Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan



dokumen-dokumen yang mirip
RESILIENSI REMAJA PENYANDANG TUNANETRA PADA SLB A RUHUI RAHAYU DI SAMARINDA. Masna

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM :

Resiliensi Remaja Ditinjau Dari Tipe Temperamen dan Adversity Quotient (AQ) di SMA Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan

RESILIENSI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Keywords: Locus of control, social support, resilience

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

MENGEMBANGKAN PRIBADI YANG TANGGUH MELALUI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN RESILIENCE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian peneliti analisis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR KELOMPOK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA SISWA SMPN 1 SURUH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

PENGARUH MOTIVASI ORGANISASI DAN KEAKTIFAN BERORGANISASI TERHADAP INDEKS PRESTASI MAHASISWA UNIT KEGIATAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN PERGAULAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMAK

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM

KATA PENGANTAR..iii. DAFTAR ISI vii. DAFTAR TABEL DAN BAGAN...xii. DAFTAR LAMPIRAN xiii Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah 10

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA KESUNGGUHAN (CONSCIENTIOUSNESS) DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI: STUDI KORELASIONAL TERHADAP SISWA KELAS X MIPA DI SMA NEGERI 38 JAKARTA

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

di lingkungan sekolah, kepala sekolah jarang menegur siswa ataupun guru yang tidak memelihara kebersihan. Selain peranan kepala sekolah sebagai

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA KELAS XI SMA N 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

PENGARUH BENTUK TES FORMATIF DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA BAHASA ARAB

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS X DAN XI TERHADAP USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

Keywords: Enquiring minds, learning result, and automotive motor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

TINGKAT RESILIENSI USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ABIYOSO, PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL

TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN PADA MASA REMAJA (Studi terhadap Peserta Didik di Kelas X SMA Negeri 1 Kinali Pasaman Barat) ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

Miftakhul Ilmi Progam Studi Pendidikan Matematika Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By:

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

Dedy Kintaka Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP ARTIKEL. Disusun Oleh : Suhertati

UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

setiap manusia. Masa remaja mempunyai tempat yang istimewa dihati setiap

PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Elizar Ramli 1

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

PROFIL RESILIENSI PENDIDIK BERDASARKAN RESILIENCE QUETIENT TEST. Prihastuti

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KARTU ARISAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI. Disusun Oleh : MUHAMMAD AGUNG NUGROHO NPM :

Keyword A. Pendahuluan B. Metode

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR METEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RONGKOP

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI BAGIAN ASISTEN PEMERINTAHAN KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA BIDIKMISI DAN REGULER DIFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Pengaruh Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) Dalam Mengatasi Siswa Yang Kurang Minat Belajar Kelas VIII SMPN 1 P.S Tuan Tahun Ajaran 2014/2015

E-JURNAL. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) WINDA AGUSTIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA N 5 PADANG E-JURNAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi persyaratan validitas isi dan memiliki harga koefisien reliabilitas

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN HITUNG, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Prayudi Ariesky *, M. Husni **, Zulfa Eff Uli Ras ***

Keywords: Origin school. Tutoring place. Learning Outcomes

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU

PENGARUH BULLYING, COPING STRESS, KONSEP DIRI DAN OPTIMISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DAN VIII DI MTS PGAI PADANG

INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE OF LISTENING TEAM ON THE CONCEPT OF BIODIVERSITY IN X PUBLIC HIGH SCHOOL SINDANGKASIH AT CIAMIS

STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR, MEDIA PEMBELAJARAN, KEMAMPUAN AWAL, DENGAN HASIL BELAJAR. Oleh :

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

HASIL BELAJAR MAHASISWA D-II PGTK PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH: MAHASISWA BEASISWA VERSUS MAHASISWA SWADANA

PENGARUH METODE INKUIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI SISWA. (Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

PENGARUH BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Transkripsi:

Jurnal Psikologi Agustus 2011, Vol. 1, No.12, hal 35-49 Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan M. Jadid Khadavi Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan Estalita Kelly Dosen Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan Abstract This research conducted to know whether or not the resilience difference between students who are active joining in organization and who are passive in organization at State Senior High School 1 Pandaan Pasuruan. The sampling technique used quantity sampling for students who are active and simple random sampling for students who are passive. Data collected used resilience scale, seconds data (document), and unstructured interviews to student who are active joining in organization and who are passive in organization. Resilience scale with coefficient of point-biserial correlation between 0,31 to 0,63, and coefficient of reliability by 0,98608779. The data when calculated with intergroups t-test. This result proof that there are difference between students who are active joining in organization and who are passive in organization, where t-test score by 3,67225 with db 78 is greater than t-tab 1%. Keywords: Difference, Resilience, Students, Active, Organization Pendahuluan Sekarang ini banyak dijumpai remaja, khususnya siswa sekolah tingkat menengah atas yang kurang mempunyai daya juang atau bahkan sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk membangun karakter dan kekuatan diri, baik dari aspek fisik maupun psikologis. Banyak siswa sekolah tingkat menengah atas menunjukkan kecenderungan mengandalkan bantuan dari orang lain. Sedikit sekali diantara mereka yang berusaha mengatasi sendiri hal tersebut dalam kehidupan mereka. Tampak terlihat kesan ragu-ragu, bahkan takut ketika berhadapan dengan suatu masalah yang melibatkan dirinya. Salah satu faktor yang dapat membantu dalam menumbuh kembangkan daya juang siswa diantaranya berlatih komunikasi, memecahkan masalah dan menjalin hubungan-hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitarnya. Dari 35

sinilah, dibutuhkan suatu wadah atau lembaga khusus yang bisa menampung dan memberikan kesempatan bagi para siswa agar berupaya membangun ketrampilan-ketrampilan sosial yang akan berpengaruh terhadap daya juang (resiliensi) mereka, yaitu organisasi. Salah satu manfaat dari sebuah organisasi adalah dapat meningkatkan kecakapan, kemandirian dan rasa percaya diri (Anwar, 2004). OSIS sebagai organisasi siswa intra sekolah akan memberikan peluang bagi siswa untuk mempunyai daya lentur (resiliensi) dan percaya diri yang tinggi. Walaupun demikian, ternyata sedikit sekali siswa yang mengikuti kegiatan keorganisasian di lingkungan sekolah. Rogers dalam Suryabrata (2005), menyatakan bahwa setiap individu mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar untuk mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri. Akan tetapi, kebanyakan siswa masih banyak yang mengalami kesulitan untuk memahami ketiga dorongan tersebut. Siswa yang memiliki kemampuan resiliensi rendah, akan sulit untuk menyadari hal itu. Sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Supardi dan Anwar (2004), bahwa individu yang tidak dapat menunjukkan sikap organisasi yang baik, akan sulit berkomunikasi dan mengaktualisasikan diri terhadap kondisi lingkungan. Sehingga tidak sedikit juga siswa yang menyatakan ketidaksediaannya untuk berperan aktif dalam organisasi siswa intra sekolah. Bagi siswa yang resilien, mereka cenderung mampu menye-suaikan diri ketika berhadapan dengan dengan keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan, perkembangan sosial, akademis, kompetensi vokasional, dan bahkan dengan tekanan yang hebat sekalipun (Desmita, 2006). Fenomena yang terjadi saat ini, menunjukkan betapa individu (anakanak, remaja dan bahkan orang dewasa) semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan perubahanperubahan yang sangat cepat (Desmita, 2006). Berdasarkan pernyataan dan fenomena tersebut, maka penelitian mengenai perbedaan resiliensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan 36

siswa yang tidak aktif berorganisasi, merupakan hal yang penting dan menarik. Metode Penelitian Definisi Operasional Resiliensi yaitu sejauh mana kemampuan siswa dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dan berusaha untuk mengatasi sendiri masalah yang sedang terjadi. Siswa yang aktif berorganisasi adalah siswa yang tercatat aktif sebagai pengurus OSIS di lingkungan sekolah. Siswa yang tidak aktif berorganisasi adalah siswa yang tidak tercatat dalam struktur organisasi sekolah. Subyek Penelitian dan Instrumen Penelitian Populasi dalam penelitian ini ialah siswa-siswi SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan yang berjumlah sekitar 960 siswa. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan siswa yang aktif berorganisasi yaitu kuota sampling, sedangkan teknik sampling untuk menentukan sampel siswa yang tidak aktif berorganisasi yaitu dengan metode simple random sampling dengan memakai cara undian. Data tentang resiliensi diperoleh dari alat ukur resiliensi yang disusun oleh peneliti, diturunkan dari konsep Grotberg (1995), mengenai faktorfaktor resiliensi yang diidentifikasi berdasarkan sumber-sumber yang ber-beda. Data tentang siswa yang aktif berorganisasi diperoleh melalui data sekunder (dokumen) dan wawancara tidak terstruktur kepada siswa yang aktif di OSIS dengan siswa yang tidak aktif di OSIS. Analisis Data Untuk mengetahui perbedaan resiliensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak aktif berorganisasi, data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Uji-t antar kelompok yang membandingkan antara dua kelompok yang berbeda. Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata resiliensi antara siswa yang 37

aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak aktif berorganisasi. Pembahasan Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Uji t-test antar kelompok diperoleh nilai 3,67225, lebih besar dari t-tab 1% sebesar 2,660. Dapat dikatakan jika ada perbedaan rata-rata resiliensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak aktif berorganisasi. Ini membuktikan bahwa peran dan manfaat organisasi siswa intra sekolah yang selama ini mungkin saja dianggap remeh oleh sebagian besar siswa, mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun kemampuan dasar individu. Siswa yang mengikuti kegiatan berorganisasi, akan memiliki kemampuan resiliensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berperan aktif dalam kegiatan organisasi di lingkungan sekolah. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Anwar (2004), bahwa salah satu manfaat dari sebuah organisasi adalah dapat meningkatkan kecakapan, kemandirian dan rasa percaya diri. Dengan berorganisasi, seorang siswa akan terlatih dengan kondisi lingkungan yang relatif baru dan membutuhkan sebuah usaha yang cukup keras dari dirinya untuk menghadapi situasi tersebut. Faktor inilah yang dapat menjadikan siswa memiliki kemampuan sosial yang lebih tinggi. Kelompok Tabel 1. Hasil Uji-t Skala Tingkat Resiliensi Mean Standard Deviasi Varians t-antar t-tabel 1% t-tabel 5% Aktif Berorganisasi 3,67225** 22,75 7,9875 0,20481 2,660 Tidak Aktif * 20,325 9,01938 0,23127 Berorganisasi 2,000 Ket. : *) non signifikan **) signifikan ***) sangat signifikan Sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh Grotberg dalam Desmita (2006), bahwa salah satu sumber pembentukan resiliensi adalah faktor I 38

Can, yaitu sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh remaja sehubungan dengan ketrampilan-ketrampilan sosial dan interpersonal seperti berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Lain halnya dengan siswa yang tidak aktif berorganisasi, mereka jarang sekali berinteraksi dengan orang lain dalam suatu forum tertentu yang sifatnya membahas suatu persoalan serta mencari jalan keluarnya, sehingga hubungan interpersonal yang terbentuk hanya sebatas pertemananan yang mereka kenal. Siswa yang aktif berorganisasi cenderung memiliki sikap dan kepercayaan terhadap diri yang tinggi. Mereka bangga dengan kemampuan diri sendiri dalam menyikapi situasisituasi apapun yang dianggap tidak menyenangkan dan mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan suatu persoalan serta tanggung jawab yang besar sebagai pengurus OSIS. Hal itu juga merupakan sumber pembentuk resiliensi yang kuat. Dalam hal ini, Grotberg dalam Desmita (2006) menyebutnya sebagai faktor I am. Siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS lebih mampu mengatasi permasalahan tanpa harus mengandalkan pertolongan orang lain. Masalahmasalah apapun yang menimpa dirinya atau menyangkut orang lain akan segera dicarikan pemecahannya, baik secara individu maupun kelompok. Bantuan dari guru atau pembina OSIS dibutuhkan ketika anggota OSIS tidak menemukan satu titik terang dalam mengatasi suatu permasalahan yang sifatnya internal maupun eksternal. Siswa yang tidak aktif berorganisasi, kurang dapat menunjukkan kemampuan sosial mereka ataupun kemampuan mengatasi masalah yang sedang menimpa dirinya. Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan sehari-harinya yang selalu menyerahkan segala permasalahan kepada guru, baik yang bersifat individu maupun kelompok. Mereka yang aktif di OSIS, cenderung mudah beradaptasi dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan status tertentu. Semua teman dianggap sama tanpa ada perlakuanperlakuan khusus kepada satu pihak. Para anggota OSIS juga mempunyai kemandirian sehingga dapat dengan 39

tegas dalam mengatakan sesuatu. Sikap mandiri yang dimiliki para anggota OSIS mengarahkan mereka pada sikap optimistik terhadap segala permasalahan yang sedang dihadapi. Siswa yang bukan anggota OSIS, cenderung tampak kesulitan beradaptasi dengan orang lain. Mereka terlihat bergaul dengan komunitas mereka sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Grotberg (dalam Desmita,2006), bahwa karakteristik remaja yang resilien adalah remaja yang mengembangkan hubungan dan melibatkan diri dengan beberapa teman sebaya yang suportif. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan resiliensi antara siswa yang aktif berorganisasi dengan siswa yang tidak aktif berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan. Di mana siswa yang aktif berorganisasi memiliki kemampuan resiliensi yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak aktif berorganisasi. Saran a. Guru BP/BK menyarankan serta membimbing para muridnya untuk membangun kemampuan diri, salah satunya melalui aktivitas berorganisasi di sekolah. b. Turut berperan aktif dalam kegiatan sekolah yang bersifat positif. c. Memberikan dukungan penuh jika putra-putrinya berperan aktif di organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dalam rangka pengembangan dan peningkatan kemampuan resiliensinya. Daftar Pustaka Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian. Cetakan keduabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta Azwar, S. 2007. Dasar-dasar psikometri. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Cetakan VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Sikap, Teori dan Pengukurannya. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Tes Prestasi. Cetakan VI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Banaag, C. G. 2002. Resiliency, street Children, and substance abuse 40

prevention. Prevention Preventif, Nov. 2002, (Online), Vol 3. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Cetakan kedua. Bandung: Rosda Grothberg, E. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number8. The Hague : Benard van Leer Voundation, (Online). (http:/epsychology/jurnalresiliensi, diakses 5 Mei 2010).. (1999). Tapping Your Inner Strength, Oakland, CA : New Harbinger Publication, Inc. (Online). (http:/epsychology/jurnalresiliensi, diakses 5 Mei 2010). Hadi, S. 2008. Handout Wawancara dan Observasi. Pasuruan: UYP. Kartono, K. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi-12, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Klohnen, E.C. (1996). Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, (Online), Volume. 70 No 5, p 1067-1079. Liquanti, R. (1992). Using Community-wide Collaboration to Foster Resiliency in Kids: A Conceptual Framework Western Regional Center For Drugs-Free School and Communities, Far West Laboratory fo Educational Research and Development. San Fransisco. (Online). http://www.ncrel.org/sdrs/citysch ool/citu11bhtm (24/10/04). Munandar, A.S. (2005). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life s Inevitable Obstacles. New york: Broadway Books (Online), (http:/epsychology/faktorresiliensi, diakses 5 Mei 2010). Sarwono, S.W. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syah, M. 2007. Psikologi Belajar. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan kesebelas, Edisi revisi. Bandung: Rosda. Supardi dan Anwar, S. 2004. Dasardasar Perilaku Organisasi. Cetakan kedua. Jogjakarta: UII Press. Tim FISIP & F.PSIKOLOGI. 2009. Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Edisi II Cetakan I. Pasuruan: UYP Press. Tugade M.M & B.L. Fredrickson. (2004). Resilient Individual Use Positive Emotions To Bounce Back From Negative Emotional Experiences. Journal of Personality and Social Psychology, (Online), Volume 24, no 2. 320-33 41