BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan (Ramdani, 2015).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 terjadi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

NO SERI. D PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. NO SERI. D 6 Nopember 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil (Ndraha, 2005). Lusa

By : DR. Ir. H. DADANG MOHAMMAD, MSCE PLT. KEPALA BPPT JABAR

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang dinginkan masyarakat, sebagai salah satu stakeholders. Pegawai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Ringkasan Laporan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan UU di Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. setiap sektor bisnis. Di dalam menghadapi persaingan tersebut maka, suatu perusahaan

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

NO SERI. D PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. D

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan perubahan peraturan perundangan yang mendasari pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian. Jawa Barat adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan ibu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kesediaan dan tidak kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki babak baru pengelolaan negara, pemerintah mulai

SAMBUTAN PENYERAHAN LAPORAN HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA WILAYAH II

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Adanya UU No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, yang diperkuat dengan PP No. 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah menyatakan bahwa dalam pelaporan keuangan harus disertakan informasi mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan (Ramdani, 2015). Kinerja adalah keberhasilan personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2001). Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau kriteria(robbins, 2006). Penilaian kinerja pada organisasi pemerintah sangatlah penting untuk dilakukan, agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Penilaian kinerja tersebut digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, karena pada dasarnya orientasi organisasi publik bukan untuk mencari laba (Profit Oriented), tetapi lebih mengutamakan pelayanan publik (Service Public Oriented). Selain itu, penilaian 1

2 kinerja pada organisasi publik digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja pada periode yang lalu, untuk digunakan sebagai dasar penyusunan strategi perusahaan selanjutnya (Srimindarti, 2004). Kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu: (1) membantu memperbaiki kinerja pemerintah, (2) pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, (3) mewujudkan pertanggungjawaban organisasi publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2002). Sebagai bagian dari organisasi sektor publik, kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Walau anggaran rutin dan pembangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah semakin banyak, nampaknya masyarakat belum puas atas dasar kualitas pelayanan yang diberikan (Kurniawan, 2013). Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 NO. KABUPATEN/KOTA KRITERIA 1. Kabupaten Bandung C 2. Kabupaten Bandung Barat C 3. Kabupaten Bekasi C 4. Kabupaten Bogor CC 5. Kabupaten Ciamis CC 6. Kabupaten Cianjur CC 7. Kabupaten Cirebon C 8. Kabupaten Garut CC 9. Kabupaten Indramayu C 10. Kabupaten Karawang CC

3 Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 (lanjutan) 11. Kabupaten Kuningan C 12. Kabupaten Majalengka C 13. Kabupaten Purwakarta CC 14. Kabupaten Subang D 15. Kabupaten Sukabumi CC 16. Kabupaten Sumedang C 17. Kabupaten Tasikmalaya C 18. Kota Bandung C 19. Kota Banjar CC 20. Kota Bekasi CC 21. Kota Bogor CC 22. Kota Cimahi CC 23. Kota Cirebon CC 24. Kota Depok C 25. Kota Sukabumi B 26. Kota Tasik C Sumber : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Keterangan : AA = Memuaskan A B = Sangat baik = Baik, perlu sedikit perubahan CC = Memadai, perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar C D = Kurang, perlu banyak perbaikan termasuk perubahan yang mendasar = Kurang baik, perlu banyak sekali perbaikan dan perubahan yang mendasar Tabel di atas menunjukkan hanya Kota Sukabumi yang mendapat predikat baik dan perlu sedikit perubahan, sedangkan 46% Kabupaten/Kota di Jawa Barat masih dengan predikat C & CC, salah satunya yaitu Kota Bandung yang

4 mendapatkan kriteria C, artinya kota Bandung masih di nilai kurang dan perlu banyak perbaikan termasuk perubahan yang mendasar. Kinerja yang baik dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemampuan tinggi dan kerja keras, serta faktor eksternal yaitu pekerjaan mudah, nasib baik, bantuan dari rekan-rekan dan pemimpin yang baik. Sedangkan kinerja yang tidak baik dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemampuan rendah dan upaya sedikit, serta faktor eksternal yaitu pekerjaan sulit, nasib buruk, rekan-rekan kerja yang tidak produktif, dan pemimpin yang tidak simpatik (Timpe, 1993). Berdasarkan faktor tersebut, maka kinerja yang baik adalah kinerja yang akan menghasilkan output yang memuaskan bagi pihak yang menerima kinerja tersebut sebab didasari dengan kemampuan yang tinggi, sedangkan kinerja yang tidak baik adalah kinerja yang akan menghasilkan output yang tidak sesuai dengan harapan penerima kinerja tersebut sebab didasari dengan kemampuan yang rendah. Pemerintah harus melaksanakan Standar Pelayanan Minimum (SPM), dimana pelayanan terhadap masyarakat harus dilakukan secara optimal. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan keselarasan antara pemerintah daerah, legislatif, masyarakat serta pihak-pihak yang terkait lainnya (Ramdani, 2015). Kondisi ini mendorong organisasi untuk dapat mengelola jasa pelayanan publik secara baik dan bertanggungjawab. Sebab, apabila dikelola secara baik dan bertanggungjawab, organisasi publik tersebut akan memberikan kontribusi pemasukan kepada kas daerah, yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan organisasi

5 yang profesional sehingga mampu menciptakan suatu organisasi publik yang berorientasi pada valuefor money(mardiasmo, 2004). Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu: (1) Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang rendah, (2) Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu, (3) Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Terdapat 2 dimensi dalam pengukuran kinerja instansi pemerintah, yaitu indikator alokasi biaya dan indikator kualitas pelayanan (Mardiasmo, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik, beberapa faktor diantaranya adalah komitmen organisasi, budaya organisasi, dan kepuasan kerja. Hal ini mengingat karena beberapa faktor tersebut dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam mencapai tujuan suatu organisasi (Siagian, 2002). Value for money akan dapat terwujud jika didukung adanya komitmen semua individu dalam organisasi atau yang sering disebut dengan komitmen organisasi (Robbins, 2007). Komitmen organisasi adalah komitmen yang diciptakan oleh semua komponen-komponen individual dalam menjalankan operasional organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam organisasi, menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi, karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat kolektif (Robbins,

6 2007).Komitmen organisasi merupakan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Luthans, 2008:147). Komitmen organisasi mempunyai 3 dimensi yaitu komitmen afektif (affectife commitment), komitmen berkelanjutan (continuance commitment) dan komitmen normative (normative commitment) (Allen dan Meyer, 1997). Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Afrinaldo (2011), yang menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah daerah. Kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan suatu komitmen dan hanya dengan komitmen yang tinggi, suatu instansi pemerintahan mampu menghasilkan kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), dari penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah. Dimana semakin baik komitmen organisasi maka semakin baik pula kinerja organisasi publik. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tamaeladan Herman (2014), menunjukkan komitmen organisasi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai SKPD. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Janah (2014), bahwa komitmen organisasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD. Akan tetapi, peneltian yang dilakukan oleh Abdullah, dan Herlin (2010), menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif antara komitmen organisasi terhadap

7 kinerja organisasi. Pengaruh komitmen organisasi mempunyai hubungan yang lemah dan tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramdani (2015) dengan judul penelitian pengaruh komitmen organisasi, kompetensi aparatur dan budaya organisasi terhadap kinerja SKPD. Perbedaannya terletak pada tahun penelitian dan lokasi penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka identifikasi masalah yaitubagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung.

8 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai masalah sektor publik khususnya komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagi Instansi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam komitmen organisasi yang baik terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar tercipta pemerintahan yang baik sehingga memberikan dampak yang baik pula untuk masyarakat. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi peneliti lain mengenai komitmen organisasi terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulismelakukan penelitian pada Inspektorat, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan Kota Bandung selama bulan Desember tahun 2016.