dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

Hubungan antara Kadar Karbon Monoksida (CO) Udara dan Tingkat Kewaspadaan Petugas Parkir di Tiga Jenis Tempat Parkir

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga memberikan efek meningkatnya aktivitas masyarakat yang membutuhkan sistem transportasi yang memadai, sehingga dapat memperlancar aktivitasnya 1. Dengan pertumbuhan kendaraan rata-rata kota besar di Indonesia sekitar 8 % per tahun, dan pertumbuhan ruas jalan 2 5 % per tahun, maka semakin lama akan menyebabkan kemacetan yang parah 2. Kota Semarang memiliki pertumbuhan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) sebesar 2,00% 3 Dilaporkan banyak terjadi keracunan CO setiap tahunnya berupa kasus kematian, baik keracunan karena kecelakaan atau bahkan dijadikan salah satu metode bunuh diri dan pembunuhan, di dalam rumah atau garasi mobil maupun pencemaran udara oleh gas buang industri. Di dunia diperkirakan 1.500 orang mati setiap tahunnya karena CO 4 Di dalam emisi hasil pembakaran gas kendaraan terdapat banyak substansi pencemar, antara lain gas karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2 ) dan nitrogen dioksida (NO 2 ) 5-6. Gas karbon monoksida (CO) ini cukup signifikan mencapai 60% dan termasuk jenis gas yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian bagi yang menghirupnya 7-6. Menurut teori Balcerzak kadar oksigen dalam darah bisa dipengaruhi karena paparan karbon monoksida kronis yang dihirup lewat hidung masuk paru-paru kemudian diikat oleh hemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh. 5 Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak prosentase oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin.6. Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Dalam kedokteran, oksigen saturasi (SO 2 ), sering disebut sebagai "SATS" 7, untuk mengukur persentase oksigen yang

diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. 8 Untuk pengukuran saturasi oksigen menggunakan alat yaitu oximetry. Saturasi oksigen yang berkurang terus menerus apabila tidak ditangani secara cepat maka akan menjadi penyakit akibat kerja (PAK) yaiitu hipoksia. Saturasi oksigen arteri (Sa O 2 ) yang apabila nilai di bawah 90% menunjukan keadaan hipoksia 9. Hipoksia merupakan kondisi yang sistem sirkulasi pernafasan terganggu sehingga dapat menyebabkan sesak nafas serta mengancam kehidupan 5. Apabila tidak ditangani kondisi ini menyebabkan disritmia jantung yang mengakibatkan kematian 9 Sebanyak 2,3 juta orang meninggal akibat kerja pada setiap tahunnya. Kasus meninggal didominasi oleh PAK sebanyak 2.02 juta kasus 10. Di indonesia jumlah PAK tahun 2013 sebesar 2.9888.276 kasus untuk 26 provinsi 11. Faktor risiko yang berpengaruh pada saturasi oksigen selain kadar CO dalam gas hasil emisi kendaraan bermotor antara lain umur, kebiasaan merokok, lama kerja dan riwayat penyakit par 12 15. Kebiasaan merokok menjadi salah satu kebiasaan yang dilakukan orang melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut penelitian yang dilakukan pada perokok aktif, sedang dan berat menunjukkan bahwa penilaian hubungan antara kategori derajat merokok indeks Brinkman dengan nilai saturasi oksigen yang diukur dengan menggunakan Oksimetri yang mengukur kadar oksigen di darah arteri menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 dimana saturasi oksigen buruk terbanyak dimiliki oleh responden dengan indeks Brinkamn pada kategori sedang sebanyak 16 responden (53,3%) kemudian diikuti oleh responden dengan indeks Brinkman dengan kategori ringan sebanyak 9 responden (30%) dan terakhir dimiliki oleh indeks Brinkman kategori berat dengan jumlah 5 responden (16,7%) 16 Riwayat penyakit paru dapat memperparah kondisi kesehatan responden saat terpapar gas karbon monoksida (CO), karena kondisi tersebut memudahkan seseorang yang memiliki riwayat gangguan pernapasan dapat kambuh sewaktu-waktu. Hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja tambal ban di kota semarang bahwa responden dengan kategori mengalami riwayat

penyakit dan ada gangguan fungsi paru ada sebanyak 154 (95.7%), dan sebanyak 7 (4.3%) fungsi paru normal. Sedangkan responden kategori tidak ada riwayat penyakit namun ada gangguan fungsi paru ada 40 (100%) sedangkan tidak ada yang fungsi parunya normal 17 Lamanya seseorang terpapar polutan dapat menimbulkan pengaruh pada kadar oksigen dalam darah sehingga gangguan fungsi paru pun ikut terganggu, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja maka semakin lama pula seseorang terpapar polutan 18. Menurut penelitian yang dilakukan pada pekerja tambal ban di kota semarang bahwa responden dengan kategori lama kerja > 48 jam/minggu sebanyak 163 (98.8%) ada gangguan fungsi paru, dan ada sebanyak 2 (1.2%) dengan fungsi paru normal. Sedangkan responden dengan kategori lama kerja < 40 tahun ada sebanyak 31 (86.1%) ada gangguan fungsi paru dan ada sebanyak 5 (13.9%) fungsi paru normal. 17 Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon 19. Paparan karbon monoksida (CO) yang ada di udara jika terhirup akan ikut peredaran darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun pada metabolisme tubuh sehingga dapat ikut bereaksi dengan darah 20. Gas CO ini bersifat toksik hal ini diakibatkan karena karbon monoksida menempel pada hemoglobin (pigmen pembawa oksigen dalam sel darah merah) jauh lebih mudah daripada membawa oksigen sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah 21. Peningkatan massa sel darah merah dijelaskan sebagai respon terhadap jaringan yang kekurangan suplai oksigen akibat dari paparan karbon monoksida (CO) dan dapat mengurangi kadar oksigen terhadap hemoglobin, sehingga dapat mempengaruhi kadar saturasi oksigen dalam darah 22 Munculnya sektor informal dikota tidak terlepas dari latar belakang perekonomian tradisional sehingga menyebabkan urbanisasi, namun perkembangan itu tidak diikuti dengan pertambahan lapangan kerja yang memadai, menjadikan masyarakat beralih ke sektor informal yang tidak

menuntut banyak keahlian dan pendidikan yang memadai. Salah satu bidang usaha sektor informal yang sering dijumpai yaitu pekerjaan tambal ban. Pekerjaan tambal ban merupakan suatu pekerjaan sektor informal biasanya memanfaatkan trotoar atau bahu jalan sebagai tempat bekerja dan memiliki tahap pekerjaan melakukan penambalan dengan cara pembakaran 17 Dari tahap pekerjaan tambal ban dan tempat bekerja dari penambal, pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang rentan terpapar debu jalanan, asap kendaraan dan gas hasil pembakaran karet ban. Mugas merupakan daerah yang berada di kecamatan Semarang Selatan bersebelahan dengan Gor Tri Lomba Juang. Daerah Mugas terdapat satu wilayah yang dimana satu wilayah tersebut terdapat jejeran penambal ban yang tertata rapi. Karakteristik tempat tambal ban di daerah tersebut dekat dengan pusat kota sehingga menjadi kawasan lalu lalang kendaraan yang cukup padat. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tempat lokasi penambalan ban di daerah Mugas Semarang, berdasarkan hasil observasi terdapat 11 kios/tempat tambal ban merupakan pekerjaan yang beroperasi selama 24 jam. Dari hasil wawancara 16 responden penambal ban 11 orang menyatakan bahwa mereka mengalami keluhan sesak nafas sedangkan 5 orang mengalami keluhan kepala terasa berkunang-kunang. Sehingga terkadang membuat mereka tidak dapat berkosentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu faktor kebiasaan dari para penambal yang suka merokok menjadi salah satu pemicu saturasi oksigen dalam darah mereka sehingga menimbulkan gejala seperti yang diutarakan responden. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang. B. Perumusan Masalah 1. Pertanyaan Umum Apakah ada faktor-faktor yang berhubungan dengan saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang?

2. Pertanyaan Khusus a. Bagaimana gambaran kadar CO pada lingkungan kerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? b. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? c. Bagaimana gambaran lama kerja pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? d. Bagaimana gambaran umur pekerja pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? e. Bagaimana gambaran riwayat penyakit paru pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? f. Bagaimana gambaran dan pengukuran saturasi oksigen? g. Apakah ada hubungan antara kadar CO dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? h. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? i. Apakah ada hubungan antara lama kerja dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? j. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? k. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit paru dengan dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kadar CO pada lingkungan kerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang

b. Mendeskripsikan kebiasaan merokok pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang c. Mendeskripsikan lama kerja pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang d. Mendeskripsikan umur pekerja pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang e. Mendeskripsikan riwayat penyakit paru pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang f. Mendeskripsikan saturasi oksigen serta pengukurannya. g. Menganalisis hubungan antara kadar CO dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang h. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang i. Menganalisis hubungan antara lama kerja dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang j. Menganalisis hubungan antara umur pekerja dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang k. Menganalisis hubungan antara riwayat penyakit paru dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang l. Menganalisis hubungan antara kadar CO, kebiasaan merokok, lama kerja, riwayat penyakit paru dan umur dengan kadar saturasi oksigen pada pekerja tambal ban di daerah Mugas, Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis : Memberikan informasi kepada para pekerja tambal ban mengenai faktor risiko yang mempengaruhi saturasi oksigen. Hasil penelitian dapat diketahui upaya pencegahan dan pengendalian penurunan saturasi oksigen pada pekerja tambal ban dan terhindar dari penyakit akibat kerja.

2. Manfaat Teoritis dan Metodologis: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja tentang pengaruh paparan CO terhadap saturasi oksigen pada pekerja tambal ban, serta dapat sebagai masukan dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja agar menjadi bahan pertimbangan dan perumusan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja tambal ban dan pengunjung, sehingga dapat tercipta produktivitas kerja yang tinggi. E. Keaslian Penelitian No. Peneliti (Th) 1. Ratnawati, Hanna, dkk (2010) 23 2. Sudaryanto, Wahyu T (2016) 16 Judul Hubungan antara Kadar Karbon Monoksida (CO) Udara dan Tingkat Kewaspadaan Petugas Parkir di Tiga Jenis Tempat Parkir Hubungan antara Derajat Merokok Aktif, Ringan, Sedang Dan Berat Dengan Kadar Saturasi Oksigen Dalam Darah (SpO2) Jenis Penelitian Analitik Analitik Variabel Bebas dan Terikat Terikat: Kadar Karbon Monoksida (CO) Udara Bebas: - Faktor NAB ISPU - Kewaspadaan Petugas Parkir Bebas: Kebiasaan merokok Terikat: Saturasi oksigen Darah Hasil Ada hubungan yang menunjukkan nilai TPB (p= 0,35), TPSB (p = 0,001), maupun di TPT (p = 0,044) antara kadar CO udara 8 jam dan 12 jam pengukuran di TPB dan TPSB dengan TPT. Ada hubungan menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 antara derajat merokok aktif, ringan, sedang dan berat dengan kadar saturasi oksigen dalam darah.

No. Peneliti (Th) 3 Sinambela, Anriany Hanzy (2015) 24 Judul Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Jenis Penelitian Eksperi mental Variabel Bebas dan Terikat Bebas: Latihan fisik Terikat: Saturasi oksiigen Hasil Ada hubungan yang menunjukkan nilai signifikansi p=0,016 antara latihan fisik dengan saturasi oksigen pada penderita derajat ringan-sedang - 4.. Ningsih, Erwin (2012) 25 Pengaruh Paparan Gas Karbon Monoksida terhadap Tekanan Darah Pekerja Jasa Becak di Terminal Tirtonadi, Surakarta Analitik Bebas: Gas karbon monoksida (CO) Terikat: Tekanan darah sistolik dan diastolik Ada hubungan yang signifikan nilai p = 0,000, antara paparan gas karbon monoksida terhadap tekanan darah pekerja jasa becak di Terminal Tirtonadi, Surakarta Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu : 1. Perbedaan dengan penelitian pertama yaitu terletak pada subyek penelitian, variabel bebas antara lain: kadar CO, kebiasaan merokok, lama kerja, umur dan riwayat penyakit paru. Analisis data dilakukan secara multivariat 2. Perbedaan dengan penelitian kedua yaitu terletak pada subyek penelitian, variabel bebas antara lain: kadar CO, lama kerja, umur dan riwayat penyakit paru. Analisis data dilakukan secara multivariat 3. Perbedaan dengan penelitian ketiga yaitu terletak pada subyek penelitian, variabel bebas antara lain: kadar CO, kebiasaan merokok, lama kerja, umur dan riwayat penyakit paru. Analisis data dilakukan secara multivariat

4. Perbedaan dengan penelitian keempat yaitu terletak pada subyek penelitian, variabel bebas antara lain: lama kerja, umur dan riwayat penyakit paru.analisis data dilakukan secara multivariat.