BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Adanya UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, yang diperkuat dengan PP No. 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah menyatakan bahwa dalam pelaporan keuangan harus disertakan informasi mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan (Ramdani, 2015). Kinerja adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2001). Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau kriteria(robbins, 2006). Penilaian kinerja pada organisasi pemerintah sangatlah penting untuk dilakukan, agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Penilaian kinerja tersebut digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, karena pada dasarnya orientasi organisasi publik bukan untuk mencari laba (Profit Oriented), tetapi lebih mengutamakan pelayanan publik (Service Public Oriented). Selain itu, penilaian 1
2 kinerja pada organisasi publik digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja pada periode yang lalu, untuk digunakan sebagai dasar penyusunan strategi perusahaan selanjutnya (Srimindarti, 2004). Kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu: (1) membantu memperbaiki kinerja pemerintah, (2) pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, (3) mewujudkan pertanggungjawaban organisasi publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2002). Sebagai bagian dari organisasi sektor publik, kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Walau anggaran rutin dan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah semakin banyak, nampaknya masyarakat belum puas atas dasar kualitas pelayanan yang diberikan (Kurniawan, 2013). Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 NO. KABUPATEN/KOTA KRITERIA 1. Kabupaten Bandung C 2. Kabupaten Bandung Barat C 3. Kabupaten Bekasi C 4. Kabupaten Bogor CC 5. Kabupaten Ciamis CC 6. Kabupaten Cianjur CC 7. Kabupaten Cirebon C 8. Kabupaten Garut CC 9. Kabupaten Indramayu C 10. Kabupaten Karawang CC
3 Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 (lanjutan) 11. Kabupaten Kuningan C 12. Kabupaten Majalengka C 13. Kabupaten Purwakarta CC 14. Kabupaten Subang D 15. Kabupaten Sukabumi CC 16. Kabupaten Sumedang C 17. Kabupaten Tasikmalaya C 18. Kota Bandung C 19. Kota Banjar CC 20. Kota Bekasi CC 21. Kota Bogor CC 22. Kota Cimahi CC 23. Kota Cirebon CC 24. Kota Depok C 25. Kota Sukabumi B 26. Kota Tasik C Sumber : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Keterangan : AA = Memuaskan A B = Sangat baik = Baik, perlu sedikit perubahan CC = Memadai, perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar C D = Kurang, perlu banyak perbaikan termasuk perubahan yang mendasar = Kurang baik, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang mendasar Tabel di atas menunjukkan hanya Kota Sukabumi yang mendapat predikat baik dan perlu sedikit perubahan, sedangkan 46% Kabupaten/Kota di Jawa Barat masih dengan predikat C & CC, salah satunya yaitu Kota Bandung yang
4 mendapatkan kriteria C, artinya kota Bandung masih di nilai kurang dan perlu banyak perbaikan termasuk perubahan yang mendasar. Kinerja yang baik dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemampuan tinggi dan kerja keras, serta faktor eksternal yaitu pekerjaan mudah, nasib baik, bantuan dari rekan-rekan dan pemimpin yang baik. Sedangkan kinerja yang tidak baik dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemampuan rendah dan upaya sedikit, serta faktor eksternal yaitu pekerjaan sulit, nasib buruk, rekan-rekan kerja yang tidak produktif, dan pemimpin yang tidak simpatik (Timpe, 1993). Berdasarkan faktor tersebut, maka kinerja yang baik adalah kinerja yang akan menghasilkan output yang memuaskan bagi pihak yang menerima kinerja tersebut sebab didasari dengan kemampuan yang tinggi, sedangkan kinerja yang tidak baik adalah kinerja yang akan menghasilkan output yang tidak sesuai dengan harapan penerima kinerja tersebut sebab didasari dengan kemampuan yang rendah. Pemerintah harus melaksanakan Standar Pelayanan Minimum (SPM), dimana pelayanan terhadap masyarakat harus dilakukan secara optimal. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan keselarasan antara pemerintah daerah, legislatif, masyarakat serta pihak-pihak yang terkait lainnya (Ramdani, 2015). Kondisi ini mendorong organisasi untuk dapat mengelola jasa pelayanan publik secara baik dan bertanggungjawab. Sebab, apabila dikelola secara baik dan bertanggungjawab, organisasi publik tersebut akan memberikan kontribusi pemasukan kepada kas daerah, yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan organisasi
5 yang profesional sehingga mampu menciptakan suatu organisasi publik yang berorientasi pada valuefor money(mardiasmo, 2004). Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu: (1) Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang rendah, (2) Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu, (3) Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Terdapat 2 dimensi dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, yaitu indikator alokasi biaya dan indikator kualitas pelayanan (Mardiasmo, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik, beberapa faktor diantaranya adalah komitmen organisasi, budaya organisasi, dan kepuasan kerja. Hal ini mengingat karena beberapa faktor tersebut dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam mencapai tujuan suatu organisasi (Siagian, 2002). Value for money akan dapat terwujud jika didukung adanya komitmen semua individu dalam organisasi atau yang sering disebut dengan komitmen organisasi (Robbins, 2007). Komitmen organisasi adalah komitmen yang diciptakan oleh semua komponen-komponen individual dalam menjalankan operasional organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam organisasi, menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi, karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat kolektif (Robbins,
6 2007).Komitmen organisasi merupakan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Luthans, 2008:147). Komitmen organisasi mempunyai 3 dimensi yaitu komitmen afektif (affectife commitment), komitmen berkelanjutan (continuance commitment) dan komitmen normative (normative commitment) (Allen dan Meyer, 1997). Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Afrinaldo (2011), yang menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah daerah. Kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan suatu komitmen dan hanya dengan komitmen yang tinggi, suatu instansi pemerintahan mampu menghasilkan kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), dari penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah. Dimana semakin baik komitmen organisasi maka semakin baik pula kinerja organisasi publik. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tamaeladan Herman (2014), menunjukkan komitmen organisasi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai SKPD. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Janah (2014), bahwa komitmen organisasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD. Akan tetapi, peneltian yang dilakukan oleh Abdullah, dan Herlin (2010), menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif antara komitmen organisasi terhadap
7 kinerja organisasi. Pengaruh komitmen organisasi mempunyai hubungan yang lemah dan tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramdani (2015) dengan judul penelitian pengaruh komitmen organisasi, kompetensi aparatur dan budaya organisasi terhadap kinerja SKPD. Perbedaannya terletak pada tahun penelitian dan lokasi penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka identifikasi masalah yaitubagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung.
8 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah sektor publik khususnya komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagi Instansi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam komitmen organisasi yang baik terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar tercipta pemerintahan yang baik sehingga memberikan dampak yang baik pula untuk masyarakat. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi peneliti lain mengenai komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulismelakukan penelitian pada Inspektorat, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan Kota Bandung selama bulan Desember tahun 2016.