PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI )



dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Produk Domestik Bruto

PDRB HIJAU KOTA DEPOK 2014

Produk Domestik Bruto (PDB)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Produk Domestik Regional Bruto

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

VALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KAJIAN PERENCANAAN GREEN ECONOMY DI KABUPATEN BANDUNG. TIM Penyusun

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PDRB HIJAU SEKTOR KEHUTANAN MELALUI PENDEKATAN NILAI EKONOMI JASA LINGKUNGAN. Emi Roslinda

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN PDRB Triw I-2009 KALSEL

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB VII Pendapatan Nasional

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

Transkripsi:

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) Oleh: M. Suparmoko Materi disampaikan pada Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis Penataan Ruang pada tanggal 4-10 Juni 2006 1

Hutan Indonesia MODAL PEMBANGUNAN NASIONAL Manfaat : Ekologi Fungsi : Hutan Konservasi Hutan Lindung Fungsi Produksi Sosial budaya Ekonomi 2

Fungsi Hutan Produksi hutan (nilai tambah) Depresiasi (deplesi + degradasi) dilaporkan PDRB Tak dilaporkan / tak tercermin PDRB Coklat (Konvensional) Tidak memperhitungkan nilai depresiasi (deplisi sumber daya alam dan degradasi lingkungan) 3

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) = Jumlah Seluruh Nilai Tambah = Pendapatan Regional Sebelum Dikurangi Penyusutan Modal 4

PDRB COKLAT, PDRB SEMI HIJAU, dan PDRB HIJAU PDRB yang tidak memasukkan unsur sumber daya alam dan lingkungan disebut PDRB Konvensional atau PDRB Coklat PDRB yang memasukkan unsur deplisi sumber daya alam disebut PDRB Semi Hijau PDRB yang memasukkan unsur deplisi dan degradasi sumber daya alam serta lingkungan disebut sebagai PDRB Hijau 5

Tiga pendekatan utama dalam menghitung PDRB: a. Menjumlahkan seluruh nilai tambah dari setiap sektor kegiatan ekonomi b. Menjumlahkan semua jenis pendapatan yang diperoleh para pemilik faktor preoduksi (tenaga kerja, modal, alat / perlengkapan dan sumber daya alam, serta keahlian) c. Menjumlahkan pengeluaran seluruh pengeluaran masing-masing sektor 6

METODOLOGI Cara menghitung kontribusi sektor pada PDRB Nilai produksi sektor Rp Intermediate inputs (bahan-bahan) - (-) (Nilai tambah) kontribusi pada PDRB Coklat Rp... 7

Sektor-sektor dalam PDRB Hijau 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2. Pertambangan dan penggalian 3. Perindustrian Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan (konstruksi) 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 8

Pendekatan Produksi Dalam pendekatan Produksi atau pendekatan nilai tambah, yang dilakukan adalah menentukan berapa nilai tambah dalam setiap kegiatan produksi Nilai tambah dapat dihitung dengan mengurangkan nilai input antara (bahan mentah dan bahan penolong) dari nilai produksi. PDRB = Nilai Produksi Nilai Input Antara 9

Contoh penghitungan kontribusi sektor kayu lapis dg pendekatan produksi Nilai produksi kayu lapis Rp 750.000,- Biaya input antara: - biaya kayu Rp 300.000,- - biaya Lem - 50.000,- - biaya solar - 45.000,- - biaya lain-lain - 80.000,- (+) Rp 475.000,- ( - ) Kontribusi kayu lapis pada PDRB Rp. 275.000,- 10

KELEMAHAN PDRB COKLAT HANYA MENGUKUR KEGIATAN EKONOMI BUKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI BIAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN DIHITUNG SEBAGAI PENDAPATAN BERKURANGNYA SUMBERDAYA ALAM DAN RUSAKNYA LINGKUNGAN TIDAK TAMPAK DALAM NILAI PDRB STRUKTUR PEREKONOMIAN BERSIFAT SEMU 11

Mengapa PDRB Hijau? - PDRB Konvensional belum menghitung aset atau modal alam (hutan, tambang, perikanan) - Deplisi dan degradasi sumberdaya alam belum dihitung sebagai biaya - Lebih dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya 12

Manfaat Penyusunan PDRB Hijau Memberikan gambaran kondisi dan fungsi hutan dalam perekonomian Kabupaten Berau. Menyajikan depresiasi (deplisi sumber daya hutan dan degradasi lingkungan), dalam PDRB Hijau Berau. Sebagai masukan dalam perumusan rencana pengelolaan kehutanan dan perekonomian Kabupaten Berau. 13

Cara menghitung PDRB Hijau Nilai produksi hutan Intermediate inputs (bahan-bahan) Kontribusi hutan pada PDRB Coklat Deplisi SD Hutan Kontribusi semi hijau kehutanan Degradasi Lingkungan hutan Kontribusi HIJAU kehutanan Rp Rp Rp... Rp... Rp Rp... Rp 14

Penghitungan Deplisi Sumberdaya Hutan Identifikasi dan kuantifikasi sumberdaya hutan yang di deplisi Valuasi (dicari nilai ekonominya) dengan Unit Rent Kontribusi Kehutanan Semi Hijau 15

Menghitung Unit Rent Harga produk per unit Biaya produksi per unit - Biaya eksploitasi per unit Rp - Biaya pemasaran, dsb per unit Rp + Rp Rp _ Laba Kotor per unit Rp Laba perusahaan Rp _ (Balas jasa investasi) UNIT RENT Rp 16

Penghitungan Nilai Degradasi Lingkungan Untuk menilai degradasi perlu diadakan penelitian pendahuluan mengenai sumberdaya alam dan komponen lingkungan yang mana yang mengalami degradasi pada tahun yang bersangkutan. mengkuantifikasi besaran atau luasan degradasi yang bersangkutan, selanjutnya memperkirakan besarnya nilai degradasi (valuasi) sumberdaya alam yang bersangkutan 17

Cara menilai degradasi lingkungan Untuk sumberdaya ekstraktif dapat didekati dengan menggunakan harga pasar dan unit rent. Untuk hal-hal yang merupakan jasa lingkungan dan jasa keanekaragaman hayati penilaiannya akan didekati dengan : Menggunakan nilai biaya pengganti, Nilai kesenangan (hedonik) Biaya perjalanan (travel cost), Survei (contingent valuation) dengan meneliti tentang kesediaan membayar (willingnes to pay) atau kesediaan untuk menerima ganti rugi (willingnes to accept). 18

Definisi dan permasalahan Degradasi Menurunnya fungsi dan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan: - natural resources inputs - environmental services dan biodiversity services - amenity services - natural assimilator Dampak degradasi lingkungan mempengaruhi produktivitas faktor produksi lainnya. 19

Penghitungan Degradasi Lingkungan Penghitungan nilai degradasi lingkungan: Lebih kompleks Perlu menggunakan berbagai perkiraan sesuai dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang terdegradasi. jenis Perlu pemahaman tentang hubungan sebab akibat antara sumber kerusakan (kebakaran hutan,penambangan, pencemaran air) dan dampak yang timbul yang dapat berupa kerusakan, sakit, kematian, maupun kerusakan pada lingkungan alam yang lain. 20

Penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan Dapat dirasakan melalui panca indera seperti penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, maupun perasa (kulit). Dapat diukur dengan menggunakan metode before and after project. Dapat pula digunakan penilaian untuk waktu atau tahun yang berbeda. Dapat diukur secara kuantitatif, dinilai secara ekonomi (valuasi ekonomi) dengan menggunakan teknik penilaian (valuasi) tergantung pada jenis dan manfaat atau pelayanan lingkungan yang ada. 21

Valuasi ekonomi degradasi lingkungan Nilai ekonomi = Jumlah maksimum nilai atau harga di mana seseorang bersedia membayar untuk mengkonsumsi suatu barang Penghitungan biaya kerusakan menggunakan anggapan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan pelayanan atau jasa secara langsung maupun tidak langsung Penghitungan kerusakan ditentukan oleh bagaimana rehabilitasi itu dilakukan. 22

Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total kerusakan (degradasi) sumberdaya alam dan lingkungan : Nilai sekarang (present value) dari kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sepanjang umur kerusakan itu sendiri. NTD = Σ D t / t (1 (1 + i)t t Di mana: NTD = nilai total degradasi D = nilai degradasi t = jumlah tahun i = tingkat bunga Σ = tanda penjumlahan Penghitungan degradasi lingkungan sangat tergantung pada masukan dan kerja sama dengan para ilmuwan dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. 23

Permasalahan Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan lebih mudah dirasakan dan dilihat, tetapi akan ditemui kesulitan pada saat: Mengukur seberapa jauh penurunan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan itu. Menghitung penyebaran degradasinya Mengetahui sumber atau penyebab degradasi yang bersangkutan. Mengetahui sektor mana yang harus dibebani dengan pengurangan nilai degradasi sumberdaya alam dan lingkungan; apakah sektor yang menyebabkan timbulnya degradasi ataukah sektor yang terkena dampak dari adanya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan yang bersangkutan. Contoh: Tercemarnya sumberdaya air yang terjadi karena adanya pencemaran sungai oleh sektor industri atau sektor rumah tangga (domestic waste) yang membuang limbahnya ke badan air di sungai. 24

Menentukan Instrumen Penilaian Sumber daya Alam & Lingkungan Sumberdaya Alam Nilai Penggunaan Nilai Tanpa Penggunaan Nilai penggunaan langsung Nilai penggunaan tak langsung Nilai penggunaan alternatif Nilai pewarisan Nilai Keberadaan 25

Tahap - tahap penghitungan PDRB Hijau 1. Menghitung nilai tambah sektor kehutanan 2. Mengidentifikasi jenis dan volume sumberdaya hutan yang diambil 3. Memberikan nilai ekonomi terhadap sumberdaya hutan yang diambil 4. Mengurangi nilai tambah PDRB sektor kehutanan dengan nilai deplesi sumberdaya hutan diperoleh nilai kontribusi semi hijau sektor kehutanan 5. Mengidentifikasi kerusakan atau degradasi tanah/lahan, air dan udara akibat kegiatan kehutanan 6. Menghitung volume kerusakan atau degradasi sumberdaya alam karena kegiatan kehutanan 7. Menentukan nilai ekonomi (valuasi) degradasi lingkungan 8. Nilai degradasi dikurangkan dari nilai kontribusi Semi Hijau sektor kehutanan dan diperolehlah nilai kontribusi Hijau dari sektor kehutanan 26

Kontribusi Hijau dan Nilai Tambah Sektor Kehutanan Pada PDRB Kabupaten Berau (Rp Milyar) 2000-2003 Tahun 2000 2001 2002 2003 Kontribusi sektor Kehutanan pada PDRB *) 374,79 373,25 376,89 381,03 Deplisi Sumberdaya Hutan 232,56 298,71 193,07 155,14 Kontribusi Semi Hijau sektor Kehutanan pada PDRB 142,23 74,54 183,82 225,88 Degradasi SDH 543,31 620,12 370,23 260,15 Kontribusi Hijau sektor Kehutanan pada PDRB -401,08-545,58-186,41-34,27 Nilai Tambah Sektor Kehutanan 1.150,65 1.292,08 940,19 796,32 Sumber : Laporan penyusunan PDRB Hijau Sektor Kehutanan Kabupaten Berau, Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan. 27 Catatan : *) Sektor Kehutanan termasuk di dalamnya nilai kontribusi Industri pengolahan kayu pada PDRB

TERIMA KASIH 28