BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. Bagian back office adalah sistem pendukung yang menangani bagian

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjahit merupakan salah satu pekerjaan yang ditekuni sebagian besar masyarakat di Indonesia. Baik dalam skala individu, skala menengah seperti konveksi, maupun dalam skala besar (pabrik). Pekerjaan ini sering kali mengalami keadaan postur kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama, dan pekerjaan yang berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Pekerjaan menjahit adalah pekerjaan dengan aktivitas yang menggunakan kedua tangan yang selalu berada di atas meja, serta kaki yang selalu menekan sadel penggerak dinamo, sehingga sering kali menimbulkan sakit pada otot dan tulang (muskuloskeletal) bagian bahu, lengan, leher, punggung, pinggang hingga kaki (Tarwaka, 2011). Istilah musculoskeletal digunakan pakar ergonomi untuk menggambarkan berbagai bentuk cidera, nyeri, atau kelainan pada sistem otot rangka yang terdiri dari jaringan saraf, otot, ligament, tendon, dan sendi. Musculoskeletal merupakan masalah yang signifikan pada pekerja. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun 2007, keluhan musculoskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot dan saraf. Aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan musculoskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja yang memuaskan (OHSCO, 2007). Keluhan MSDs (Musculoskeletal Disorder) ini antara lain keluhan yang sangat ringan sampai berat apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam kurun waktu yang lama, maka dapat menyebabkan kerusakan otot, syaraf, persendian, kartilago, discus intervertebralis. Gangguan MSDs tersebut dapat mengganggu kemampuan untuk bekerja pada kapasitas normal. MSDs biasa disebabkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja (Tarwaka, 2011). Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja statis yang berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat, jika berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan 1

2 kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Timbulnya keluhan yang dialami pekerja biasanya dianggap bukan sebagai masalah karena penyakit yang ditimbulkan biasanya bersifat kronik (muncul dalam jangka waktu panjang), padahal kerugian yang ditimbulkan selain rasa sakit, bisa berwujud hilangnya jam kerja, terhambatnya produksi dan lainnya (Budiono et al., 2003). Data pada LFS (Labour Force Survei) menyatakan bahwa Work Related Musculoskeletal Disorder (WRMSDs) atau angka kejadian musculoskeletal yang berhubungan dengan kerja di Britania Raya pada tahun 2017-2018, sebanyak 469.000 pekerja dari total 1.358.000 pekerja, atau 35% dari total 1.420 kasus per 100.000 pekerja (HSE, 2018). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, terdapat 26,7% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang bekerja, mengalami keluhan kesehatan (Kemenkes, 2018). Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 provinsi di Indonesia tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berumlah 428.844 kasus, dan angka prevalensi gangguan muskuloskeletal berdasarkan gejala yang ada yaitu sebesar 24,7% (Kemenkes, 2013). Penelitian pada pekerja jahit di UD. Ilfa Jaya Konveksi Banyuwangi Indonesia, mendapati hasil nilai tingkat keluhan gejala Musculoskeletal Disorders berdasarkan Nordic Body Map (NBM) menghasilkan distribusi keluhan sebanyak 68,75% dengan tingkat risiko sedang, 25% dengan tingkat risiko rendah, dan 6,25% dengan tingkat risiko tinggi. Keluhan yang dirasakan penjahit diantaranya adalah terjadi sakit atau kaku pada leher bagian atas dan bawah, bahu, lengan atas, punggung dan pinggang, bokong, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, tangan, paha, lutut, betis, pergelangan kaki, serta pada bagian kaki dengan frekuensi dan durasi yang bervariasi pada setiap pekerja (Wulandari et al., 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa et al., (2013) dengan 79,4% responden berumur 35 tahun, dan seluruhnya berjenis kelamin lakilaki, diketahui seluruhnya mempunyai keluhan subjektif MSDs. Sebanyak 72,6% responden mempunyai kebiasaan merokok dan 92,9% responden yang

3 mempunyai kebiasaan merokok dengan menghabiskan 10 batang rokok setiap harinya, memiliki keluhan subjektif MSDs. Penelitian yang dilakukan pada penjahit di Denpasar Bali, terdapat 50,96% penjahit laki-laki yang memiliki keluhan MSDs, dan pada perempuan terdapat 45,79% yang memiliki keluhan MSDs. Responden terdiri dari 24 penjahit berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang perempuan. Pada penjahit laki-laki (Rozana & Adiatmika, 2014). Penelitian pada penjahit garmen PT. Apac Inti Corpora diketahui bahwa responden yang memiliki Indeks Masa Tubuh 30,0 yang merupakan IMT berisiko MSDs sebanyak 32% (16 responden). Sedangkan yang memiliki Indeks Masa Tubuh 30,0 yang merupakan IMT tidak berisiko MSDs sebanyak 68% (34 responden) (Arwinno, 2018). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sihombing et al., (2015) pada 100% pekerja yang mengeluh MSDS, menunjukan bahwa pekerja melakukan posisi statis > 1 menit dan gerakan berulang > 4x per menit, namun tidak ada beban yang membebani pekerja pada saat bekerja. Serta sebanyak 31 orang (100%) yang mengalami keluhan MSDs seluruhnya termasuk dalam kategori sikap kerja tidak alamiah, atau seluruh penjahit di pusat industri kecil menteng medan melakukan postur kerja janggal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Saputri & Djunaidi (2013) menunjukan bahwa penjahit sektor informal di Kecamatan Mandau Duri Riau tahun 2013 dari 100% pekerja yang berisiko MSDs tidak ada satu orangpun yang bekerja dengan beban yang membebani pekerja saat bekerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2012), diperoleh hasil bahwa meskipun paparan getaran yang diterima tidak melebihi nilai ambang batas yaitu 4 m/s² yang telah ditentukan tapi pekerja mengalami keluhan MSDS yang terjadi pada tangan. Keluhan yang dirasakan adalah kesemutan (38,9%). Penelitian yang dilakukan oleh Mait et al., (2017) menunjukan bahwa dari 13 responden yang bekerja pada suhu 22-28 C (Normal), terdapat 8 responden (61,5 %) yang mempunyai keluhan muskuloskeletal dengan kategori sedang dan 5 responden (38,5%) yang mempunyai keluhan muskuloskeletal dengan kategori tinggi. Sedangkan pada 30 responden yang bekerja dengan suhu 28 C (Tinggi) terdapat 12 responden (40%) yang mempunyai keluhan

4 muskuloskeletal dengan kategori sedang dan 18 responden (60%) yang mempunyai keluhan muskuloskeletal dengan kategori tinggi. Dari hasil penilaian REBA pada penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al., (2013) hasil observasi menggunakan metode REBA menunjukan bahwa dari 36 responden yang diteliti, sebanyak 21 orang (58,3%), yang mengalami keluhan MSDs setelah bekerja sebagai penjahit di PT. Apac Inti Corpora 15 orang (41,7%). Dari seluruh responden yang mengalami keluhan MSDs maupun tidak, sebanyak 31 responden (86,1%) bekerja dengan posisi duduk yang berisiko sedang (sebagaimana perubahan lebih lanjut harus diberikan mengenai bagaimana risiko bisa diturunkan), dan 5 responden (13,9%) dengan posisi duduk yang berisiko tinggi (sebagaimana perubahan harus segera dilakukan). CV X Kecamatan Cibinong merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri sandang (industri konveksi rumahan) yang memiliki karyawan sebanyak 31 orang. Pekerja di CV X Kecamatan Cibinong ini memiliki tahapan kerja kerja mulai dari pemotongan pola yang dikerjakan oleh pekerja sebanyak 2 orang, menjahit sebanyak 26 orang, dan tahap finishing (pemasangan kancing sampai pembuangan benang yang berlebih hasil penjahitan) sebanyak 3 orang. Pekerja di CV X bekerja dengan sistem target. Mayoritas pekerja di CV X Kecamatan Cibinong ini bekerja dalam posisi duduk yang lama, melakukan gerakan berulang (kaki menekan sadel penggerak dinamo, mengambil dan meletakan kain yang akan dan telah selesai dijahit) tanpa adanya peregangan otot di sela-sela pekerjaannya, dengan waktu kerja 6 hari dalam seminggu, tiap harinya pekerja bekerja selama 7 jam dan dengan istirahat 1 jam tiap harinya, sehingga sangat beresiko terkena Musculoskeletal Disorder (MSDs). Berdasarkan data sekunder yaitu menggunakan daftar hadir karyawan CV X Kecamatan Cibinong tahun 2018 yang diambil berdasarkan surat keterangan sakit yang didalamnya terdapat keterangan diagnosa dari dokter menunjukan bahwa musculoskeletal disorder (MSDs) menduduki peringkat ke-3 penyebab karyawan tidak masuk kerja setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan demam, dari hasil studi pendahuluan menggunakan Nordic Body Map (NBM) terhadap 10 orang karyawan, diketahui bahwa sebanyak 6 orang (60%)

5 karyawan di CV X mengalami keluhan nyeri otot dan tulang. Keluhan terbanyak terdapat pada nyeri bagian bahu kanan sebanyak 4 orang (40%), diikuti dengan keluhan nyeri pada leher atas dan bahu kiri, masing-masing memiliki persentase sebanyak 1 orang (10%). Kerugian yang ditimbulkan selain rasa sakit, secara tidak langsung menyebabkan hilangnya jam kerja, terhambatnya produksi. MSDs juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan dan kelelahan, bahkan jika pekerja dengan keluhan MSDs terus dipaksakan untuk bekerja dengan pekerjaan yang memperberat kondisi MSDS, dapat menyebabkan kelumpuhan, sehingga berdampak negatif pula terhadap penghasilan perusahaan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada pekerja bagian jahit di CV X tahun 2019. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data sekunder yang menggunakan data absensi karyawan PT X tahun 2018 didapati bahwa gangguan MSDs yang diderita pekerja di CV X tahun 2018 menempati urutan ke 3 penyebab karyawan tidak masuk kerja, yaitu sebanyak 22,6%, serta studi pendahuluan dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM) diketahui bahwa sebanyak 6 dari 10 orang (60%) karyawan memiliki keluhan MSDs pada pekerja di CV X. Hal tersebut, berdampak pada hilangnya jam kerja, terhambatnya produksi, MSDs juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan dan kelelahan, bahkan jika MSDs terus dipaksakan untuk bekerja dengan pekerjaan yang memperberat kondisi MSDS, sampai dapat menyebabkan kelumpuhan. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut tentang gambaran keluhan MSDs pada pekerja bagian jahit di CV X tahun 2019. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran Musculoskeletal Disorder (MSDs) di CV X Kecamatan Cibinong Tahun 2019? 2. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal Disorder pada pada karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019?

6 3. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan usia karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019? 4. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan jenis kelamin karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019? 5. bagaimana gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan indeks massa tubuh karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019? 6. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan postur kerja karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran Musculoskeletal Disorder (MSDs) di CV X Kecamatan Cibinong Tahun 2019. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) di CV X Kecamatan Cibinong Tahun 2019. 2. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan usia karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019. 3. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan jenis kelamin karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019. 4. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan indeks massa tubuh karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019. 5. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi MSDs berdasarkan postur kerja karyawan bagian jahit di CV X tahun 2019. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi keluhan Muskuloskeletal Disorder (MSDs) pada pekerjaan menjahit dan dapat dijadikan reverensi penulis lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Muskuloskeletal Disorder. 1.5.2 Bagi Institusi Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi civitas akademik Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

7 program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul Jakarta. Terutama mengenai gambaran distribusi frekuensi keluhan Muskuloskeletal Disorder (MSDs) pada penjahit. 1.5.3 Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi bagi perusahaan tentang gambaran distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs). Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan atau koreksi terhadap potensi keluhan MSDs yang ada pada lingkungan kerja. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi keluhan Muskuloskeletal Disorder (MSDs) yang dilakukan kepada karyawan di CV X Kecamatan Cibinong, pada bulan Maret 2019 sampai dengan selesai. Penelitian ini dilakukan karena pencatatan kehadiran tahun 2018 yang didapat dari surat keterangan sakit yang didalamnya terdapat diagnosa dari dokter, pekerja yang tidak masuk kerja karena keluhan MSDs menduduki urutan ke 3 sebanyak 23,7%. Serta pada hasil studi pendahuluan menggunakan NBM (Nordic Body Map) menunjukan bahwa banyak karyawan yang mengalami keluhan MSDs yaitu sebanyak 60% dibandingkan dengan yang tidak mengalami keluhan MSDs. Jenis penelitian ini bersifat observasional yang menggunakan metode penelitan deskriptif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui keluhan MSDs dan menggunakan lembar Rapid Entire Body Assesment (REBA) untuk menilai postur kerja dari responden secara bersamaan.