SKRIPSI. Oleh DELVI CANDRA RRA1C411003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

Mitigasi Bencana di Permukiman Pantai dengan Rancangan Lanskap: Pembelajaran dari Jawa Barat Bagian Selatan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Mulyadi dan Fitriani,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

GUBERNUR SULAWESI BARAT

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

adalah untuk mengendalikan laju erosi (abrasi) pantai maka batas ke arah darat cukup sampai pada lahan pantai yang diperkirakan terkena abrasi,

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH STUDI KELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI DESA PEMUSIRAN KECAMATAN NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI SKRIPSI Oleh DELVI CANDRA RRA1C411003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER, 2018 DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 1

DELVI CANDR (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page 2 DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 2

DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 3

DELVI CANDRA NIM RRA1C411003 Page 4 DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 4

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove atau yang sering disebut sebagai hutan bakau merupakan hutan yang terletak di pinggiran atau di daerah pesisir pantai. Hutan mangrove merupakan hutan yang khas karena memiliki jenis tumbuhan yang hanya bisa hidup di kawasan hutan yang merupakan daerah perbatasan antara daratan dan lautan. Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai peranan penting dalam upaya pemanfataan berkelanjutan sumber daya pesisir dan laut. Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup disepanjang pantai, mangrove memiliki akar tunjang (stilt root), akar tunjang merupakan akar (cabangcabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat, akar ini disebut juga sebagai akar napas kegunaan dari akar ini selain untuk penyerapan zat hara juga sebagai penahan abrasi atau naiknya air laut. Ekosistem mangrove sering disebutkan sebagai hutan payau atau hutan bakau, ekosistem mangrove merupakan tipe hutan daerah tropis yang khas tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak. Pengertian ekosistem mangrove secara umum adalah merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000:167). Apabila terjadi kerusakan terhadap mangrove akan berakibat fatal bagi ekosistem pesisir dan juga bagi mahluk hidup yang bernaung atau hidup di ekosistem mangrove. Dalam ekosistem hutan mangrove terjadi hubungan antara ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang. Dengan sistem perakaran yang kokoh ekosistem hutan mangrove memiliki kemampuan meredam gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari abrasi, gelombang pasang dan topan. Hutan mangrove yang banyak tumbuh di daerah estuaria juga dapat berfungsi untuk mengurangi bencana banjir. Hutan mangrove dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar (environmental service), khususnya bahan-bahan organik (Rusdianti dan Sunito, 2012:3). Kelestarian hutan Mangrove sebenarnya merupakan upaya masarakat pesisir untuk menjaga hutan Mangrovenya atau bisa juga disebut menjaga ekosistem DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 5

untuk tidak terjadi kerusakan ekosistem mangrove, hal-hal yang dapat merusak ekosistem mangrove menurut Khomsin (2005:187). Provinsi Jambi memiliki hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat. Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, penanaman hutan mangrove sendiri sudah berkembang sejak lama sebelum tahun 2000 dan pada tahun 2005-2006 melalui program GERHAN (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan). Berdasarkan data tahun 2004-2007 rehabilitasi hutan mangrove di Provinsi Jambi mencapai 175 Ha dan salah satunya adalah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun kesadaran masyarakat seperti diskusi bersama masyarakat untuk memahami kondisi pantai saat ini dan dulu, mengidentifikasi dan menyadari bersama dampak hilang atau rusaknya mangrove, menentukan dan menyepakati bersama solusi mengatasi masalah akibat hilang atau rusaknya mangrove, studi banding untuk meyakini dan memperluas wawasan tentang manfaat mangrove, perencanaan dan pelaksanaan bersama penanaman mangrove, dan pembentukan kelompok masyarakat pengelola dan pelestari mangrove (Khazali, 1998:3). Kesadaran masyarakat untuk menjaga hutanpun menurun, di wilayah pantai timur, kayu bakau sering diambil untuk keperluan memancang bangunan (cerucuk), menopang jala ikan di pantai (jajar) atau untuk tenda pesta. Sejumlah oknum yang menjadikan kayu bakau sebagai komoditi dagang, menyebabkan kerapatan hutan bakau semakin berkurang. Ancaman terhadap hutan bakau bukan saja untuk diambil kayunya, juga untuk diambil tanahnya. Kecamatan Nipah Panjang misalnya, dari 11 pulau yang ada di wilayah tersebut, 9 pulau diantaranya merupakan wilayah konservasi namun saat ini banyak yang diambil masyarakat, lalu dijadikan kebun kelapa, pisang bahkan membangun rumah. Pertahanan ekologi masyarakat menurun karena dihadapkan pada pilihan ekonomi untuk bertahan hidup Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi (Aliman dkk, 2013:5). Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian mengenai Studi Kelestarian Hutan Mangrove Monyet di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja jenis mangrove yang hidup di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 6

Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi? 2. Bagaimana vegetasi mangrove di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi? 3. Apa saja manfaat mangrove bagi masyarakat di Desa Pemusiran Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi? 4. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai mangrove di Desa Pemusiran Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis mangrove yang hidup di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. 2. Mengetahui vegetasi mangrove di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi 3. Mengetahui manfaat mangrove bagi masyarakat di Desa Pemusiran 4. Mengetahui persepsi masyarakat mengenai mangrove di Desa Pemusiran 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1. Dapat mengetahui semua jenis mangrove yang hidup di Desa Pemusiran 2. Dapat mengetahui vegetasi mangrove di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. 3. Dapat mengetahui manfaat mangrove bagi masyarakat di Desa Pemusiran 4. Dapat mengetahui persepsi masyarakat mengenai mangrove di Desa Pemusiran 1.5 Batasan penelitian 1. Penelitian dilakukan di Desa Pemusiran 2. Penelitian dilakukan dengan mengamati langsung jenis-jenis mangrove dan kelestariannya di lapangan 1.6 Definisi Operasional 1. Keanekaragaman jenis adalah variasi bentuk, penampilan dan sifat yang terlihat pada berbagai jenis organisme dalam satu marga. DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 7

2. Kelestarian adalah menjaga sesuatu tidak berubah baik itu fungsinya jumlahnya maupun tempat ataupun habitatnya. 3. Hutan mangrove merupakan hutan yang terletak di daerah pesisir pantai. Hutan mangrove merupakan hutan yang khas II PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap Kelestarian Hutan Mangrove di Desa Pemusiran Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dapat disimpulkan: 1. Jenis mangrove yang ditemukan pada hutan Mangrove di Desa Pemusiran Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi berjumlah 5 jenis yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans dan Sonneratia caseolaris. 2. Vegetasi mangrove di Desa Pemusiran Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dibagi menjadi 3 bagian yaitu vegetasi mangrove tingkat semai, vegetasi mangrove tingkat pancang, vegetasi mangrove tingkat pohon. Jenis mangrove tingkat pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah jenis Sonneratia caseolaris 200%, karena memiliki jenis tumbuhan yang hanya bisa hidup di kawasan hutan mangrove, hutan mangrove memiliki daerah tersendiri karena merupakan daerah perbatasan antara daratan dan lautan. tingkat pancang Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah jenis Avicennia marina 94% untuk tingkat pohon Indeks Nilai penting (INP) tertinggi adalah jenis Sonneratia caseolaris 154%. 3. Mangrove memiliki banyak manfaat bagi masyarakat di Desa Pemusiran diantaranya adalah sebagai pelindung bagi pantai agar tidak terjadi erosi pada pantai, tempat masyarakat mencari beragam jenis biota laut seperti, ikan, udang 4. Mangrove menurut masyarakat di Desa Pemusiran merupakan tempat mereka mencari makan, kondisi mangrove di Desa Pemusiran mengalami penurunan kelestarian pada beberapa jenis yang membuat mangrove di Desa Pemusiran terancam kelestariannya 5.2 Saran 1. Agar populasi hutan mangrove Pemusiran dapat berkembang dengan baik langkah awal yang dapat dilakukan dengan peningkatan pengawasan terutama aspek perlindungan hutan. DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 8

2. Vegetasi pada mangrove akan semakin bagus apabila kelestarian hutan mangrove terjaga dengan baik, dari itu pemerintah daerah melalui perangkat desa harus memiliki peraturan yanag tertulis untuk melindungi hutan mangrove agar kelestariannya terjaga DELVI CANDRA (RRA1C411003) MAHASISWA FKIP UNJA Page 9