Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan ekspor juga bisa dijadikan sebagai salah satu tolok ukur perkembangan ekonomi nasional dan daya saing produk nasional di pasar dunia. Karena itulah, setiap rejim pemerintahan berkepentingan untuk mencari langkah terobosan untuk meningkatkan nilai ekspor, terutama ekspor non migas. Berikut disampaikan hasil riset Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFEUI) yang bisa dijadikan masukan baik bagi pemerintah dalam perumusan kebijakan bidangf ekspor maupun bagi dunia usaha swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Neraca Perdagangan Indonesia Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, dalam kurun waktu 2009 2013 nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan dari 116.510 juta US$ tahun 2009 menjadi 182.551,8 juta US$ atau mengalami peningkatan sebesar 11,45%. Dalam periode ini ekspor migas mengalami peningkatan dari 19.018,3 juta US$ tahun 2009 menjadi 32.633 juta US$ tahun 2013 atau meningkat sebesar 14,53%. Hal yang sama juga terjadi dengan ekspor non migas yang mengalami peningkatan dari 97.491,7 juta US$ tahun 2009 menjadi 149.918,8 juta US$ atau meningkat sebesar 10,80%. Pada periode 2009 2013 pertumbuhan nilai ekspor migas lebih tinggi dari non migas. Walaupun demikian, terdapat perkembangan yang kurang menggembirakan. Data Tabel 1 menunjukkan, perkembangan nilai ekspor Indonesia periode 2009 2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009, nilai ekspor mencapai 116.510 juta US$, lalu meningkat menjadi 157.779,1 juta US$ tahun 2010 dan mencapai puncak pada tahun 2011, yaitu 203.496,6 juta US$. Setelah itu, nilai ekspor terus mengalami penurunan menjadi 190.020,1 juta US$ tahun 2012 dan turun lagi menjadi 182.551,8 juta US$ tahun 2013. Tabel 1. Neraca Perdagangan Indonesia 2009 2013 (Juta US$) NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 I EKSPOR 116.510,0 157.779,1 203.496,6 190.020,1 182.551,8 1 Migas 19.018,3 28.039,6 41.477,0 36.977,3 32.633,0 2Non Mogas 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.042,8 149.918,8 II IMPORT *) 96.829,2 135.663,3 177.435,6 191.689,5 186.628,7 1 Migas 18.980,7 27.412,7 40.701,5 42.564,2 45.266,4 2Non Mogas 77.848,5 108.250,6 136.734,0 149.125,3 141.362,3 III NERACA 19.680,8 22.115,8 26.061,1 1.669,4 4.076,9 1 Migas 37,6 626,9 775,5 5.586,9 12.633,4 2Non Mogas 19.643,2 21.488,9 25.285,5 3.917,6 8.556,5 Sumber: BPS, diolah Kementerian Perdagangan RI (2014)
Hal yang menarik untuk dilihat lebih jauh adalah perkembangan persentase nilai ekspor migas dan non migas terhadap total ekspor sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1. Fluktuasi porsi nilai ekspor migas mengikuti fluktuasi total ekspor. Pada saat nilai total ekspor meningkat, persentase nilai ekspor migas terhadap total ekspor mengalami peningkatan. Hal sebaliknya terjadi dengan porsi nilai ekspor non migas terhadap nilai total ekspor. Pada saat nilai total ekspor meningkat, persentase nilai ekspor non migas justeru menurun dan sebaliknya, pada saat nilai total ekspor menurun, persentase nilai ekspor nonmigas meningkat. Gambar 1. Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia 2009 2013 (%) 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 83.68% 82.23% 79.62% 80.54% 82.12% Non Migas Migas 20.00% 0.00% 16.32% 17.77% 20.38% 19.46% 17.88% 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014) Data yang ada juga menunjukkan, pertumbuhan nilai impor Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nilai ekspor sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Nilai impor Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 18,03% dalam periode 2009 2013, sementara pertumbuhan ekspor hanya 11,45%. Perbedaan pertumbuhan ini juga terjadi pada sektor migas dan non migas. Pertumbuhan impor migas pada periode tersebut mencapai 24,34%, sementara pertumbuhan ekspor migas hanya 14,53%. Pertumbuhan impor non migas mencapai 16,34%, sementara pertumbuhan ekspor non migas mencapai 10,80%. Kondisi ini menggambarkan betapa Indonesia digempur produk impor, Indonesia menjadi salah satu sasaran empuk bagi produk negara lain. Sementara Gambar 3 menunjukkan perkembangan perbandingan nilai impor migas dan non migas. Dengan perkembangan seperti ini, maka selisih nilai ekspor dan impor mengalami penurunan dari surplus 19.680,80 juta US$ tahun 2009 menjadi defisit sebanyak 4.076,90 juta US$ tahun 2013. Data menunjukkan, defisit neraca perdagangan terjadi dalam 2 tahun terakhir. Defisit perdagangan terutama terjadi pada sektor migas, dari surplus 37,60 juta US$ tahun 2009 menjadi defisit 12.633,40 juta US$. Sementara sektor non migas masih tercatat surplus, namun nilai surplusnya mengalami penurunan sebesar 28,57%. Dari sisi sektoral, nilai ekspor Indonesia didominasi sektor non migas (Gambar 1.), terutama industri dan pertambangan. Pemerintah telah menetapkan 10 komoditi utama dan 10 komoditi potensial untuk ekspor. Ke 10 komoditi utama tersebut adalah TPT (Tekstil dan Produk Tekstil), elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. Ke 10 komoditi potensial adalah kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak astiri, ikan dan produk perikanan,
kerajinan, perhiasan, rempah rempah, dan peralatan kantor. Berikut disampaikan pemetaan ekspor non migas Indonesia. Gambar 2. Perbandingan Pertumbuhan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia 2009 2013 (%) 30.00% 25.00% 24.34% 20.00% 15.00% 10.00% 11.45% 18.03% 14.53% 10.80% 16.34% Ekspor Impor 5.00% 0.00% Total Migas Non Migas Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014) Gambar 3. Perbandingan Nilai Impor Migas dan Non Migas Indonesia 2009 2013 (%) 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 80.40% 79.79% 77.06% 77.80% 75.75% Non Migas Migas 20.00% 19.60% 20.21% 22.94% 22.20% 24.25% 0.00% 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014) Perkembangan Ekspor Non Migas ke Negara Mitra Dagang Utama Indonesia memiliki sejumlah mitra dagang utama. Negara mitra dagang utama dibagi atas lima kelompok besar, yakni Asia Timur 3 (Jepang, China, Korea Selatan), India, ASEAN 4 (Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina), Amerika Serikat, dan Uni Eropa 5 (Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Perancis). Kinerja perdagangan internasional Indonesia di antaranya dapat digambarkan oleh kinerja ekspor non migas ke negara mitra dagang utama. Data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah pertumbuhan ekspor periode 2009 2013. Gambar 4 memperlihatkan perkembangan pertumbuhan ekspor non migas di kelima kelompok negara mitra dagang utama. Data tersebut menunjukkan, rata rata pertumbuhan ekspor di tahun 2010 mengalami peningkatan di seluruh kelompok negara mitra dagang. Pertumbuhan ekspor tertinggi di periode tersebut terjadi pada kelompok negara Asia Timur 3, yakni mencapai 43%. Sedangkan untuk kelompok negara ASEAN 4, Amerika Serikat, Uni
Eropa 5 terjadi kecenderungan perbaikan rata rata pertumbuhan, yang sebelumnya berada di level minus, kemudian membaik mencapai sekitar 26 28% di tahun 2010. Pada tahun 2011, terjadi penurunan pertumbuhan ekspor di seluruh kelompok negara mitra dagang. Penurunan tersebut mencapai titik terendah tahun 2012, yakni pada kisaran 6% sampai dengan 12%. Kondisi ini ditengarai sebagai dampak krisis Eropa yang berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional. Tren perbaikan pertumbuha an ekspor mulai terjadi tahun 2013, walaupun tidak pada semua kelompok negara. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada 2 kelompok negara, yaitu India dan Amerika Serikat. Sementara, ekspor ke kelompok negara ASEAN 4 mengalami penurunan mencapai 7%. Penurunan ini merupakan salah satu isu yang harus diperhatikan mengingat ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang akan segera terealisasi. Gambar 4. Pertumbuhan Ekspor Non Migas Negaraa Mitra Dagang Utama Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Bank Indonesia (2014) Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci, selanjutnya disajikan perkembangan pertumbuhan ekspor di masing masing wilayah Asia dan Non Asia. Pembagian tersebut tidak lain hanya guna mempermudah dalam hal pengamatan. Tren pertumbuhan ekspor non migas di beberapa negara dijelaskan melalui Gambar 5. Data yang ada menunjukkan, kecenderungan pertumbuhan ekspor non migas per negara mitra dagang utama Indonesia konsisten dengan pertumbuhan ekspor non migas sebelumnya. Secara mum, terjadi peningkatan pertumbuhan ekspor non migas pada seluruh negara mitra dagang di tahun 2010. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada China (59%) di wilayah Asia, serta Italia (42%) di wilayah non Asia. Tahun 2011 terjadi penurunan pertumbuhan ekspor non migas yang mencapai titik terendahnya pada tahun 2012. Penurunan pertumbuhan ekspor non migas terlihat cukup signifikann pada kelompok negara non Asia. Hal ini diantaranya disebabkan oleh krisis Eropa yang berdampak cukup signifikan terhadap perekonomiann negara negara maju. Selanjutnya, pada tahun 2013 pertumbuhan ekspor menuju beberapa negara mengalami negara mitra dagang utama yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni
perbaikan, di antaranya China, India, Jepang, dan Amerika Serikat yang telah kembali pada level positif. Namun secara umum, kecenderungan penurunan pertumbuhan ekspor non migas masih terjadi di beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Gambar 5. Pertumbuhan Ekspor Non Migas di Kelompok Negaraa Asia dan Non Asia Periode 2009 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Bank Indonesia (2014) Gambaran peta ekspor akan lebih lengkap dengan mencermati rata rata pertumbuhan ekspor pada periode lima tahun terakhir, serta tingkat stabilitas nilai pertumbuhan tersebut. Pengukuran stabilitas pertumbuhan ekspor dilakukan guna menggambarkan volatilitas kecenderungan pertumbuhan ekspor non migas di suatu negara. Stabilitas pertumbuhan ekspor non migas diukur dengan Coefficient of Variation (CV). Sedangkan, ukuran bubble dalam pemetaan menggambarkan pangsa pasar ekspor negara tersebut terhadap total ekspor Indonesia. Pemetaan kinerja ekspor non migas Indonesia pada lima kelompok negara mitra dagang utama, dijelaskan pada Gambar 6. Gambar 6. Pemetaan Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia Periode 2009 2013
Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan dataa Bank Indonesia (2014) Hasil olahan data menunjukkan bahwa kelima kelompok negara tersebut memiliki nilai CV yang lebih kecil dari 1. Dengan demikian, kondisi fluktuasi pertumbuhan ekspor non migas Indonesia cukup stabil dalam periodee lima tahun terakhir. Tercatat bahwa kelompok negara yang memiliki rata rata pertumbuhan ekspor yang relatif rendah, antara lain kelompok negara Uni Eropa 5 (3%), ASEAN 4 (4%), dan Amerika Serikat (5%). Sedangkan, kelompok negara Asia Timur 3 dan India memiliki rata rata pertumbuhan ekspor yang relatif tinggi, masing masing sebesar 12% dan 15%. Rendahnyaa rata rata pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke negara ASEAN perlu menjadi perhatian guna mempersiapkan diri menghadapi AEC 2015. Gambar 7. Pemetaan Kinerja Ekspor Non Migas Kelompok Negara Asia dan Non Asia Periode 2009 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan dataa Bank Indonesia (2014) Gambar 7 memperlihatkan secara spesifik kinerja ekspor non migas beberapa negara mitra dagang utamaa Indonesia. Data yang ada menunjukkan, pergerakan pertumbuhan di seluruh negara mitra dagang utama Indonesia cukup stabil dalam periodee lima tahun terakhir. Hal ini mengacu padaa nilai CV yang berada pada nilai dibawah 1 pada seluruh negara mitra. Selain itu, dapat terlihat bahwa rata rataa pertumbuhan ekspor non migas di kelompok negara Asia (12%) relatif lebih tinggi dibandingkan rata rata pada kelompok negara non Asia (3,5%). Hal ini menunjukkan pangsa pasar di negara negara Asia masih cukup dominan, dibandingkan dengan di negara non Asia. Dari sisi ini tergambarkan isu strategis, yaitu rendahnya rata rata pertumbuha an ekspor non migas pada beberapa negara dengan pangsa pasar ekspor yang tinggi, seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Hal ini tercermin dari besarnya ukuran bubble ketiga negara tersebut pada Gambar 7. Di sisi lain, beberapa negara dengan rata rata pertumbuhan yang relatif tinggi, antara lain adalah China, India, Filipina, dan Thailand untuk wilayah Asia, serta Italia, Amerika Serikat, dan Jerman untuk wilayah non Asia.
Perkembangan Ekspor Non Migas ke Negara Mitra Dagang Prospektif Di samping mitra dagang utama, pengembangan ekspor juga dilakukan dengan mengidentifikasi mitra dagang prospektif, mitra yang memiliki potensi perdagangan di masa depan. Untuk itu, kita perlu melakukan pemetaan kinerja ekspor non migas ke negara mitra dagang prospektif. Negara mitra dagang prospektif dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok negara Asia (Taiwan, Hongkong, Turki, Myanmar, Kamboja, Saudi Arabia) dan negara non Asia (Rusia, Brazil, Meksiko, Argentina, Australia, Afrika Selatan). Sama seperti mitra dagangg utama, pemetaan mitra dagang propspektif ini juga delakukan dengan menggunakan data perdagangann periode 2009 2013. Gambar 8. Pertumbuhan Ekspor Non Migas Negaraa Mitra Dagang Prospektif Asia dan Non Asia Periodee 2009 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan dataa Bank Indonesia (2014) Gambar 8 menggambarkan adanya peningkatan pertumbuhan ekspor ke beberapa negara mitra dagangg prospektif tahun 2010. Beberapa negara yang tumbuh cukup signifikan antara lain Turki, Myanmar, Saudi Arabia untuk wilayah Asia, serta Rusia, Brazil, Argentina untuk wilayah non Asia. Pada tahun 20111 terjadi penurunan pertumbuhan ekspor pada seluruh negara mitra dagang. Penurunann ini terus berlangsungg hingga mencapai titik terendahnya tahun 2012. Pada tahun 2013, secara um um belum terlihat perbaikan kondisi pertumbuhan ekspor yang cukup signifikan. Beberapaa negara masih berada pada kondisi pertumbuhan negatif atau pertumbuhan di bawah 5%. Beberapa negara yang tumbuh cukup signifikan di tengah tren penurunan pertumbuhan ini antaraa lain Myanmar, Kamboja dan Turki. Selanjutnya dilakukan analisa rata rata pertumbuhan ekspor dan tingkat stabilitas nilai pertumbuhannya dengan indikator CV. Dalam pemetaan ini, mitra dagang prospektif dibagi dalam dua kelompok besar, yakni Asia dan non Asia. Hasil pemetaan disajikan dalam Gambar 9.
Gambar 9. Pemetaan Kinerja Ekspor Negara Mitra Dagang Prospektif Asia dan Non Asia Periode 2009 2013 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan dataa Bank Indonesia (2014) Gambar 9 menunjukkan, rata rata pertumbuhan ekspor non migas untuk kelompok negara Asia dan kelompok negara non Asia ekspor di seluruh negara mitra dagang prospektif dapat dikatakan cukup stabil, karena memiliki nilai CV di bawah 1. Beberapa negara memiliki rata rata pertumbuhan ekspor yang relatif rendah, antara lain adalah Taiwan, Hongkong, Kamboja untuk kelompok negara Asia, serta Meksiko, Australia, Brazil untuk kelompok negara non Asia. Sementara rata rata pertumbuhan ekspor yang tinggi terjadi antara lain di cenderung seragam, yakni sekitar 15% %. Sementara, stabilitass pertumbuhan Saudi Arabia (25%), Myanmar (23%), Afrika Selatan (24%) dan Rusia (27%). Perkembangan Ekspor Jasa Indonesia Potret kinerja ekspor jasa Indonesia dapat dilihat dari perkembangan ekspornya pada negara mitra dagang utama. Pemetaan dilakukan dengan membagi negara mitra dagang utama dalam lima kelompok besar, yakni Asia Timur 3 (Jepang, China, Korea Selatan), India, ASEAN 4 (Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina), Amerika Serikat dan Uni Eropa 3 (Belanda, Jerman, Inggris). Data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah pertumbuhan ekspor periode 2007 2011. Gambar 10 memperliha tkan tren pertumbuhan ekspor jasa negara mitra dagang utama pada periode 2007 2013. Secara umum, di kelompok negaraa Asia dapat terlihat tren penurunan ekspor jasa di seluruh negara mitra dagang. Tren penurunan ini terus berlangsung mencapai titik terendah di tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan pertumbuhan ekspor jasa pada kelompokk negara Asia. Adapun, peningkatan pertumbuhan ekspor jasa yang cukup signifikan terjadi pada negara India, yang mencapai 169% di tahun 2011. Gambar 10. Pertumbuhan Ekspor Jasa Kelompok Negara Asia dan Non Asia
Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data LLD Bank Indonesia (2014) Sedangkan untuk kelompok negara non Asia, tren pertumbuhan ekspor jasa cenderung fluktuatiff hingga tahun 2009. Pada tahun 2010, terjadi penurunan pertumbuha an ekspor jasa yang cukup signifikan pada seluruh negara kelompok non Asia. Selanjutnya, terjadi perbaikan kondisi pertumbuhan ekspor jasa di beberapa negara non Asia. Beberapa negara tersebut diantaranya adalah Jerman dan Inggris, yang masing masing mencapai pertumbuhan sebesar 60% dan 58% di tahun 2011. Gambar 11. Pemetaan Kinerja Ekspor Jasaa Kelompok Negara Asia dan Non Asia Periode 2007 2011 Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data LLD Bank Indonesia (2014) Gambar 11 menunjukkan, rata rata pertumbuhan ekspor jasa pada kelompok negara Asia (39%) relatif lebih tinggi dibandingkan rata rata pertumbuhan ekspor jasa pada kelompok negara non Asia ( 9%). Secara mum, pertumbuhan ekspor jasa di hampir seluruh negara mitra dagangg utama cenderung stabil. Hanya negara China yang memiliki nilai CV di atas 1.
India memiliki rata rata pertumbuhan yang relatif tinggi dibandingkan negara Asia lainnya. Rata rata pertumbuhan ekspor jasa pada beberapa negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia bernilai negatif, yakni secara berurut 7%, 11%, dan 3%. Rendahnya rata rata pertumbuhan ekspor jasa pada beberapa negara ASEAN secara implisit menggambarkan rendahnya daya saing Indonesia pada sektor ini. Kondisi ini perlu dicermati mengingat berlakunya AEC. Sedangkan pada kelompok negara non Asia, rata rata pertumbuhan ekspor jasa tertinggi terjadi pada negara Jerman yang mencapai 6%. Sementara empat negara lain memiliki rata rata pertumbuhan yang bernilai negatif. ******************************