KAJIAN PERENCANAAN GREEN ECONOMY DI KABUPATEN BANDUNG. TIM Penyusun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PERENCANAAN GREEN ECONOMY DI KABUPATEN BANDUNG. TIM Penyusun"

Transkripsi

1 KAJIAN PERENCANAAN GREEN ECONOMY DI KABUPATEN BANDUNG TIM Penyusun

2 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi Eksploitasi sumber daya alam secara kurang bijaksana Degradasi Lingkungan UU No. 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan lingkungan yang aman tanpa mengorbankan pertumbuhan perekonomian

3 Kabupaten Bandung merupakan daerah yang terletak di Jawa Barat. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan dengan luas wilayah sebesar 1.762,4 km². Ibukota Kabupaten Bandung adalah Soreang. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kbupaten Sumedang. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Garut. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

4 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung No. Sektor Hk Hk Hk Hk Hk % % % % % 1 Pertanian 5,40 6,66 5,38 5,86 4,93 2 Pertambangan & Penggalian 5,43 4,87 3,00-1,75-4,23 3 Industri Pengolahan 3,38 5,23 5,19 5,40 5,03 4 Listrik, Gas & Air Bersih 4,04 5,32 8,21 12,53 8,19 5 Kontruksi 4,73 7,17 8,10 5,04 8,97 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 7,23 8,21 7,88 8,67 9,10 7 Pengangkutan & Komunikasi 6,09 5,78 7,62 7,90 6,44 8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 3,41 5,26 7,15 8,28 3,87 9 Jasa-Jasa 4,77 5,60 6,99 5,05 9,28 Sumber: PDRB Tahun 2012 Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (Hk) 2000 Tahun Kabupaten Bandung PDRB 4,35 5,87 5,94 6,15 5,96

5 Degradasi Lingkungan Kabupaten Bandung Permukaan air tanah semakin dalam Pencemaran Sungai termasuk kategori sangat tercemar dan tercemar berat Lahan Kritis Tingkat Erosi berkisar mulai dari sedang hingga Berat

6 Zona Konservasi air tanah Kabupaten Bandung

7 Peta Tingkat Pencemaran Sungai Citarum

8 Lahan Kritis Kabupaten Bandung

9 Zona Konservasi Bencana Kabupaten Bandung

10 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Sejauh mana konsep ekonomi hijau dapat diterapkan untuk pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bandung? Bagaimana peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam memotivasi masyarakat dan dunia usaha untuk pengembangan Ekonomi Hijau (Green Economy) di Kabupaten Bandung? Bagaimana menyusun rencana strategis Ekonomi Hijau (Green Economy) di Kabupaten Bandung?.

11 Maksud dan tujuan Maksud : Menyusun rencana Green Economy/ Ekonomi Hijau di Kabupaten Bandung. Tujuan : Meningkatkan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam memotivasi dunia usaha dan masyarakat berinvestasi dalam memproduksi green product dan green services.

12 Sasaran Teridentifikasinya struktur ekonomi dan pola konsumsi serta produksi di Kabupaten Bandung yang berbasis lingkungan Teridentifikasinya kegiatan-kegiatan yang menunjang terhadap pengembangan ekonomi hijau Teridentifikasinya tantangan dalam pengembangan ekonomi hijau Terumuskannya strategi untuk pengembangan ekonomi hijau di Kabupaten Bandung

13 Tiga Pilar Kelestarian bumi Pembangunan berkelanjutan (sustainability development) dibentuk dari keseimbangan antara ekosistem, sosial dan ekonomi

14 ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI Fokus issue: 1. Intergenerational equity, 2. Irreversibility of environmental change, 3. Uncertainty of long-term outcomes, 4. Sustainable development

15 Perbedaan PDRB Coklat dan PDRB Hijau PDRB Coklat agregat makroekonomi konvensional untuk mengukur kinerja makroekonomi dari suatu kegiatan ekonomi pada wilayah regional (provinsi, kabupaten/kota) PDRB Hijau PDRB Hijau adalah agregat makroekonomi suatu wilayah regional (provinsi, kab/kota) yang pengukurannya telah disesuaikan berdasarkan kerangka akuntansi hijau, atau, PDRB konvensional dikurangi semua bentuk depresiasi modal (buatan manusia, alam dan modal manusia)

16 Skema Alur Ekonomi Coklat Dan Ekonomi Hijau Model aliran melingkar ekonomi Model material balance callan & Thomas

17 Kerangka Green Economy Framework Penyusunan Dan Pengukuran Green Economy

18 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Eksternal Internal Faktor era globalisasi Faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Faktor persepsi masyarakat internasional Faktor sumber daya wilayah Faktor sumber daya manusia Faktor kedudukan geografis Faktor perkembangan penduduk dan demografi Faktor peningkatan kebutuhan Faktor pembangunan sektoral dan daerah Faktor kesenjangan

19 Metodologi Metodologi atau langkah-langkah dalam penyusunan PDRB-Hijau dimulai dengan penghitungan PDRB Konvensional atau PDRB Coklat menurut sektor usaha, kemudian diikuti dengan penghitungan nilai deplesi sumber daya alam. Nilai deplesi sumber daya alam dihitung untuk setiap sektor kegiatan ekonomi kemudian dikurangkan dari nilai tambah sektor-sektor kegiatan ekonomi sesuai dengan penggunaan sumber daya alam yang bersangkutan, dan diperolehlah nilai PDRB Semi Hijau.

20 Perhitungan Nilai Deplesi Sumber Daya Alam Identifikasi SDA yang Terdeplesi Kuantifikasi Volume SDA Terdeplesi Valuasi Ekonomi SDA yang Terdeplesi

21 Perhitungan Nilai Degradasi Lingkungan Identifikasi Lingkungan Yang Terdegradasi Kuantifikasi Fisik Degradasi Lingkungan Valuai Ekonomi Terhadap Degradasi Lingkungan

22 Identifikasi dan Analisis Beberapa kelompok analisis yang dilakukan: 1. Mengkuantifikasi macam dan tingkat deplesi sumber daya alam dan degradasi lingkungan untuk setiap sektor/sub-sektor kegiatan ekonomi, sehingga struktur ekonomi hijau bisa diukur, serta pola konsumsi dan pola produksinya bisa tergambarkan. 2. Menganalisis kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman pengembangan dan penerapan sistem ekonomi hijau di Kabupaten Bandung. 3. Merumuskan strategi pengembangan dan penerapan sistem ekonomi hijau.

23 Perumusan Strategi Pada tahapan ini, hasil identifikasi tentang kelemahan, kekuatan, ancaman dan peluang dalam pengembangan dan penerapan ekonomi hijau, maka dianalisis dengan metode SWOT-AHP Hibrid, sehingga akan terumuskan strategi pengembangan ekonomi hijau untuk daerah Kabupaten Bandung.

24 OUTPUT Strategi Pengembangan Ekonomi Hijau Kabupaten Bandung Road Map Pengembangan Ekonomi Hijau Kabupaten Bandung Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Hijau Kabupaten Bandung

25 PDRB COKLAT (JUTA Rp) NO SEKTOR 2, , , , , PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN ANGKUTAN dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PDRB Coklat 38,282, ,262, ,092, ,291, ,071,406.39

26 PDRB HIJAU (Rp) NO PERTANIAN SEKTOR PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN ,715,219,355, ,060,895,472, ,447,776,507, ,954,516,595, ,492,218,352, ,107,610, ,781,479, ,123,607, ,685,720, ,220,831, ,275,023,271, ,721,253,184, ,470,421,836, ,114,422,775, ,912,276,785, LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH 637,802,995, ,423,756, ,739,145, ,900,588, ,541,409, BANGUNAN 638,425,925, ,529,133, ,447,152, ,820,900, ,605,505, PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN 6,004,140,853, ,780,009,766, ,793,875,823, ,913,818,461, ,425,521,509, ANGKUTAN dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PDRB Hijau 1,778,304,375, ,789,480,784, ,927,175,133, ,149,934,093, ,360,967,913, ,429,258, ,765,150, ,608,885, ,606,063, ,121,556,071, ,927,890,097, ,164,809,079, ,425,015,445, ,796,614,124, ,099,110,889, ,236,343,742, ,210,947,807, ,018,183,538, ,202,319,324, ,962,019,268,548.00

27 Kurva Perbandingan PDRB Coklat dan Hijau PDRB Kabupaten bandung PDRB Coklat PDRB Hijau , , , ,00 Sumber : Data diolah

28 Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan PDRB (%) Coklat Hijau

29 STRUKTUR EKONOMI COKLAT Struktur Ekonomi (%) Coklat NO SEKTOR PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN ANGKUTAN dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN JASA

30 STRUKTUR EKONOMI HIJAU Hijau NO SEKTOR PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN ANGKUTAN dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN JASA

31 NO DEPLESI Sektor Deplesi PERTANIAN 11,371,954,145 10,517,696,627 21,462,742,589 22,041,360,064 22,619,977,539 2 TAMBANG 70,550,000 24,187, ,040, ,217, ,394, ,499,250 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 405,553, ,964,500 1,718,015,750 2,561,067,000 4 LISTRIK AIR GAS 911,242, ,040, ,766,000 2,039,972,650 3,321,179,300 5 BANGUNAN 9,480,261,455 13,716,797,280 18,974,251,335 23,118,432,928 27,262,614,521 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTAURANT 1,057,066, ,333,450 2,324,726,775 6,415,228,423 10,505,730,070 7 ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,616,134,375 5,680,985,045 5,973,086,050 9,551,546,317 13,130,006,584 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 1,448,281, ,799,250 1,745,604,100 1,898,076,550 2,050,549,000 9 JASA-JASA 625,200, ,613, ,000,000 1,345,820,367 2,096,640,734

32 NO DEGRADASI SEKTOR DEGRADASI PERTANIAN 2,164,570,503 1,792,011,350 2,422,669,670 2,378,294,670 3,945,669,789 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 125,640, ,463, ,162, ,162, ,264,000 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 377,719, ,962, ,219, ,219, ,277,700 4 LISTRIK, GAS, AIR BERSIH 3,944,502,800 7,270,893,500 8,690,418,525 8,690,418,525 5,056,311,200 5 Air Bersih 194,388, ,068,500 89,866,950 89,866, ,000,000 5 BANGUNAN 487,872, ,898, ,276, ,276,200 1,368,819,930 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTAURANT 7 ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 9 JASA-JASA 7,800,222,949 8,482,706,600 8,765,274,724 8,765,274,724 14,281,619,585

33 Tabel output SWOT-AHP yuli-gun ok.xlsx

34 Strategi Pembangunan Ekonomi Hijau Kab Bandung Grup SWOT Prioritas Dalam Grup Faktor2 SWOT Rasio Konsistensi Prioritas Faktor Dalam Grup Perioritas Faktor Global Bobot Global SM 0, Mendukung energi RL dan DU sampah 9% 0,268 0,066 0, Manfaat Pert ekonomi 0,173 0,042 0, Mengurangi plastik 0,13 0,032 0, Hemat listrik dan air 0,141 0,035 0, Teknologi daur ulang sampah 0,075 0,018 0, Lingkungan Kab. Bdg. nyaman 0,092 0,023 0, Akses info mudah 0,065 0,016 0, Transmisi energi rendah karbon 0,056 0,014 0, WM 0, Cukup RTH 8% 0,263 0,037 0, Cukup hemat air dan listrik 0,211 0,031 0, Sampah dikelola cukup baik 0,121 0,017 0, Mengurangi sampah di lingkungan sekitar 0,125 0,017 0, Cukup memisahkan jenis sampah 0,094 0,013 0, Siap membayar utk kelestarian lingkungan 0,09 0,013 0, Belum membandingkan SDA berkelanjutan 0,051 0,007 0, Pernah mengganti energi ramah lingkungan 0,045 0,006 0, OM 0, Menggunakan bahan daur ulang 8% 0,208 0,015 0, Keseimbangan ekonomi-lingkungan 0,214 0,015 0, Produsen menggunakan tekno RL dan DUS 0,185 0,013 0, Sosialisasi hemat energi dan DUS 0,12 0,009 0, Program hemat energi dan daur ulang 0,109 0,008 0, Sertifikasi produk ramah lingkungan 0,091 0,007 0, Sosialisasi kelola energi ramah lingkungan 0,073 0,005 0, TM 0, Pertumb. ekonomi dan kelestarian lingk 8% 0,348 0,018 0, Pert ekonomi sebabkan bencana 0,237 0,012 0, Harga bahan baku naik 0,156 0,008 0, Belum perhatikan SDAB 0,097 0,005 0, Pelatihan Energi RL 0,108 0,006 0, Implementasi ERL-DUS 0,054 0,003 0, ,509 1 Rangking Global

35 Grup SWOT Prioritas Dalam Grup Faktor2 SWOT Rasio Konsistensi Prioritas Faktor Dalam Grup Perioritas Faktor Global Bobot Global SU 0, Prsh mencegah perusakan SDA 4% 0,519 0,046 0, Prsh hemat energi 0,11 0,012 0, Prsh perbaiki kualitas lingk 0,124 0,013 0, Prsh gunakan energi terbarukan 0,066 0,007 0, Prsh hemat air 0,086 0,008 0, Pemeliharaan mesin berkala 0,095 0,009 0, WU 0, Harga pokok belum tsmk biaya lingk 4% 0,197 0,014 0, Prsh belum perbaiki KLingk 0,189 0,013 0, Utamakan Laba naik setiap periode 0,22 0,015 0, Prsh belum punya IPAL dan cegah emisi 0,229 0,016 0, Melakukan polusi udara 0,077 0,005 0, Menggunakan air tanah 0,088 0,006 0, OU 0, Prsh sosialisasi EH 4% 0,156 0,006 0, Bersertifikat EH 0,153 0,006 0, Audit energi 0,211 0,008 0, Bahan baku produksi bersertifikasi 0,186 0,007 0, Mencegah polusi air 0,125 0,005 0, Memenuhi baku mutu lingk 0,169 0,006 0, TU 0, TK tidak bersertikat diklat 3% 0,138 0,003 0, Menghasilkan limbah B3 0,17 0,004 0, Memiliki Alat Perlindungan Diri TK 0,189 0,004 0, Potensi pencemaran tanah 0,108 0,002 0, Program CSR belum terlaksana 0,138 0,004 0, Kondisi jalan distribusi kurang baik 0,138 0,003 0, Belum melaksankan proses ramah lingk 0,119 0,004 0, ,218 1 Rangking Global

36 Grup SWOT Prioritas Dalam Grup Faktor2 SWOT Rasio Konsistensi Prioritas Faktor Dalam Grup Perioritas Faktor Global Bobot Global SP 0, Sosialisasi EH 5% 0,132 0,019 0, Kebijakan konservasi air 0,196 0,028 0, Hemat energi di lingk pemkab 0,18 0,026 0, Hemat air di lingk pemkab 0,16 0,023 0, Audit hemat air 0,086 0,012 0, Kebijakan konservasi hutan 0,192 0,027 0, Identifikasi emisi GRK 0,055 0,008 0, WP 0, Kebijakan kendali kebakaran hutan 2% 0,203 0,015 0, Reward kpd produsen yg RL 0,085 0,006 0, Denda kpd produsen yg rusak lingk 0,177 0,013 0, tataruang sejalan SD berkelanjutan 0,228 0,016 0, Pernah terjadi wabah 0,044 0,003 0, serius kendalikan lingk 0,193 0,014 0, memiliki neraca SDA 0,07 0,005 0, OP 0, Sertifikasi produk RL 9% 0,082 0,003 0, audit hemat energi 0,098 0,003 0, kebijakan kelola kehati 0,228 0,007 0, Kelola lahan kritis 0,123 0,004 0, Terdapat Gerhan 0,137 0,004 0, Program kendali iklim 0,132 0,004 0, Perda konservasi SDAL 0,211 0,006 0, TP 0, Indentifikasi bahan perusak ozon 9% 0,321 0,002 0, Keterpaduan prog lingk SKPD 0,218 0,006 0, Rehab hutan 5 tahun terakhir 0,127 0,003 0, Peta rawan bencana 0,135 0,004 0, Pertemuan kendali lingk. 0,102 0,003 0, Wajib kelola manfaat limbah 0,138 0,004 0, Masyarakat taat iuran sampah 0,111 0,003 0, Imbauan partisipasi jaga lingk. 0,137 0,004 0, ,273 1 Rangking Global

37 Rangking Global Faktor-Faktor Pengembangan Ekonomi Hijau di Kabupaten Bandung Barat Faktor2 SWOT Prioritas Faktor Dalam Grup Perioritas Faktor Global Bobot Global Rangking Global Pertumb. ekonomi dan kelestarian lingkunga 0,348 0,018 0, Mendukung energi RL dan DU sampah 0,268 0,066 0, Cukup RTH 0,263 0,037 0, Pert ekonomi sebabkan bencana 0,237 0,012 0, Prsh mencegah perusakan SDA 0,519 0,046 0, Keseimbangan ekonomi-lingkungan 0,214 0,015 0, Cukup hemat air dan listrik 0,211 0,031 0, Menggunakan bahan daur ulang 0,208 0,015 0, Produsen menggunakan tekno RL dan DUS 0,185 0,013 0, Manfaat Pertumbuhan ekonomi 0,173 0,042 0, Indentifikasi bahan perusak ozon 0,321 0,002 0, Harga bahan baku naik 0,156 0,008 0, Hemat listrik dan air 0,141 0,035 0, Mengurangi plastik 0,13 0,032 0, Mengurangi sampah di lingkungan sekitar 0,125 0,017 0, Tataruang sejalan SD berkelanjutan 0,228 0,016 0, Kebijakan kelola kehati 0,228 0,007 0, Sampah dikelola cukup baik 0,121 0,017 0, Sosialisasi hemat energi dan DUS 0,12 0,009 0, Keterpaduan prog lingk SKPD 0,218 0,006 0, Perda konservasi SDAL 0,211 0,006 0, Program hemat energi dan daur ulang 0,109 0,008 0, Kebijakan kendali kebakaran hutan 0,203 0,015 0, Pelatihan Energi RL 0,108 0,006 0, Kebijakan konservasi air 0,196 0,028 0,

38 Serius kendalikan lingk 0,193 0,014 0, Kebijakan konservasi hutan 0,192 0,027 0, Prsh belum punya IPAL dan cegah emisi 0,229 0,016 0, Belum perhatikan SDAB 0,097 0,005 0, Hemat energi di lingk pemkab 0,18 0,026 0, Utamakan Laba naik setiap periode 0,22 0,015 0, Denda kpd produsen yg rusak lingk 0,177 0,013 0, Cukup memisahkan jenis sampah 0,094 0,013 0, Lingkungan Kab. Bdg. nyaman 0,092 0,023 0, Sertifikasi produk ramah lingkungan 0,091 0,007 0, Audit energi 0,211 0,008 0, Siap membayar utk kelestarian lingkungan 0,09 0,013 0, Hemat air di lingk pemkab 0,16 0,023 0, Harga pokok belum tsmk biaya lingk 0,197 0,014 0, Prsh belum perbaiki KLingk 0,189 0,013 0, Memiliki Alat Perlindungan Diri TK 0,189 0,004 0, Bahan baku produksi bersertifikasi 0,186 0,007 0, Teknologi daur ulang sampah 0,075 0,018 0, Wajib kelola manfaat limbah 0,138 0,004 0, Melaksanakan program Gerhan 0,137 0,004 0, Imbauan partisipasi jaga lingk. 0,137 0,004 0, Menghasilkan limbah B3 0,17 0,004 0, Sosialisasi kelola energi ramah lingkungan 0,073 0,005 0, Memenuhi baku mutu lingk 0,169 0,006 0, Peta rawan bencana 0,135 0,004 0, Sosialisasi EH 0,132 0,019 0, Program kendali iklim 0,132 0,004 0, Rehab hutan 5 tahun terakhir 0,127 0,003 0, Perusahaan perlu sosialisasi EH 0,156 0,006 0, Bersertifikat EH 0,153 0,006 0,

39 Kelola lahan kritis 0,123 0,004 0, Akses info mudah 0,065 0,016 0, TK tidak bersertikat diklat 0,138 0,003 0, Program CSR belum terlaksana 0,138 0,004 0, Kondisi jalan distribusi kurang baik 0,138 0,003 0, Masyarakat taat iuran sampah 0,111 0,003 0, Transmisi energi rendah karbon 0,056 0,014 0, Pertemuan kendali lingk. 0,102 0,003 0, Implementasi ERL-DUS 0,054 0,003 0, Mencegah polusi air 0,125 0,005 0, Prsh perbaiki kualitas lingk 0,124 0,013 0, audit hemat energi 0,098 0,003 0, Belum melaksankan proses ramah lingk 0,119 0,004 0, Belum membandingkan SDA berkelanjutan 0,051 0,007 0, Prsh hemat energi 0,11 0,012 0, Potensi pencemaran tanah 0,108 0,002 0, Audit hemat air 0,086 0,012 0, Reward kpd produsen yg RL 0,085 0,006 0, Pernah mengganti energi ramah lingkungan 0,045 0,006 0, Sertifikasi produk RL 0,082 0,003 0, Pemeliharaan mesin berkala 0,095 0,009 0, Menggunakan air tanah 0,088 0,006 0, memiliki neraca SDA 0,07 0,005 0, Prsh hemat air 0,086 0,008 0, Melakukan polusi udara 0,077 0,005 0, Identifikasi emisi GRK 0,055 0,008 0, Prsh gunakan energi terbarukan 0,066 0,007 0, Terjadi wabah 0,044 0,003 0,

40 End 1 2 Click to add title in here TERIMA KASIH Click to add title in here 3 4 Click to add title in here Click to add title in here Randy Maulana

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI )

PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) PDRB HIJAU (KONSEP DAN METODOLOGI ) Oleh: M. Suparmoko Materi disampaikan pada Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis Penataan Ruang pada tanggal 4-10 Juni 2006 1 Hutan Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP I. PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Pengelolaan Kualitas Air dan Kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN 2015-2019 PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

A. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B

A. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B Rencana Strategis Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung Tahun 03-08 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF A. BPLH Kota Bandung Tahun 04-08 B

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional)

Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional) Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional) KICK-OFF MEETING PELAKSANAAN PROGRAM EKOSISTEM RIMBA Jakarta, 29 Juli 2011 Fathi Hanif, SH.MH Policy &

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016 KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 207 Jakarta, 7 Desember 206 PRIORITAS NASIONAL DITJEN. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN NO PRIORITAS NASIONAL Kemaritiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF. A. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF. A. Program dan Kegiatan BPLH Kota Bandung Tahun B Rencana Strategis Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung Tahun 03-08 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA SERTA PENDANAAN INDIKATIF A. BPLH Kota Bandung Tahun 04-08 B

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013

SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013 SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013 Kriteria Penilaian Sistem Manajemen Lingkungan, Penurunan Emisi dan Efisiensi Energi Disampaikan oleh Herry Hamdani Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta,

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat menyebabkan telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Kerusakan lingkungan hidup hampir selalu membawa dampak paling parah bagi orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan perekonomian sehingga menimbulkan perubahan pada struktur perekonomian. Sebagai implikasi dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

3.5.4 Analisis Skala Optimal Prosedur Analisis

3.5.4 Analisis Skala Optimal Prosedur Analisis DAFTAR ISI COVER HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv ABSTRACT... xvii INTISARI......

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat bergantung pada kondisi lingkungan hidup dan tempat manusia tinggal. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahkan, manusia

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 63TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

PB 3. Pembangunan berkelanjutan

PB 3. Pembangunan berkelanjutan PB 3 Pembangunan berkelanjutan 1 Apakah Pembangunan Berkelanjutan itu? 1. Prinsip dasar piagam bumi (normatif, sistim nilai) 2. Kesepakatan global (partisipatif, lintas pelaku) 3. Rencana Tindak (RPJP/D,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci