BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di perkebunan sagu PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Waktu percobaan pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pupuk Urea (46 % N), TSP, KCl, Dolomit, Dithane M-45, Furadan, media tanah gambut dan bibit sagu yang mempunyai kriteria sehat, bebas dari hama penyakit dan mempunyai perakaran yang cukup dengan bobot 500-1000 g. Polibag yang digunakan berukuran 30 x 35 cm. Alat yang digunakan adalah paranet 75% (Gambar 1), ember, angkong, skop, cangkul, meteran, ph meter, termometer bola basah bola kering, pompa air, timbangan, parang dan label. Gambar 1. Lokasi Persemaian Dengan Naungan 75 % Metode Penelitian Percobaan terdiri atas satu faktor yaitu dosis pupuk N. Perlakuan yang diberikan yaitu: P0: Perlakuan kontrol (tanpa pupuk N) P1: Perlakuan dosis 3 g N/polibag P2: Perlakuan dosis 6 g N/polibag P3: Perlakuan dosis 9 g N/polibag P4: Perlakuan dosis 12 g N/polibag P5: Perlakuan dosis 15 g N/polibag
12 Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas enam perlakuan yang diulang empat kali sehingga percobaan terdiri atas 24 satuan percobaan. Model aditif linier yang digunakan adalah: Y ij = µ + α i + β j + ε ij Keterangan: Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan ke-i (i:1, 2, 3, 4, 5, 6) β j = Pengaruh ulangan ke-j (j:1, 2, 3, 4) ε ij =Pengaruh acak pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Percobaan diasumsikan memiliki pengaruh perlakuan yang bersifat aditif, data menyebar normal, galat percobaan saling bebas dan menyebar normal serta ragam galat percobaan bersifat homogen. Dalam percobaan, jumlah bibit yang digunakan sebanyak 50 bibit untuk setiap satuan percobaan dan 24 bibit yang digunakan atau diambil sebagai contoh dalam setiap satuan percobaan. Jadi total bibit yang digunakan semuanya adalah sebanyak 1 200 bibit, sedangkan jumlah bibit yang diambil sebagai contoh untuk pengamatan sebanyak 576 bibit. Data yang diperoleh diuji dengan sidik ragam atau uji F dan apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan pengujian DMRT (duncan multiple range test) pada taraf 5 %. Untuk mengetahui dosis pemupukan nitrogen optimum dan respon pemupukan N dilakukan uji kontras orthogonal polinomial. Pelaksanaan Tahap awal yang dilakukan adalah pengadaan bibit (abut). Bibit berasal dari pembelian melalui kontraktor penyedia abut. Sebelum dilakukan penyemaian, dilakukan pemangkasan pada bagian pelepah dan pucuk ± 20 cm di atas banir. Pemangkasan pelepah dan pucuk dilakukan agar mempercepat pemunculan tunas dan mengurangi evaporasi. Bibit direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/l selama 10 menit dan dikering anginkan selama 10-15
13 menit (Gambar 2). Hal tersebut bertujuan untuk menghindari dan mencegah cendawan dan jamur pada bibit. Polibag diisi dengan tanah di sekitar areal percobaan (tanah gambut) setelah dicampur dolomit dengan dosis 40 g/polibag. Sebelum bibit ditanam diberikan furadan dengan dosis 2-3 g/polibag. Setelah itu bibit ditanam atau dimasukkan ke dalam polibag dan tanah dipadatkan (Gambar 3). Polibag disusun rapi dan dikelompokkan sesuai rancangan acak yang digunakan. Semua bibit diletakkan di dalam rumah paranet dengan naungan 75%. Gambar 2. Perendaman Bibit Menggunakan Larutan Dithane M-45 Gambar 3. Penanaman Bibit ke Dalam Polibag Selain pupuk N (urea) sebagai perlakuan, semua bibit diberikan pupuk dasar P (TSP) dan K (KCl) dengan dosis 3 g dan 2.5 g/polibag dan diaplikasikan saat setelah tanam. Pemberian pupuk nitrogen diaplikasikan dua kali yaitu saat setelah tanam dan empat minggu setelah tanam dengan dosis masing-masing aplikasi setengah dari dosis perlakuan pupuk N. Cara aplikasi langsung ditebar di sekitar bibit (Gambar 4). Untuk mengetahui kandungan N dalam media tanam, dilakukan pengujian dan analisis pada media tanam yang digunakan.
14 Gambar 4. Aplikasi Pupuk Pada Bibit Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pengairan, pengendalian gulma dan pemotongan (pemangkasan) petiol yang busuk. Pengairan menggunakan air tanah gambut yang dilakukan secara manual saat pagi dan sore hari. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma-gulma yang tumbuh di polibag. Pengamatan Pengamatan dilakukan setelah dua minggu dari pengaplikasian perlakuan pupuk N awal dan dilakukan pengamatan terus setiap seminggu sekali selama 2.5 bulan. Adapun beberapa peubah yang diamati adalah: 1. Persentase bibit hidup, dibandingkan antara total bibit yang hidup dan total bibit yang ditanam. 2. Panjang daun pangkasan, diukur mulai dari pangkal pangkasan sampai titik teratas daun yang terpangkas, baik ketika masih tunas maupun sudah menjadi daun. 3. Panjang daun ke-1, diukur mulai dari titik tumbuh bibit baik ketika masih berupa tunas maupun setelah berubah menjadi daun mekar sempurna. 4. Panjang anak daun pangkasan, diukur pada anak daun yang terpanjang dari daun pangkasan yang sudah mekar. 5. Lebar anak daun pangkasan, diukur pada anak daun yang paling lebar dari daun pangkasan yang sudah mekar. 6. Persentase pemekaran daun pangkasan, dihitung antara total daun pangkasan yang sudah mekar dengan total bibit yang diamati. 7. Panjang dan lebar anak daun ke-1, diukur pada anak daun yang tengah dari daun ke-1 yang telah membuka.
15 8. Jumlah anak daun ke-1, dihitung dari total anak daun pada daun ke-1 yang telah membuka sempurna. 9. Persentase pemekaran daun ke-1, dihitung dari total daun ke-1 yang sudah mekar sempurna. 10. Jumlah daun, dihitung dari total jumlah daun pada bibit di akhir pengamatan (10 MSP), yaitu daun pangkasan dan daun baru yang muncul setelah daun pangkasan. 11. Bobot kering tajuk dan akar. Bibit dicabut kemudian dipisahkan antara akar dan tajuk, kemudian masing-masing ditimbang bobot segarnya. Setelah itu dikeringkan dengan suhu 80 C selama 48 jam, dan ditimbang sebagai bobot kering. 12. Data suhu dan kelembaban, diukur setiap hari saat pagi dan siang hari.