derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah Angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. program kesehatan reproduksi. Sebaik apapun program yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya telah menunjukkan kemajuan yang baik, namun masih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per kelahiran hidup, AKB 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperlukan pengawasan yang husus terhadap ibu hamil untuk mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bermutu, adil dan merata bagi setiap manusia. Adanya program Departemen

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 228 per

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan. Berdasarkan definisi ini kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. persalinan. Selama proses tersebut seorang ibu akan mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

Transkripsi:

64 derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan pada periode waktu dan wilayah tertentu (Depkes RI, 2010). Oleh karena itu, pandangan yang mengganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah (Prawirohardjo, 2009). Pada profil kesehatan Indonesia tahun 2010, walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO ( Sounth East Asia Region), yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain. Angka kematian Ibu di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka kematian ibu penurunannya masih relative lambat, untuk itu masih diperlukan upaya keras untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita untuk mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional) tahun 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan millenium development goals, yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Depkes RI, 2010). Persoalan kematian ibu secara langsung adalah perdarahan pasca persalinan, infeksi dan eklampsia. Penyebab tidak langsung yaitu status gizi, 4 (empat) terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering), latar belakang pendidikan perempuan, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, masalah ketidaksetaraan

65 gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian suami terhadap ibu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009). Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal care (ANC). Kurang optimalnya kunjungan antenatal care mengakibatkan resiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini. Kunjungan antenatal care (pemeriksaan kehamilan) merupakan salah satu bentuk perilaku. Selanjutnya Anderson menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung pada karakteristik predisposisi yang terdiri dari ciri-ciri demografi (jenis kelamin, umur), struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, suku atau ras) serta mempunyai keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan. Pendekatan pelayanan antenatal care ditekankan pada saat kunjungan. Untuk kehamilan normal, direkomendasikan pelayanan antenatal care minimal 4 kali kunjungan (Mochtar, 2002). Sangat diperlukan upaya peningkatanan pelayanan antenatal care selama kehamilan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat terutama suami. Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan istri dan anak-anaknya (Mufdlilah, 2009). Dukungan suami adalah sesuatu yang diperbuat suami dalam merespon kehamilan istri yang dapat menyebabkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Dukungan suami bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosi, instrumental, informasi, dan penilaian. Dukungan suami terhadap kehamilan istri baik secara fisik maupun psikis yang dibutuhkan misalnya ikut mengantarkan melakukan pemeriksaan kehamilan, bisa

66 membuat istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang. Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Prawirohardjo, 2009). Kebijakan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dengan mencanangkan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. (Prawirohardjo, 2009). Pemerintah merencanakan program penurunan angka kematian ibu dan bayi dalam MDGs juga merupakan upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dengan memperluas cakupan pelayanan antenatal care melalui pemeriksaan kehamilan (Mochtar, 2002). Selain itu program MPS merupakan salah satu kebijakan pemerintah dimana output yang diharapkan dari strategi MPS adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2008). Strategi utama MPS adalah mendorong pemberdayaan dan melibatkan aktif peran serta perempuan, suami, keluarga dan masyarakat oleh pemerintah yaitu dengan program desa siaga (desa siap antar jaga) termasuk didalamnya program suami siaga (Prawirohardjo, 2009). Dalam konteks suami siaga, seorang suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda dan bahaya kehamilan, memiliki pengetahuan tentang bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakan keselamatan istri serta tranportasi siaga dan pentingnya rujukan.

67 Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (Depkes RI, 2010). Di Kota Medan kunjungan antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90% (Simanjuntak, 2002). Dan menurut profil kesehatan Kota Medan tahun 2012, jumlah sasaran ibu hamil 48.803 dengan K1 sebesar 91,7% dan K4 sebesar 87,1%. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K1 dan K4. Penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal antara lain dukungan suami. Hasil penelitian Mulyani (2012) didapat bahwa faktor karakteristik ibu adalah faktor yang mempengaruhi ibu dalam keteraturan melakukan kunjungan ANC. Menurut Depkes RI (2008) faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan faktor eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan). Karakteristik merupakan ciri khas yang mempunyai sifat khas seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin, pendapatan dan spiritual (keyakinan) yang melandasi sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan Firzanah (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 68,7% ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care secara

68 teratur. Penelitian yang dilakukan Plasmey (2002), menyatakan bahwa dukungan informasional, penilaian, emosional dan dukungan instrumental berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas antenatal care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami. Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung data tahun 2012 diperoleh K1 sebesar 79,25% dan K4 hanya 72,30% (masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 95%). Dari beberapa orang bidan yang cakupan K4 nya masih kurang menyatakan bahwa ibu-ibu hamil tersebut tidak mau datang ke Puskesmas, polindes dan posyandu untuk memeriksakan kehamilannya. Para ibu hamil tersebut baru akan memeriksakan kehamilan apabila kehamilannnya sudah kelihatan dan biasanya pada usia kehamilan sudah memasuki trimester II (4 6 bulan), dan selama ini yang dilakukan bidan adalah melakukan home visit (kunjungan rumah) untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan dilakukan apabila bidan mengetahui ibu tersebut hamil. Hasil wawancara kepada 6 (enam) orang ibu bersalin terdapat 3 orang tidak pernah melakukan kunjungan antenatal, 2 (dua) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan pertama antenatal (K1) dan 1 (satu) orang ibu hamil hanya melakukan kunjungan keempat antenatal (K4). Sebagian besar dari ibu hamil yang diperiksa di puskesmas, polindes dan posyandu hanya datang sendiri tanpa ditemani suami atau anggota keluarga lainnya. Selama antenatal care suami tidak mengetahui jadwal antenatal care, sehingga suami tidak pernah menemani istri untuk melakukan

69 pemeriksaan kehamilan. Disamping itu suami tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal kehamilan istrinya. Suami tidak tahu kapan istrinya hamil dan tidak tahu tanda-tanda kehamilan sehingga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu tidak berbeda dengan sebelum hamil. Sebagian dari ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya mengatakan bahwa suaminya sibuk dan mengatakan hal itu merupakan urusan perempuan. Dengan menemani istri setiap kali periksakan hamil, suami mendapatkan informasi yang sangat penting bagi kehamilan, sehingga suami dapat memberikan dukungan kepada istri yang sedang hamil. Yang pada kenyataannya tidak dilakukan oleh sebagaian besar para suami di wilayah kerja Puskesmas Mandala. Dari fenomena tersebut terlihat ada masalah yang mempengaruhi ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung. 1.2 Permasalahan Masih rendahnya cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung sehingga perlu dilakukan penelitian Bagaimanakah Pengaruh Karakteristik Ibu (Umur, Paritas, Pekerjaan, Pendidikan) dan Dukungan Suami (Informasional, Penilaian, Instrumental, Emosional) Terhadap Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

70 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung. 1.4 Hipotesis Ada pengaruh karakteristik ibu (umur, paritas, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental, emosional) terhadap pemeriksaan kehamilan (antenatal care) di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Mandala, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan tentang pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). 2. Bagi ibu hamil, dapat memberikan informasi dan masukan untuk meningkatkan dukungan suami dalam upaya peningkatan kunjungan antenatal care. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan asuhan antenatal care pada ibu hamil.