BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, hal ini dibuktikan berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahunnya sekitar 14.180 perempuan Indonesia meninggal karena hamil dan melahirkan. Sedangkan di dunia mencapai lebih dari 500 ribu orang. Tingkat kesehatan ibu di Indonesia sampai saat ini tergolong rendah, dimana Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu, salah satu penyebabnya adalah kejadian anemia yaitu 51% dari seluruh ibu hamil. Sementara risiko kekurangan energi kronis atau kurang gizi mencapai angka 30%, menderita penyakit seperti malaria, hipertensi, tuberkulosis (Tb) maupun HIV/AIDS, kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor), bersifat medik maupun non medik. Diantara faktor non medik adalah keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain. ibu (Sarwono, 2005). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang
dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Pada trimester kedua hingga ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai 40 minggu) volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan berulang dalam waktu singkat (Yuliansyah, 2009). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono (1998) menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia uterus, partus lama, trias perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan
stres kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR (berat badan lahir rendah), kematian perinatal). Salah satu penyebab kematian ibu akibat anemia atau defisiensi zat besi (Fe) dalam tubuh pada ibu hamil karena perdarahan menahun atau berulang yang terjadi di semua bagian tubuh. Terjadinya anemia pada ibu hamil disebabkan salah satunya asupan gizi pada saat hamil, dimana asupan gizi pada saat hamil berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan zat besi, terutama terjadi pada trimester II dan III karena pada ini terjadi peningkatan ekspansi massa sel darah merah, maka kebutuhan akan zat besi bertambah, sedangkan ibu hamil tidak menyadari hal ini akan berdampak pada terjadinya anemia. Selain itu faktor resiko defisiensi zat besi (Fe) terjadi pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal. Anemia juga dapat menyebabkan seorang ibu melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan anemia pada bayi yang dilahirkan (Muryanti, 2006). Berdasarkan hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk, menemukan bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu hamil (Soeprono, 1998). Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu mengalami status gizi, yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya asupan makan selama kehamilan, yang berlangsung secara terus menerus yang menyebabkan
terjadinya status gizi yang kurang yang berdampak pada terjadinya anemia selama kehamilan. Kurangnya pengetahuan ibu hamil trimester III tentang asupan gizi selama kehamilan, dimana berpengaruh pula pada perilaku dalam hal menyiapkan makanan yang baik dan tepat sesuai kebutuhan ibu selama kehamilannya (Soekirman, 1999). Kurangnya pemanfaatan ANC pada ibu hamil sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia karena ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizinya dan kadar Hbnya. Berdasarkan data DINKES (Dinas Kesehatan) Kabupaten Blora diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami anemia tahun 2007 berkisar 29,5% dengan menetapkan HB 11 gr % sebagai dasarnya. Pada tahun 2008 angka kejadian anemia pada ibu hamil meningkat yaitu menjadi 33,5% dengan penetapan Hb 11 gr % sebagai dasarnya (Dinkes Kabupaten Blora, 2009). Sedangkan data di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora diketahui bahwa pada bulan Januari- Februari 2009 terdapat 431 orang ibu hamil, dimana yang mempunyai anemia sebanyak 21 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 6 orang (60%) dan 4 orang (40%) tidak megalami anemia. Terjadinya anemia pada ibu hamil dimungkinkan karena pada saat kehamilan salah satunya yaitu ibu hamil mengalami masalah gizi yaitu status gizi KEK yang disebabkan asupan makan yang kurangnya, sehingga cadangan zat besi dalam tubuh berkurang, kurangnya pemanfaatan perawatan selama kehamilan atau ANC (Ante Natal Care) pada ibu selama
kehamilan berlangsung yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil tidak terpantau dengan baik status gizinya dan kadar Hbnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah penelitian tentang adakah hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan status gizi pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora.
b. Menggambarkan anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora. c. Menganalisis hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mendenrejo Kabupaten Blora. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengembangan Masyarakat Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat gizi seimbang pada ibu hamil dalam hubungannya dengan kejadian anemia. 2. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna khususnya bagi ibu hamil dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III melalui kecukupan gizi ibu hamil. 3. Bagi Program Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran khususnya dalam menjalankan dan merencanakan rumusan program peningkatan asupan makan yang tepat pada ibu hamil sebagai upaya pencegahan terjadinya anemia dalam keperawatan maternitas.
4. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dimungkinkan dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dan dengan variabel yang lebih kompleks mengenai asupan gizi pada ibu hamil sebagai salah satu indikator terjadinya anemia pada ibu hamil dalam keperawatan maternitas. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kesehatan keperawatan maternitas.