MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NKRI MELALUI PERCEPATAN PENETAPAN BATAS NEGARA. Pendah uluan.



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

MI STRATEGI

MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si

PUSANEV_BPHN. Beberapa Perundang-undangan yang terkait dengan Tugas TNI Angkatan Laut KUMDANG 1. Oleh : DISKUM TNI AL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

LATIHAN SOAL-SOAL PEND. KEWARGANEGARAAN (Pilihlah jawaban paling benar)

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

Hukum Laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

Transkripsi:

MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NKRI MELALUI PERCEPATAN PENETAPAN BATAS NEGARA Oleh : Mayjen TNI A.Chasib (Tenaga Pengkaji Bidang Strategi Lemhannas RI) Pendah uluan. sejarah lahirnya bangsa Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan kerajaan di Pulau Jawa dan Kepulauan Nusantara. Dalam perkembangannya, perjuangan mosl integrasi M.Natsir pada tanggal 2 April 1950 berhasil mempersatukan 17 negara bagian dan RIS menjadi NKRI. Paska kemerdekaan kemudian dikumandangkan Teritoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) dengan batas wilayah hanya tiga mil dari garis pangkal. Selanjutnya Deklerasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 memperjuangkan agar NKRI menjadi negara kepulauan, yang terwuju dengan diratifikasinya unclos 1982 oleh beberapa negara. Namun sampai saat ini Indonesia masih belum memiliki Peta definitif di Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dikarenakan belum terselesaikannya penetapan garis batas wilayah dengan sembilan dari sepuluh negara tetangga. Kendala penyelesaian disebabkan adanya perbedaan penafsiran dalam pemahaman dan kepentinganegara-negara lain serta kurang gigihnya Delegasi Rl. Pada kondisini upaya pencapaian kesepakatan melalui diplomasi, dialog maupun kerja sama memerlukan susunan delegasi yang kompeten. Apabila masalah dipending atau dibiarkan maka Claim kepemilikan wilayah terus terjadi dan menjurus kearah konflik perbatasan. Kabinet Indonesia Bersatu telah menyusun rencana Pembangunan Jangka Menengah yang ditetapkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2009-2014. Memuat misi pendekatan pembangunan yang mengedepankan rasa keadilan dan pemerataan, salah satunya adalah memberi perhatian khusus pada wilayah perbatasan, namun belum seluruhnya dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga kondisi daerah perbatasan masih memprihatinkan. "

Belum adanya ketetapan batas negara memberi peluang terjadinya pelanggaran hukum, yang dilakukan dengan melakukan perpindahan patok batas, penyelundupan, penggunaan wilayah, pencurian sumber daya alam atau kegiatan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan. Hal tersebut pertanda bahwa Pemerintah belum memberi perhatian serius terhadap wilayah dimaksud dan cenderung menyerahkan pengawasan maupun perkembangannya kepada masyarakat. Negara menghadapi persoalan perbatasan di darat maupun di laut dimana penyelesaiannya harus datang dari pusat, memerlukan perhatian dan penyelesaian secara tuntas agar tidak terjadi konflik "namun bukan berarti mengalah" melalui negosiasi atau interaksi internasional. Sangat dihawatirkan terjadinya peralihan rasa kebangsaan/nasionalisme karena masyarakat menoleh akibat pengaruh negara tetangga, yang pada masany akan memihak secara psikologis dan acuh terhadap kepemilikanegara serta terbentuknya batas imaginer. Belum terciptanya kesepakatan perbatasan menjadi potensi konflik, karena tuntutan kepemilikan biasanya dilakukan manakala wilayah tersebut berkembang dan menguntungkan. Untuk mencegah timbulnya konflik dan selesaianya penentuan perbatasan diperlukan aksi nyata, melalui upaya efektif dengan negosiasi atau diplomasi baik fisrt track,second track maupun multi track. Permasalahannya adalah bagaimana delegasi sebagai negosiator dapat menciptakan kesepakatan perbatasah sehingga dapat menegakkan kedaulatan NKRI. Kepemimpinan nasional merupakan kunci dalam penyelesaian persoalan kedaulatan wilayah NKRI. Pengembangan peran diplomasi diharapkan dapat memperlunak dan meningkatkan jalinan yang lebih erat sehingga memudahkan dialog dan penyelesaian masalah perbatasan secara mutua! benefit. Kesefahaman bilateral melalui canfidentce building Measure (CBM) dapat menekan timbulnya konflik sekaligus memberi kepercayaan yang memungkinkan adanya kerjasama yang lebih jauh. Negosiasi hendaknya dilakukan lebih bermakna secara multi track dengan mengutakamakan diplomasi first track khususnya pada negara yang belum sepakat dengan garis batas. Pemerintah Indonesia harus menyiapkan peraturan perundangan berkaitan dengan batas negara, penyiapan delegasi "permanen" khusus perbatasan, pembangunan daerah perbatasan, sehingga secara internal dapat memberi posisi tawar dalam pelaksanaan diplomasi.

Keberhasilan pengembangan diplomasi tersebut dapat dicapai melalui adanya delegasi negosiasi yang mapan dan dengan kompentensinya dapat menentukan garis batas negara, yang selanjutnya Indonesia memilki peta definitive di PBB. Permasalahan yang dihadapi. Belum adanya Peta definitif Indonesia di Badan Persatuan Bangsa Bangsa, karena masih memerlukan penentuan garis-garis batas yang dilengkapi dengan koordinat, hal tersebut baru akan diperoleh apabila ada kesepakan antara Pemerintah Indonesia dengan negara tetangga. Adanya beberapa negara yang belum meratifikasi UNCLOS 1982, memberi keraguan dalam menentukan peraturan perundangan khususnya dalam penanganan maritim. Belum tuntasnya penentuan garis batas negara dan terus berlarut dapat mengakitabatkan pelanggaran wilayah yang sulit diselesaikan serta makin meningkatnya pencurian sumber kekayaan alam. Kesiapan dan susunan delegasi yang belum maksimal menjadi hambatan dalam diplomasi. Upaya diplomasi melalui negosiator, selama ini dirasakan masih pada batas menjalin hubungan tanpa penekanan kepentinga nasional serius yaitu penyelesaian perbaiasan. Pelaksanaan diplomasi yang dilakukan delegasi "sekedar pertemuan rutin dan protokoler", bdlum dapat menentukan tahapan penyelesaian dengan sasaran nyata. Keterpaduan susunan delegasi dari berba$ai Kementerian belum "solid", dimana masing masing lebih tertarik dengan melakukan penyelesaian secara "sendiri". Peluang yang diciptakan pihak lain menarik Kementerian terkait melakukan pertemuan terpisah, kondisi seperti ini sangat mernguntungksn negara terkalt. Pemimpi nasional kurang focus menaruh perhatian terhadap masalah perbatasan, yang diindikasikan dengan kebijakan yang belum menjadi statemen langsung pemerinialr. Penunjukan personil perurakilan dari Kementerian hanya sekedarnya yang terkadang tidak memiliki "kompetensi" dan data atau dokumen yang Ada tidak memadai untuk dibawa sidang. Birokrasi yang terlalu rumit memberi kelambatan pelaksanaan koordinasi guna persiapan maupun pembentukan sususan delegasi, termasuk melakukan rapat awal maupun'lanjutarr pembrahasan masaiah.?

Susunan delegasi Rl belum memiliki kekuatan deteren dan pososi tawar yang mematikan yaitu berupa pitihan.yang tidak dapat dielakkan dalam berdiplomasi, sebaliknya lustru menampakkan kelemahan dan celah tekanan balik. Penyiapen acan dan akomodasi serta protokolei kegiatan hendaknya dilakukan dengan. kobrdinasi matang antar kementerian secara sinerji dan kepirtusan berada pada ketua delegasi yang ditunjuk. Penataan Kesiapan Negosiasi. Setelah sekian lama melakukan perundingan dalam rangka penyelesaian perbatasan dan belum membawa hasil yang siknifikan, tentunya perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh dan mencari strategi baru dalam mencapai sasaran. Menginventarisir kembali pencapaian perundingan selama ini dan melakukan pencatatan langkah-langkah yang diangga penting dan belum mencapai sasaran. Secara jernih harus berani mengakui kelemahan dan berani menentukan langkah kongkrit sehingga tahapan dalam pencapaian penetapan perundingan terpantau. Disamping itu harus bisa menentukan koreksinternal pelaku perundingan yang dianggap kurang kreatif atau memiliki kelemahan diganti agar tidak dapat diberdayakan pihak lain. Hubungan emosional harus ditinggalkan dalam melakukan perundingan dan selalu mendasarkan kepentingan nasional sebagai landasan negosiasi. Penguatan berbagai aspek terkait dengan perundingan perbatasan harus dipersiapkan secara matang dengan melakukan perhitungan kemungkinan cara bertindak Negara lain dan lingkungan yang berlaku. Persiapan yang dilakukan tentunya dimulai dari susunan delegasi dengan penempatan personil yang benar ahli atau menguasai dalam bidang terkait, memiliki nasionalisme dan motovasi tinggi untuk menyelesaikan masalah. Rekrut anggota delegasi dilakukan melalui seleksi diantara pemilik kompetensi dengan dasar nasionalisme dan motivasi kerja serta kesehatan, untuk meminimalisir kelemahan selama perundingan. Anggaran pelaksanaan perundingan dan sebagainya harus menjadi perhatian dan dukungan penuh pemerintah, sehingga tidak menjadi hambatan dan tarikan pihak lain sebagai penyebab konsentrasi anggota delegasi tidak focus.

Pengalaman selama ini muncul kondisi personel tidak seluruhnya focus pada materi dan sasaran perundingan dikarenakan mereka melakukan perhitungan sendiri pemenuhan perintah pelaksanaan tugasnya. Keleluasaan penggunaan anggaran untuk keperluan perundingan sebaiknya diberikan dengan catatan memberi pertanggung jawaban penggunaan. Dengan itu maka pemisahan penggunaan anggaran pribadi dan kepentingan dinas jelas dengan harapan tidak lagi menjadi kendala bagi personel untuk melakukan persiapan perundingan. Pemeliharaan dukumen pendukung yang tersebar dan hanya diketahui oleh salah satu kelompok atau perorangan harus dihindari. Keberadaan kantor delegasi termasuk perpustaan dokumen masalah perbatasan harus diberdayakan untuk keperluan semua anggota dan menambah pemahaman secara detail masalah yang dihadapi. Masalah tersebut tidak terlihat dan terfikir mengakibatkan tidak dalamnya pemahaman terpadu disamping persoalan internal sehingga memaksa pihak Indonesia tidak jeli dalam perundingan. Pada pelaksanaanegosiasi sulit mencapai tujuan maksimal karena kurang berhasil mengarahkan sesuai tujuan, akibat penyiapan konsep tujuan seadanya dan tidak terpadu serta tidak sentral. Penyebaran dokumen hasil perundingan yang lalu dan terkini hendaknya dilakukan secepatnya, termasuk evaluasi dan ulasan terpusat hasil perundingan, dengan itu maka segera diketahui kelemahan dan peluang yang perlu diexploitir. Anggota delegasi dalam kesehariannya hanya membahas masalah perbatasan yang belum terselesaikan dan langkah jitu yang akan diterapkan. Regulasi yang disiapkan merupakan peraturan yang segera diterapkan dan diketahui oleh semua pemangku sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam implementasinya. Penyiapan dilakukan sedini mungkin dengan harapan dapat tersosialisasi sebelum peraturan tersebut ditentukan. Peraturan yang disiapkan sebaiknya juga mengadopsi peraturan internasional sehingga tidak terjadi benturan yang merugikan, namun bukan berarti mengalah dengan konsep internasional yang merugikan kepentingan maritime nasional. Konsep peraturan tidak boleh diintervensi oleh kepentingan Negara tertentu yang dapat melemahkan penentuan perbatasan atau penggunaan maritime. Banyaknya pemangku penggunaan dan pengawasan maritime justru melemahkan kecepatan dan kemampuan operational secara kualitas. Akibatnya penegakan dan penindakan hukum cenderung tumpang tindih dan anomaly pemahamannya dalam pengamanan maritime.

Dukungan pemerintah melalui para diplomatnya juga dilakukan secara terpadu antar Kementerian terlibat sehingga tidak terjadi penonjolan partial kementerian terkait utamanya kementerian luar negeri. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khususnya dalam melakukan negosiasi dievaluasi dan dikaji secara dalam sehingga tidak mudahnya pandangan delegasi Indonesia dipatahkan oleh negara lain. Perspektif perbatasan mendatang Bergulirnya faham terbukanya kedaulatan wilayah negara yang dilansir negara kuat memberi arti bahwa untuk memasuki suatu negara tidak lagi dibatasi semata mata karena batas negara akan tetapi tergantung permasalahan yang dihadapi negara tersebut. Alat kebijakan politik yang berkembang dan memungkinkan suatu negara masuk kenegara lain cukup banyak antara lain War on Terror, HAM, Demokrasi, Radikalisme, Terorisme, Separatisme, penyebaran senjata pembunuh massal dan lain lain. Kesemuanya merupakan alat yang sewaktu waktu dapat digunakan sebagai penekan dan masuknya suatu negara ke negara bermasalah. Dengan demikian maka kita hendaknya terus menjaga keamanan dan stabilitas negara sehingga alat kebijakan politik negara lain tidak berlaku bagi Indonesia. Sebaliknya dengan kondisi Nasional yang tidak aman dan terdapat indikasi yang sesuai kebijakan politik maka sama saja kita mengundang negara lain untuk menyelesaikannya. Kondisi semacam ini sudah menjadi bagian dari system internasional, dimana interaksi hubungan internasional mengutamakan stabilitas dan "perdamaian" yang harus dimaknai bahwa hubungan tersebut juga merupakan upaya intervensi kepentingan nasional negaranya. Oleh sebab itu penentuan perbatasan sangat urgent guna mendasari penindakan segala bentuk pelanggaran batas negara dan penataan keamanan masyarakatnya. Kesiapan melakukan negosiasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perbatasan sendiri artinya bahwa keamanan perbatasan harus menjadi jaminan akan perdamaian dan stabilitas. Dengan penentuan perbatasan Indonesia dapat menjaga wilayah secara tegas dengan penegakan hokum yang jelas, oleh karenanya penundaan penyelesaian perbatasan dapat menjadi bertambahnya persoalan yang harus diatasi.

Belum selesainya penentuan perbatasan dapat menimbulkan keraguan dalam proses penegakan hukum dan kedaulatan wilayah. Demikian pula halnya dengan pengamanan perbatasan lauvmaritime dan udara diatasnya. Keberadaan Alur Laut Kepulauan Internasional membawa masalah tersendiri apabila penyelesaian batas negara belum tuntas, berarti penegakan hukum di perbatasan akan semakin rumit dan kompleks. Penyelesaian batas negara menjadi mutlak untuk menjaga kedaulatan wilayah Rl dab mengatasi berbagai persoalan diatas Penutup Demikian uraian singkatentang nilai strategis perbatasa negara sebagai bahan dan acuan pertimbangan pembinaan masyarakat perbatasan dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah NKRI. Jakarta. 2014