BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut atau kronik dengan karakteristik anoreksia, tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah (Ardiansyah, 2012). Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun kenyataannya dapat merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Menurut Muttaqin (2011), gastritis dapat disebabkan oleh mikrorganisme dan pola hidup yang tidak sehat meliputi mengkonsumsi makanan yang berlemak, pedas, asam, beralkohol, diet yang tidak seimbang, stress yang berkepanjangan. Selain itu gastrititis bisa disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori (Misnadiarly,2009). Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO), penderita gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Depkes, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang, pada tahun 2013 jumlah penderita gastritis mengalami peningkatan sebesar 21.444 yang terdiri dari 7.024 laki-laki dan 14.420 perempuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Dinkes, 2013).Pilihan untuk mengupayakan kesembuhan dari suatu penyakit, antara lain adalah dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri (Atmoko dan Kurniawati, 2009). Umumnya terapi Gastritis biasa dilakukan secara swamedikasi dan pengobatan dengan dokter. engobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat moderrn, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (Hermawati, 2012). Pengobatan secara mandiri atau swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat 1
2 modern, herbalmaupun obat tradisional oleh individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (Yulianto, 2014) Berdasarkan hasil riset Susenas tahun 2014, bahwa terdapat 89,42% orang sakit di provinsi Jawa Timur melakukan swamedikasi dengan pengobatan modern (BPS, 2016). Swamedikasi pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit ringan seperti, nyeri, demam, batuk, flu, diare, maag dan beberapa jenis penyakit kulit (Depkes RI, 2006). Diprediksi akan banyak terjadi kesalahan penggunaan obat (medication error) yang disebabkan 2 hal karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaanya (Depkes, 2006). Dalam hal ini Antasida merupakan salah satu obat gastritis yang banyak digunakan oleh masyarakat secara swamedikasi (Hamid, 2014). Antasida digunakan untuk mengatasi gastritis dengan cara menetralisir kelebihan asam lambung. Dari riset yang diteliti penggunaan terbanyak antasida tablet yaitu 74,19 % dibandingkan dengan antasida cair dengan alasan kepraktisannya (Nathan,2010) Pada penelitian ini menggunakan teori Lawrence Green yang mengambil faktor predisposisi yaitu pengetahuan untuk diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zilmawati (2007) pengetahuan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penggunaan obat yang baik & benar. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya, sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki intensitas atau tingkat pemahaman yang berbeda-beda, semakin baik pengetahuan seseorang maka ia akan patuh & tepat dalam meminum obat( Notoatmojo, 2010 ) Dari beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif yaitu pada mahasiswa. Penyakit gastritis meningkat pada kalangan mahasiswa yang merupakan golongan remaja akhir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sebayang (2011), dalam penelitiannya jumlah penderita gastritis dari 88 orang responden mayoritas berusia antara 18 sampai 23 tahun yaitu 74 orang (84,1%). Pada penelitian iniingin mengetahui pengaruh dari tingkat pengetahuan terhadap ketepatan penggunaan obat Antasida pada penyakit Gastritis pada
3 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Non Kesehatan, diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa pengguna obat antasida yang mendapatkan terapi yang sesuai untuk mencapai kesembuhan yang dimana tingkat pengetahuan mempengaruhi ketepatan minum obat yang menjadi salah satu faktor penting dalam penyembuhan pasien. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : Adakah pengaruh tingkat pengetahuan Mahasiswa terhadap ketepatan mengkonsumsi obat Antasida untuk terapi Gastritis pada Mahasiswa non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap ketepatan mengkonsumsi obat Antasida pada terapi Gastritis di Mahasiswa non kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang? 1.3.2 Tujuan Khusus Dari tujuan umum dapat dijabarkan secara khusus tujuan yang ingin dicapai : a. Mengindentifikasi tingkat pengetahuanterhadap ketepatan pengguna obat Antasida pada Mahasiswa non kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. b. Mengidentifikasi ketepatan mengkonsumsi obat Antasida padamahasiswa non kesehatan Universitas Muhammadiayah Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan Bagi Pendidikan Sebagai referensi bagi penelitian berikutnya khususnya tentang penyakit gastritis dan penggunaan ketepatan obat antasida.
4 1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa non kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Penelitian ini diharapkan untuk Mahasiswa non kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang agar dapat terus menjaga ketepatan mengkonsumsi obat Antasida pada terapi gastritis dan bertanggung jawab terhadap terapi yang mereka jalankan demi tercapainya kesembuhan. 1.5 Hipotesis Adanya pengaruh pengetahuan terhadap ketepatan penggunaan obat Antasida pada Gastritis (Studi dilakukan pada mahasiswa non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Malang ).