BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I LATAR BELAKANG. darah. Dikenal pula istilah hiperlipidemia yaitu peningkatan kadar lemak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu kelompok penyakit yang memberi beban kesehatan masyarakat tersendiri karena keberadaannya cukup prevalen, tersebar di seluruh dunia, menjadi penyebab utama kematian, dan cukup sulit untuk dikendalikan. Peningkatan PTM terutama terjadi pada diabetes, stroke dan hipertensi. Masalah penyakit tidak menular saat ini, melewati penyakit menular seperti penyakit ibu dan anak, kekurangan gizi yang justru cenderung menurun (Bustan, 2015). Epidemi penyakit tidak menular menimbulkan konsekuensi kesehatan yang menghancurkan bagi individu, keluarga dan masyarakat, dan mengancam sistem kesehatan (WHO, 2018). Penyakit tidak menular (PTM) hampir pasti tidak mungkin diberantas tuntas, antara lain mengingat bahwa PTM merupakan penyakit degeneratif yang perlangsungannya mengikuti umur yang terus bertambah dan tidak bisa dihalangi oleh siapapun (Bustan, 2015). Menurut WHO (2018), penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes dan penyakit paru kronik secara kolektif bertanggung jawab atas hampir 70% dari semua kematian di seluruh dunia. Hampir tiga perempat dari seluruh kematian penyakit tidak menular dan 82% dari 16 juta orang yang meninggal sebelum waktunya, atau sebelum usia 70 tahun, terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan di Indonesia menurut World Health Organization tahun 2018, penyakit tidak menular diperkirakan menyumbang 73% dari semua kematian. Banyak faktor yang dapat menyumbang terjadinya penyakit tidak menular antara lain, merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat (Bustan, 2015). Faktor tersebut merupakan faktor risiko (Perilaku) yang utama dan dapat dikontrol dari diri kita sendiri. Perkembangan teknologi modern ikut berperan mengubah perilaku manusia dalam pola konsumsi makanan, misalnya dalam asupan gizi. Gizi merupakan salah satu faktor risiko penting dalam menyumbang perkembangan penyakit. Salah satu hal yang dapat dikaitkan dengan gizi adalah tentang serat yang dikandung oleh makanan. Kekurangan serat makanan akan berkaitan dengan terjadinya penyakit (Bustan, 2012). Pola

makan memegang peranan penting terhadap kejadian sindroma metabolik, yaitu tingginya kadar lemak darah, tingginya tekanan darah dan obesitas. Makanan tidak sehat yang terlalu banyak mengkonsumsi sumber kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kadar kolesterol dianggap normal <200 mg/dl dan kadar kolesterol 200 mg/dl dinamakan dengan Hiperkolesterolemia (Soewandi, 2014). Hiperkolesterolemia merupakan gangguanmetabolisme yang terjadi secara primer maupun sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi terhadap berbagai penyakit tidak menular. Kadar kolesterol yang tinggi ini meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke (Annies, 2015). Kelebihan kolesterol dalam darah dapat meyebabkan kerusakan dinding pembuluhdarah. Kolesterol berlebih tertimbun pada dinding bagian dalam pembuluh darah, dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami penyempitan sehingga aliran darah menjadi tersumbat. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular yang merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Dari data World Health Organization tahun 2018, penyakit kardiovaskular menyumbang 31% dari semua kematian di dunia. Sedangkan di Indonesia penyakit kardiovaskular menyebabkan 35% kematian dari penyebab kematian penyakit tidak menular (WHO, 2018). Penelitian di Amerika, prevalensi hiperkolesterolemia mencapai 16,2% pada usia dewasa (The American Heart Association, 2011). Di Bangladesh dan Nepal ditemukan 16% dan 13% kejadian hiperkoolesterolemia (WHO, 2011). Hasil Riset Data Kesehatan tahun 2013 proporsi penduduk Indonesia dengan kadar kolesterol diatas normal lebih tinggi pada perempuan yaitu 39,6%, jika dibanding dengan laki laki sebesar 30%. Kolesterol merupakan salah satu komponen lipid dalam plasma darah, baik yang bersumber dari kolesterol eksogen dari makanan dan kolesterol endogen. Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh kita disamping zat gizi lain. Kolesterol juga dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk membentuk dinding dinding sel dalam tubuh. Akan tetapi jika kadar kolesterol dalam tubuh berlebih, justru akan menimbulkan berbagai faktor resiko penyakit (Anies, 2017). Penyebab kolesterol berlebih diantaranya pola makan, obesitas, aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, usia, jenis kelamin, konsumsi obat obatan dan penyebab lain, keturunan dan stress (Kemenkes, 2014).

Penelitian terkait penyebab hiperkolesterolemia yang dilakukan Abdi (2017), mengatakan bahwa jenis kelamin, usia dan aktivitas fisik, status merokok dan pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan. Penelitian lain tentang hiperkolesterolemia yang dilakukan oleh Bantas dkk., (2012) menyatakan bahwa indeks massa tubuh dan jenis tempat kerja (Garmen, Percetakan, Kimia, Suku cadang, Makanan, Baja dan Koveksi) mempunyai hubungan yang signifkan terhadap risiko terjadinya hiperkolesterolemia pada pekerja di kawasan industri. Penelitian lainnya yang dilakukan Musdalifa dkk., (2017) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol total pada Staf dan Guru SMA Negeri 1 Kendari. Laboratorium klinik pramita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pelayanan kesehatan. Jumlah karyawan pada bulan Mei tahun 2019 terdiri dari 36 laki laki dan 25 perempuan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun. Usia karyawan berkisar antara 22 tahun 70 tahun. Dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan, perusahaan ini telah didukung oleh fasilitas kesehatan berteknologi modern sehingga pekerjaan karyawan sangat dimudahkan dalam pekerjaannya. Gambaran posisi kerja di perusahaan ini, misalnya di bagian divisi pelayanan, aktivitas kegiatannya yaitu input data customer dengan posisi duduk, durasi aktivitas dari jam 6 pagi hingga jam 14.00 siang. Begitupun pada divisi lab, sebagian pekerjaan dilakukan dengan posisi duduk dan berdiri. Aktivitas berjalan ataupun bergerak tidaklah banyak karena posisi alat pemeriksaan dan tempat kerja dirancang berdekatan. Aktivitas berjalan ataupun berdiri banyak dilakukan oleh divisi perawat maupun petugas radiologi. Aktivitas berjalan dan bergerak akan meningkat jika sedang adanya medical chek up dari perusahaan yang bersifat kolektif, baik yang medical check up di dalam maupun diluar. PT. Pramita setiap tahun rutin melakukan medical check up bagi karyawan yang sudah mempunyai masa kerja minmal 1 tahun. Dari data medical check up tahun 2018 didapatkan hasil uji laboratorium pada pemeriksaan biokimia darah yang mengalami hipekolesterolemia sebanyak 20 orang dari 56 pekerja (35%). Kejadian hiperkolesterolemia ini meningkat setiap tahunnya. Dari data tahun 2016, karyawan yang mengalami hiperkolesterolemia sebanyak 22 orang dari 74 karyawan (29,7%) dan pada tahun 2017 didapatkan karyawan dengan hiperkolesterolemia sebanyak 23 karyawan dari 71 karyawan (32,4%).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, rata rata pekerja yang mempunyai hiperkolesterolemia mempunyai keluhan/ gejala seperti pusing, pegal pegal di pundak, semangat kerja menurun, badan mudah lelah, dan bahkan ada yang tidak merasakan gejala apapun. Dampak adanya gejala hiperkolesterolemia yang dialami oleh pekerja di PT. Pramita belum ada data yang menyebutkan absen kerja karena sakit yang disebabkan khusus karena hiperkolesterolemia, namun berdasarkan wawancara yang dilakukan pada karyawan yang mengalami gejala tersebut mengeluarkan uang lebih untuk pergi ke dokter dan membeli obat. Sedangkan dampak bagi perusahaan yaitu jika karyawan tersebut mengeluhkan gejala maka karyawan tersebut beristirahat atau tidak masuk kerja, sehingga perusahaan membayar lembur karyawan lain untuk menggantikan ketidakhadiran karyawan tersebut. Lembur karyawan dilakukan agar proses operasional berjalan dengan baik untuk menghindari adanya keluhan pelanggan yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Pekerjaan karyawan rata- rata mempunyai aktivitas rendah, banyak pekerjaan yang dilakukan duduk, jarang melakukan olahraga, sarapan pagi sering makan gorengan, dan jajan makanan tidak sehat seperti tinggi bumbu penyedap rasa dan tinggi karbohidrat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019. 1.2 Rumusan Masalah Hasil medical check up tahunan pada karyawan di PT. Pramita tahun 2018 didapatkan hasil uji laboratorium pada pemeriksaan biokimia darah yang mengalami hipekolesterolemia sebanyak 20 orang dari 56 peserta (35%). Kejadian hiperkolesterolemia ini meningkat setiap tahunnya. Dari data tahun 2016, karyawan yang mengalami hiperkolesterolemia sebanyak 22 orang dari 74 karyawan (29,7%) dan pada tahun 2017 didapatkan karyawan dengan hiperkolesterolemia sebanyak 23 karyawan dari 71 karyawan (32,4%). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, Angka ini dikhawatirkan akan meningkat setiap tahunnya. Sehingga peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada karyawan PT. Pramita tahun 2019. 1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 2. Bagaimana gambaran hiperkolesterolemia pada karyawan PT. Pramita tahun 2019? 3. Bagaimana gambaran indeks massa tubuh karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 4. Bagaimana gambaran usia karyawan di PT. Pramita tahun 2019 5. Bagaimana gambaran jenis kelamin di PT. Pramita tahun 2019 6. Bagaimana gambaran asupan makanan karyawan di PT. Pramita tahun 2019 7. Bagaimana gambaran aktivitas fisik karyawan di PT. Pramita tahun 2019 8. Bagaimana gambaran status merokok karyawan di PT. Pramita tahun 2019 9. Apakah ada hubungan indeks massa tubuh dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 10. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 11. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 12. Apakah ada hubungan status merokok dengan hiperkolestrolemia pada karyawan PT. Pramita tahun 2019? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran hiperkolesterolemia pada karyawan PT. Pramita tahun 2019? 2. Mengetahui gambaran indeks massa tubuh karyawan di PT. Pramita tahun 2019? 3. Mengetahui gambaran usia karyawan di PT. Pramita tahun 2019 4. Mengetahui gambaran jenis kelamin karyawan di PT. Pramita tahun 2019 5. Mengetahui gambaran asupan makanan karyawan di PT. Pramita tahun 2019 6. Mengetahui gambaran aktivitas fisik karyawan di PT.Pramita tahun 2019

7. Mengetahui gambaran status merokok karyawan di PT. Pramita tahun 2019 8. Menganalisis hubungan indeks massa tubuh dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019 9. Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019 10. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019 11. Menganalisis hubungan status merokok dengan hiperkolestrolemia pada karyawan PT. Pramita tahun 2019 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Sarana dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman di bidang kesehatan masyarakat mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia. 2. Bagi Fakultas Sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang Kesehatan masyarakat, khususnya Epidemiologi 3. Bagi Perusahaan Informasi dan sarana untuk evaluasi dan meningkatkan kesehatan karyawan 1.6 RuangLingkup Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia pada karyawan di PT. Pramita tahun 2019. Responden penelitian ini adalah semua karyawan PT. Pramita yang dilaksanakan bulan Maret sampai Juni 2019. Penelitian ini dilakukan karena banyaknya karyawan yang mengalami hiperkolesterolemia yaitu sebanyak 29,7% pada tahun 2016 dan 32,4% pada tahun 2017 dan juga terjadi peningkatam pada tahun 2018 sebanyak 35%. Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Pengumpulan data dengan pemeriksaan uji laboratoriumyaitu kolesterol dan kuesioner.