BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran pernapasan pada anak adalah pneumonia. Pneumonia ialah suatu proses inflamasi pada alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Streptococcus pneumoniae (paling sering), kemudian Streptococcus aureus, Haemophyllus influenzae, Escherichia coli dan Pneumocystis jiroveci. Penyakit pneumonia bersifat endemik dan merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara berkembang termasuk indonesia dan menjadi masalah yang sangat penting (Widagdo, 2012).Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013). Gejala umum pada anak-anak maupun bayi yang terinfeksi pneumonia berupa sulit atau cepat bernafas, batuk, menggigil, sakit kepala, kehilangan nafsu makan serta demam. Penderita pneumonia merupakan sumber penularan penyakit ini, ketika penderita yang sedang batuk atau bersin maka akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Adapun cara lain penularan pneumonia seperti melalui percikan droplet ketika sedang berbicara dengan penderita, menggunakan benda yang telah terkena sekresi penderita dan melalui transfusi darah langsung dengan penderita (WHO, 2006). Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak dibawah 5 tahun,yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 1
2.500 per hari, atau diperkirakan 2 anak balita meninggal setiap menit pada tahun 2015 (WHO, 2017). Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian anak di dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta jiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia (WHO, 2006). Di Indonesia, data Riskesdas (Riskesdas, 2007)menyebutkan bahwa Pneumonia menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematianbalita (15,5%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi dari pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54(Depkes, 2017). Pneumonia merupakan penyebab dari 16% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 920.136 balita di tahun 2015. Tahun 2016 perkiraan kasus pneumonia secara nasional sebesar 3,55%. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45% dan menjadi 65,27% pada tahun 2016(Depkes, 2016). Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2016, jumlah kasus pneumonia pada balita di Indonesia sebesar 568.146 balita.jumlah kasus tertinggi diantaranya adalah Jawa Barat (174.612 balita), Jawa Timur (93.279 balita), Jawa Tengah (59.650 balita), DKI Jakarta (44.967 balita), dan Banten (30.649 balita).angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,11% sedangkan tahun 2015 sebesar 0,16%. Pada tahun 2016 Angka kematian akibat pneumonia pada kelompok umur 1-4 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,13% dibandingkan pada kelompok bayi yang sebesar 0,06%(Depkes, 2016). Tingginya angka kejadian Pneumonia tidak terlepas dari faktor resiko pneumonia. Faktor resiko yang sudah terindetifikasi meliputi : status gizi, berat lahir rendah (<2.500 gram), kurangnya pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan, imunisasi campak, dan kepadatan rumah (lima atau lebih orang perkamar) (WHO, 2006). 2
Pada tahun 2008, WHO menambahkan faktor resiko pneumonia lain yang berhubungan dengan host, lingkungan dan Agent yang meliputi mal nutrisi (Berat Badan/ Usia dengan Z-Score <-2), Berat Badan Lahir Rendah (<2.500 gram), ASI non-ekskulsif, kurangnya imunisasi campak (dalam waktu 12 bulan pertama kehidupan), polusi udara didalam rumah dan dan kepadatan rumah. Kemungkinan faktor resiko lain adalah orang tua merokok, kekurangan zinc, pengalaman ibu sebagai pengasuh, penyakit penyerta lainnya, pendidikan ibu, penitipan anak, kelembapan udara, udara dingin, kekurangan vitamin A, urutan kelahiran dan polusi udara diluar rumah (Rudan, 2008). Menurut Depkes RI, 2004, fakor-fakor resiko pneumonia antara lain umur, jenis kelamin, gizi kurang, riwayat Berat Badan lahir Rendah (BBLR), pemberian ASI yang kurang memadai, defisiensi vitamin A, status imunisasi, polusi udara, kepadatan rumah tangga, ventilasi rumah dan pemberian makanan terlalu dini. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu(azwar, 2002). Faktor yang berhubungan dengan pneumonia menurut hasil penelitian oleh Oktaviani(2015)salah satu diantaranya adalah status imunisasi tidak lengkap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hartati(2011)Faktor yang berhubungan dengan pneumoniaadalah usia balita, riwayat pemberian ASI, status gizi, dan kebiasaan merokok keluarga. Penelitian Rianawati (2014) Faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah anggota keluarga yang merokok, usia balita, ASI eksklusif. Penelitian Rasyid (2013)faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia yaitu jenis kelamin, pemberian ASI ekslusif, status imunisasi, status gizi. Menurut 3
hasil penelitian Amin (2014) faktor yang berhubungan dengan pneumonia adalah keberadaan perokok didalam rumah. Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren pada tahun 2017 kasus pneumonia sebesar 2,71% balita, Tahun 2018 kasus pneumonia sebesar 3,34% balita. Tahun 2019 pada bulan April sebanyak 28% kasus pneumonia. Dengan jumlah kunjungan Poli Anak usia 1-5 tahun pada bulan April sebanyak 95 pasien di Puskesmas Pondok Aren. Dampak akibat dari penderita pneumonia pada balita yaitu dapat terjadinya komplikasi seperti abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta dan lainnya (Mansjoer, 2000). Bahkan menurut Kartasasmita (2010), pneumonia dapat menyebabkan kematian pada balita. Dan dampak dari pneumonia menurut salah satu dokter di Puskesmas Pondok Aren yang telah diwawancara yaitu disabilitas dan kematian dan tidak terdapat kasus kematian dan disabilitas akibat pneumonia di Puskesmas Pondok Aren Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktoryang berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita (1-5 Tahun) di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 1.2 Perumusan Masalah Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren pada tahun 2017 kasus pneumonia sebesar 2,71% balita, Tahun 2018 kasus pneumonia sebesar 3,34% balita, Tahun 2019 pada bulan April sebanyak 28% kasus pneumonia di Puskesmas Pondok Aren. Berdasarkan masalah dalam latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin mengetahui Faktor faktor yang Berhubungan dengan KejadianPneumoniapada balitausia(1-5 Tahun) di Puskesmas Pondok Aren tahun 2019. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 2. Bagaimanakah Gambaran Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 3. Bagaimanakah Gambaran Jenis Kelamin Pada Pasien Penderita PneumoniaPada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 4. Bagaimanakah Gambaran Status Imunisasi Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 5. Bagaimanakah Gambaran Pemberian Asi Eksklusif Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 6. Bagaimanakah Gambaran Status Gizi Balita Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 7. Bagaimanakah Gambaran Keberadaan Perokok didalam Rumah Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 8. Apakah Ada Hubungan Antara Jenis Kelamin Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 9. Apakah Ada Hubungan Antara Status Imunisasi Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 10. Apakah Ada Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 5
11. Apakah Ada Hubungan Antara Status Gizi Balita Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 12. Apakah Ada Hubungan Antara Keberadaan Perokok didalam Rumah Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Umum Menganalisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita (1-5 Tahun) di Puskesmas Pondok Aren tahun 2019. 1.4.2 Tujuan Penelitian Khusus 1. Mengetahui Gambaran Umum Kejadian Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 2. Mengetahui Gambaran Jenis Kelamin Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada BalitaUsia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 3. Mengetahui Gambaran Status Imunisasi Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 4. Mengetahui Gambaran Pemberian Asi Eksklusif Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 5. Mengetahui Gambaran Status Gizi Balita Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 6
6. Mengetahui Gambaran Keberadaan Perokok didalam Rumah Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 7. Mengetahui Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 8. Mengetahui Hubungan Status Imunisasi Antara Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 9. Mengetahui Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Antara Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada BalitaUsia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019 10. Mengetahui Hubungan Status Gizi Balita Antara Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada Balita Usia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019 11. Mengetahui Hubungan Keberadaan Perokok didalam Rumah Antara Pada Pasien Penderita Pneumonia Pada BalitaUsia (1-5 Tahun) Di Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. 12. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat: 1.5.1 Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menambah referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Pneumonia. 1.5.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Pneumonia. 7
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren Tahun 2019. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019. Responden pada penelitian adalah balita usia 1-5 tahun yang datang berobat ke Poli Anak Puskesmas Pondok Aren, penelitian ditunjukkan kepada ibu yang memiliki balita. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil data rekap rekam medik (RM)Puskesmas Pondok Aren pada tahun 2017 kasus pneumonia sebesar 2,71% balita, Tahun 2018 kasus pneumonia sebesar 3,34% balitadan Pneumonia menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitiancross Sectional. 8