengaruhi sifatsifat laut dan ke arah laut masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat. Wilayah pesisir terdiri dari beberapa ekosistem salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Kondisi ekosistem hutan mangrove ini sangat penting, karena selain memiliki 284

nilai ekonomi yang dapat diambil secara langsung misalnya batang, akar, daun, dan buah, hutan mangrove juga berperan terhadap perekonomian pantai secara tidak langsung. Ekosistem hutan mangrove mendukung keberadaan ekosistem lain di sekitarnya seperti perikanan pantai, padang lamun. dan terumbu karang (Kusmana 216). Sumberdaya pesisir dan lautan memiliki potensi untuk dikembangkan. Sumberdaya ini mendukung kawasan yang ada di sekitarnya dan mempunyai peranan yang besar terhadap kelangsungan hidup biota di kawasan pesisir. Degradasi kawasan mangrove disebabkan oleh kegiatan antropogenik yang mengeksploitasi ekosistem mangrove tanpa memperhitungkan daya dukung kawasan mangrove itu sendiri (Schaduw, 215). Desa Gamtala berada di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu desa dengan sumberdaya hutan mangrove yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Berdasarkan data BPDAS (212), hutan mangrove di Kabupaten Halmahera Barat memiliki luas hutan sekunder sebesar 738,38 ha, hutan primer dengan luas sebesar 3,152.56 ha. Dari luasan hutan mangrove tersebut, kecamatan Jailolo memiliki hutan mangrove sebesar 621.71 ha dengan status sebagai hutan primer, dan 14.13 ha dengan status sebagai hutan sekunder sedangkan untuk Desa Gamtala memiliki hutan mangrove dengan luasan sebesar 24,41 ha. Di Halmahera Barat sebagian penduduk bermukim atau bertempat tinggal di daerah pesisir dimana mereka menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan sumberdaya pesisir termasuk mangrove. Hutan mangrove didaerah ini dimanfaatkan masyarakat dengan mengubah alih fungsi lahan sebagai tempat pemukiman akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga pembangunan lebih condong ke pesisir laut, alih funggsi lahan mangrove menjadi lahan-lahan pertanian, Perikanan budidaya serta penebangan secara berlebihan untuk dijadikan kayu bakar dan bahan bangunan. Akibatnya terjadi kerusakan hutan mangrove walaupun belum di ketahui berapa besar hutan mangrove yang rusak didaerah ini. Pemanfaatan hutan mangrove yang berlebihan menjadi ancaman yang sangat serius jika tidak dilakukan rehabilitasi kembali, untuk itu dibutuhkan suatu pengelolaan yang baik agar supaya keberadaan ekosistem hutan mangrove dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan mangrove Desa Gamtala, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. dan Penelitian ini di laksanakan pada bulan September 218. Pengambilan Data Struktur Komunitas Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi mangrove dilakukan pengambilan data dengan menggunakan line transek. Penarikan line transek dilakukan dengan cara membuat garis tegak lurus dari pantai ke arah darat dengan membuat plot kuadran 1x1 (Bengen, 22). Sebelum melakukan pengambilan data dilakukan pengamatan lapangan yang meliputi seluruh kawasan hutan mangrove yang bertujuan untuk melihat secara umum keadaan fisiognomi dan komposisi tegakan hutan serta keadaan pasang surutnya. fisiognomi adalah gambaran vegetasi yang tersusun atas kelompok tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama di alam atau suatu tempat tertentu yang dicirikan baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifatsifatnya yang mencirikan gambaran vegetasi tersebut. Data vegetasi dari setiap line transek diambil dengan menggunakan metode plot kuadran 1x1. Pada setiap plot semua 285

tegakan diidentifikasi jenis, diukur diameter atau DBH (Diameter at breast heigh) dan dihitung jumlah individu masing-masing jenis. Pengukuran tutupan vegetasi mangrove dilakukan dengan metode hemispherical photography. Gambar 1. Lokasi Penelitian Pengambilan Data Persentase Tutupan Kanopi Untuk mengetahui persentase tutupan kanopi suatu komunitas hutan mangrove dilakukan dengan menggunakan metode Hemispherical Photography. Hemispherical Photography ialah teknik karakteristik kanopi suatu hutan dengan menggunakan foto-foto di areal tersebut dalam memperkirakan radiasi matahari dan ciri tanaman melalui lensa pandang jauh (Anderson, 1964), untuk mengetahui tutupan hutan mangrove di daerah tersebut. Analisis Data Analisis Data Struktur Komunitas Data-data mengenai spesies, jumlah individu, dan diameter pohon dengan menggunakan metode line transect kuadran yang telah dicatat pada data Sheet mangrove, diolah lebih lanjut untuk memperoleh nilai kerapatan spesies (Di), kerapatan relatif spesies (RDi), frekuensi spesies (Fi), frekuensi relatif spesies (RFi), penutupan spesies (Ci), penutupan relatif spesies (RCi), dan nilai penting suatu spesies (INP) (Bengen, 22, Kusmana et al., 23, Kusumastanto et al., 22 Schaduw, 218), sebagai berikut : Analisis Persentase Tutupan Kanopi Mangrove Konsep dari analisis ini adalah pemisahan pixel langit dan tutupan vegetasi, sehingga persentase jumla pixel tutupan vegetasi mangrove dapat dihitung dalam analisis gambar biner. Foto hasil pemotretan, dilakukan analisis mengunakan perangkat lunak ImageJ (Ishida 24, Chianucci et al., 214 dalam Dharmawan & Pramudji 214). 286

HASIL DAN PEMBAHASAN Mangrove di Desa Gamtala Hasil yang diperoleh dalam penelitian berdasarkan titik pengamatan yang dilakukan pada tiga stasiun yakni titik yang berdekatan dengan laut (stasiun 1), di tengah antara hutan mangrove (stasiun 2) dan berdekatan dengan pemukiman warga ( satsiun 3) secara kasat mata diperoleh hasil bahwa ekosistem hutan mangrove Desa Gamtala dikategorikan masih sangat baik hal ini dikarenakan ekosistemnya masi terjaga. Akan tetapi terdapat satu titik yang menjadi perhatian khusus, karena adanya penebangan hutan mangrove untuk alih fungsi lahan. Dalam penelitian ini di temukan ada beberapa jenis mangrove. Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan Xylocarpus granatum. Tabel 1. Jenis Mangrove Pada Stasiun 1 No Nama Latin Jenis ST.1 Transek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 Bruguiera gymnorrhiza Bg 2 Rhizophora apiculata Ra 3 Sonneratia alba Sa 4 Rhizophora mucronata Rm 5 Avicennia alba Aa Tabel 2. Jenis Mangrove Pada Stasiun 2 No Nama Latin Jenis ST.2 Transek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 Bruguiera gymnorrhiza Bg 2 Rhizophora apiculata Ra 3 Sonneratia alba Sa 4 Rhizophora mucronata Rm 5 Bruguiera sexangula Bgs Tabel 3. Jenis Mangrove Pada Stasiun 3 No Nama Latin Jenis ST.3 Transek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 Bruguiera gymnorrhiza Bg 2 Bruguiera sexangula Bgs 3 Xylocarpus granatum Xg Hasil Persentasi Tutupan Mangrove Berdasarkan hasil analisis mengunakan metode hemisperichal photography, dapat diketahui bahwa tutupan kanopi pada stasiun 1 yang berhadapan langsung dengan laut sebesar 69,69 %. KEPMEN LH No. 21 Tahun 24 menyatakan kriteria baku kerusakan mangrove yaitu dimulai dari 75% keatas termasuk pada kategori padat atau baik sedangkan 5 % - 75 % dikategorikan sedang, dan pada kriteria dibawa dari 5% sudah dikategorikan rusak atau jarang. Dengan luas tutupan 287

kanopi sebesar 69,69% kondisi hutan mangrove di stasiun 1 masuk dalam kategori sedang, mengacu pada Kepmen LH No. 21 Tahun 24, hal ini dikarenakan pada stasiun satu kondisi hutan mangrove masih terdapat banyak mangrove yang tumbuh. Sedangkan pada stasiun 2 memiliki nilai tutupan dengan jumlah 71,92 % berdasarkan KEPMEN LH No. 21 Tahun 24 menyatakan bahwa ada beberapa kreteria baku kerusakan mangrove maka tutupan mangrove pada stasiun 2 masuk pada kategori sedang dengan standar baku mutu sesuai pada KEPMEN LH Nomor. 21 Tahun 24 yaitu 5 % - 75 % maka dapat disimpulkan bahwa mangrove pada stasiun 2 yang diambil pada bagian tengah dari hutan mangrove Desa Gamtala memiliki tutupan yang masih stabil atau menuju pada fase baik. Hasil pengamatan pada stasiun 3, besaran tutupan kanopi hutan mangrove 74,73%. Dibandingkan dengan stasiun satu dan dua, besaran tutupan kanopi pada stasiun tiga masih lebih besar walaupun berdasarkan KEPMEN LH Nomor 21 Tahun 24, ketiga tiganya masuk dalam kategori yang sama yakni kategori sedang. Jika presentasi tutupan kanopi dari ketiga stasiun pengamatan dirata-ratakan maka diperoleh hasil persentasi tutupan hutan mangrove Desa Gamtala yaitu 72,11 % berada di kriteria sedang dengan fase baik. Hasil penelitian luas tutupan kanopi disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. persentasi tutupan hutan mangrove Desa Gamtala Analisis Struktur Komonitas Mangrove Berdasarkan analisis struktur komunitas, nilai kerapatan jenis tertinggi pada stasiun dua sebesar,11 untuk spesies Rhizophora apiculata dan nilai kerapatan jenis terenda sebesar,3 yaitu pada spesies Xylocarpus granatum. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Bruguiera gymnorrhiza. Hasil analisis untuk nilai kerapatan relatif tertinggi adalah spesies Rhizophora apiculata yakni sebesar 59,65 % dan nilai kerapan relatif terendah adalah spesies Xylocarpus granatum sebbesar 3,23%. Data hasil analisis terhadap kerapan jenis dan kerapatan relatif jenis pada penelitian ini, disajikan dalam gambar 3 dan 4. Hasil analisis untuk nilai frekuensi jenis tertinggi sebesar,5 adalah spesies Xylocarpus granatum sedangkan nilai frekuensi terendah,8 pada spesies Bruguiera sexsangula. Untuk nilai frekuensi relatif jenis tertinggi yaitu sebesar 5% pada spesies Xylocarpus granatum dan nilai terendah yaitu sebesar 6,4516 % pada spesies Bruguiera gymnorrhiza walaupun jenis ini merupakan jenis yang terlengkap 288

karena dapat ditemukan di tiga stasiun. Data Frekuensi jenis dan frekuensi relati jenis pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Kerapatan jenis (Di) Gambar 3. Kerapatan jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala Kerapatan Relatif Jenis (RDi).11.12.1.7.8.6.6.4.43333.4.1.3.3.2.2.33.667.1.1 ST1.33.667.7.4.1 ST2.1.11.1.3.2 ST3.6.4333.3 6 52.5 59.65 54.84 5 41.93548 4 3 3 2 5.2632 1 14.4 14.35 1 2.5 5 7.2 3.23 ST1 2.5 5 52.5 3 1 ST2 5.2632 59.65 7.2 14.4 14.35 ST3 54.84 41.9355 3.23 Gambar 4. Kerapatan relatif jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala Frekuensi Jenis (Fi).5.42,5.33.4.25.33.33.25.3.16667.24.16.16.2.833.8.1 ST1.833.1667.25.33.24 ST2.16.25.33.42.8 ST3.33.16.5 Gambar 5. Frekuensi jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala 289

Frekuensi Relatif Jenis (Rfi) 33.33 5 5 4 26.67 33.33 33.6 26.88 2.16 3 12.93 2 2 13.3333 16.66667 6.6667 6.4516 1 ST1 6.666713.333 2 26.67 33.33 ST2 12.93 2.16 26.88 33.6 6.4516 ST3 33.33 16.667 5 Gambar 6. Frekuensi relatif jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala Nilai penutupan jenis tertinggi berada pada jenis Sonneratia alba dengan nilai 79,74 sedangkan nilai terendah yaitu jenis Xylocarpus granatum dengan nilai penutupan jenis,34, dan nilai penutupan relatif tertinggi yaitu jenis Sonneratia alba dengan persentasi 61,42 % sedangkan terendah yaitu jenis Xylocarpus granatum dengan nilai persentasi penutupan relatif jenis,27%. Penutupan jenis dan penutupan relatif jenis pada penelitian ini lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Penutupan Jenis (Ci) 79.74 78.6 8 7 6 49.8149 5 31.39 4 17.97 23.1 25.92 3 2.1576 2 1.1 1.2389.48938 1.69.34 ST1.2389.4894 17.97 79.74 31.39 Gambar 7. Penutupan jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala Penutupan Relatif Jenis (RCi) ST2 2.1576 1.1 23.1 1.69 25.92 ST3 78.6 49.81.34 7 6 5 4 3 2 1 61.42 6.89 41.28 36.65 38.84368 15.95 24.18 3.4362 13.84.184.37695 2.69.27 ST1.184.377 13.84 61.42 24.18 ST2 3.4362 15.95 36.65 2.69 41.28 ST3 6.89 38.844.27 Gambar 8. Penutupan relatif jenis pada hutan mangrove Desa Gamtala 29

Indeks nilai penting pada hutan mangrove Desa Gamtala yaitu spesies Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai 149,6 sedangkan nilai terendah yaitu spesies Avisenia alba sebesar 9,357. Spesies Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis yang paling banyak karena berada pada tiga stasiun. Indeks nilai penting pada penelitian ini lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 9. Indeks Nilai Penting (INP) 149.6 16 14 118.8 95.76 12 97.44583 1 86.34 7.55 67.51 8 5.33 61.767 53.49 6 21.63 4 9.357 18.713 2 ST1 9.357 18.713 86.34 118.8 67.51 ST2 21.63 95.76 7.55 5.33 61.767 ST3 149.6 97.4458 53.49 Gambar 9. Indeks nilai penting pada hutan mangrove Gesa Gamtala KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian di Desa Gamtala Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, dengan judul Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Desa Gamtala dapat disimpulkan bahwa: 1. Terjadi kerusakan ekosistem mangrove di beberapa titik karena akibat dari alih fungsi lahan dari hutan mangrove ke perkebunan kelapa dan pala. Hal ini sangant berdampak bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, dan akan berdampak abrasi, sedimen dan intrusi air laut serta hilangnya biota yang hidup di hutan mangrove. - Dari hasil penelitian terdapat tujuh jenis mangrove yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Bruguiera sexangula, dan Xylocarpus granatum. Dan yang mendominasi yaitu jenis Bruguiera gymnorrhiza - Dari hasil penelitian bahwa persentasi tutupan mangrove di Desa Gamtala masih berada pada nilai persentasi 72,11 % dan mengacu pada keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 24, maka ekosistem mangrove Desa Gamtala masih berada pada zona sedang. - Baik buruknya suatu ekosistem dapat diukur dari kualitas air itu sendiri menurut data dari LIPI (217) bahwa kualitas air di perairan Jailolo khususnya Desa Gamtala masih sangat baik. 2. Di dalam pengelolaan ekosistem mangrove diperlukan beberapa strategi untuk menuju pada ekosistem berkelanjutan yaitu perencanaan, implementasi, pemantawan dan evaluasi - Dalam melakukan pengelolaan berkelanjutan maka pemerintah sebagai pemegang takhta untuk mengarahkan masyarakat dan LSM untuk memprioritaskan pengelolaan ekologi dengan tetap mempertahankan ekonomi sosial dan kelembagaan. 291

B. Saran Sebagai desa yang memiliki kewenangan penuh terhadap ekosistem hutan mangrove, maka perlu melakukan upaya yang lebih giat lagi dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. 1. Perlu dilakukan sosalisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di desa tersebut maupun desa tetangga yang masih berhubungan langsung dengan ekosistem mangrove tentang betapa pentingnya ekosistem mangrove terhadap kehidupan. 2. Pemerintah Desa sebagai pemegang takhta tertinggi di desa secara lugas dapat mengambil langka mengenai faktor prioritas pengelolaan yaitu pada ekologi dengan tetap mempertahankan ekonomi, sosial dan kelembagaan. Serta secepatnya mengeluarkan Undang-undang Desa atau PERDES. Perlu adanya aktivitas masyarakat atau dibangunnya sebuah organisasi masyarakat peduli lingkungan terlebih khusus mereka yang menggantungkan hidupnya di lahan mangrove. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terima kasih kepada Pimpinan CV. Pesona Rat yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anderson, M.C. 1964 Studies of the wood-land lihgt climate I. The photographic compotation of light condition. Jurnal of Ecology 52: 27-41. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Ake Malamo. 212 Buku V (naskah dan data). Rencana teknik rehabilitasi hutan dan lahan daerah aliran sungai (RTk-RHL DAS) ekosistem mangrove dan sempadan pantai wilayah kerja bpdas ake malamo. Ternate. Bengen, D.G. 22. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Dharmawan Eka Wayan, dan Pramudja. 214 Panduan Monitoring Status Kesehatan Komunitas Mangrove. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta. PT Sarana Komunilasi Utama. Kusmana C. 216. Konservasi Mangrove dan Kesejatran Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jl. Pelaju No. 1 Jakarta 123. Kusumastanto, T., Ernan R., Bambang, H.T., John, P., Mulyono, S.B., Tundjung, I., Mujizat, K. dan Alim, N., 22. Penyusunan Pra Analisis Penggunaan Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Gorontalo. Laporan Akhir. Kerjasama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo dengan PK-SPL IPB. Bogor. hal 2:24-26. Kusmana, C., Wilarso, S., Hilwan, I., Pamoengkas, P., Wibowo, C., Tiryana, T., Triswanto, A., Yunasfi, Hamzah. 23. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan. IPB. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Oseanografi Ternate. 217. Nilai rata-rata parameter kualitas air. Schaduw J.N.W. 215a. Bioekologi Mangrove Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minsel Provinsi Sulut. Jurnal LPPM UNSRAT bidang Scince Sains dan Teknologi. Vol II. No. 1 Schaduw J.N.W. 216. Kondisi Ekologi Mangrove Pulau Bunaken Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Volume 3 Nomor 2. 292

Schaduw J.N.W. 218. Struktur Komunitas Dan KeberlanjutanPengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil(Kasus Pada Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 16 Issue 2: 12-129 Tuwongkesong H, Mandagi S. V, Schaduw J. N. 218. Kajian Ekologis Ekosistem Mangrove Untuk Ekowisata Di Bahowo Kota Manado. Majalah Geogra_ Indonesia Vol. 32, No.2, Hal (177-183). 293