KUALITAS BETON ASPAL DENGAN FILLER LIMBAH DEBU SPONS PENGOLAHAN BIJIH BESI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB III LANDASAN TEORI

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

NASKAH SEMINAR INTISARI

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

POLITEKNOLOGI VOL. 16 No. 1 JANUARI 2017 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2007

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Lapis Antara (AC-BC) Budi Raharjo 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 14 KUALITAS BETON ASPAL DENGAN FILLER LIMBAH DEBU SPONS PENGOLAHAN BIJIH BESI AMALIA 1*) DAN SUPRIYAN D 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta, Jl. Prof. Dr GA. Siwabessy Kampus UI, Depok 1644 *) amaliaiva@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sifat-sifat beton aspal yang menggunakan filler debu spons dibandingkan dengan beton aspal dengan filler semen portland. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pada campuran beton aspal dengan filler debu spons, diperlukan kadar aspal lebih banyak dibandingkan campuran dengan filler semen. () Campuran beton aspal dengan filler debu spons mempunyai keawetan lebih tinggi dibandingkan campuran dengan filler semen. (3) Campuran beton aspal dengan filler debu spons mempunyai nilai stabilitas dan kelelehan lebih rendah dibandingkan campuran dengan filler semen. (4) Dilihat dari nilai Marshall Quotientnya, campuran dengan filler debu spons mempunyai kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran filler semen portland (5) dapat digunakan sebagai filler pada campuran beton aspal dengan kinerja baik, yang memenuhi standar Bina Marga. (6) Penggunaan debu spons sebagai filler pada beton aspal, membutuhkan kadar aspal yang tidak jauh berbeda dengan filler semen portland untuk mencapai kadar aspal optimum. Kata kunci : beton aspal, debu spons, filler, semen portland, stabilitas ABSTRACT This study aims to investigate the properties of asphalt concrete using filler dust sponge compared to asphalt concrete with portland cement filler. The results showed that ( 1 ) On the asphalt concrete mixture with a sponge dust filler, bitumen content required more than mix with cement filler. ( ) asphalt concrete mixes with dust sponge filler has higher durability than mix with cement filler. ( 3 ) asphalt concrete mixes with dust sponge filler stability and melting has a value lower than the mixture with cement filler. ( 4 ) In terms of the value of Marshall Quotientnya, mix with dust sponge filler has a higher stiffness compared with a mixture of portland cement filler ( 5 ) Dust sponge can be used as a filler in asphalt concrete mixtures with good performance, which meets the standards of Highways. ( 6 ) The use of sponge dust as filler in asphalt concrete, asphalt content that does not require much different with portland cement filler to achieve the optimum bitumen content. Keywords: asphalt concrete, dust sponge, filler, portland cement, stability PENDAHULUAN Beton aspal merupakan campuran antara aspal, agregat kasar, agregat halus dan filler yang digunakan sebagai konstruksi perkerasan lentur pada jalan. Material yang biasa digunakan sebagai filler adalah semen Portland, kapur, abu terbang dan abu batu. Material-material ini, terutama semen Portland harganya relatif mahal dan persediaannya terbatas. Selain itu, peningkatan penggunaan semen juga akan meningkatkan pemanasan global. Hal ini terjadi karena industri semen merupakan salah satu industri yang menghasilkan karbondioksida cukup besar penyebab pemanasan global, dimana dalam 1 ton produksi semen akan dihasilkan ± 1 ton karbondioksida yang dilepaskan ke udara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian penggunaan material baru 11

AMALIA, SUPRIYAN D, KUALITAS BETON ASPAL. yang bersifat renewable pengganti semen. Material tersebut antara lain adalah limbah debu spons yang jumlahnya cukup banyak dan belum dikelola dengan baik. merupakan limbah debu yang berasal dari proses peleburan bijih besi, dimana bahan baku yang berupa bijih besi ditambah dengan batu kapur diolah di dapur tinggi dengan output berupa besi spons. Didalam proses tersebut selain menghasilkan besi spons juga menghasilkan debu spons. Debu spons yang berterbangan ini ditampung di tempat pembuangan limbah. Jumlah debu yang dibuang cukup besar yaitu 5 % dari total bahan baku. Saat ini, jumlah produksi baja PT. Krakatau Steel saja adalah,5 juta ton per tahun sehingga jumlah debu yang dihasilkan pertahun ± 15 ton [1]. Sampai saat ini, debu ini belum dimanfaatkan secara optimal dan dibuang begitu saja. Jumlah limbah yang semakin banyak akan berdampak buruk bagi kesehatan terutama pernafasan dan membuat permasalahan tersendiri bagi perusahaan dalam pengelolaannya. Secara fisik, debu spons ini berbutiran halus dan mempunyai komposisi kimia mirip semen, yaitu: CaO = 31,%, SiO = 5,83%, Al O 3 = 5,71%, FeO = 5,98% dan MgO = 5,%, dan berat isi = 1898 kg/m 3 dengan tingkat kehalusan 9,4 % lolos ayakan nomor. Hasil uji pendahuluan penggunaan debu spons sebagai pengganti semen pada mortar menunjukkan bahwa mortar yang menggunakan debu spons sebagai pengganti semen sampai kadar 5% menghasilkan mortar dengan kuat tekan memenuhi standar ASTM []. Dilihat dari kehalusan dan komposisi kimianya, debu spons berpotensi menggantikan semen sebagai filler pada beton aspal. Dari latar belakang di atas, maka limbah debu spons sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai filler pengganti semen pada beton aspal. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kualitas beton aspal yang menggunakan filler debu spons. METODE PENELITIAN Bahan-Bahan Penelitian Bahan-bahan penelitian yang digunakan terdiri dari: agregat kasar jenis batu pecah, agregat halus jenis pasir alami, filler jenis semen portland (PCC), filler debu spons PT. Krakatau Steel dan Aspal produksi Pertamina. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar aspal dan kadar filler pada campuran beton aspal. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik beton aspal yang terdiri dari: Rongga dalam campuran (Void In The Mix /VIM), rongga terisi aspal (Void Filled With Asphalt/VMA), Stabilitas, kelelehan (flow) dan Marshall Quotient. Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat benda uji marshall. Benda uji dibuat jenis, yaitu benda uji dengan filler limbah debu spons dan benda uji dengan filler semen portland. Variasi kadar aspal yang digunakan adalah 4,5 %, 5 %, 5,5 %, 6 % dan 6,5 %. Masingmasing variasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga jumlah benda uji yang dibutuhkan adalah sebanyak 3 buah HASIL DAN PEMBAHASAN a. Rongga diantara Agregat (VMA) Rongga diantara agregat merupakan volume rongga yang terdapat diantara butir-butir agregat suatu campuran beraspal yang dinyatakan dalam persen. Nilai rongga diantara agregat (VMA) perlu dibatasi untuk menyediakan rongga yang cukup untuk pengikatan agregat oleh aspal. Standar Bina Marga (1998) mensyaratkan nilai VMA minimum 16 %. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai VMA adalah gradasi 1

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 14 agregat. Hasil penelitian nilai rongga di antara agregat disajikan pada Gambar. % rongga thd agregat 4 18 16 14 1 1 3. 3,38 16,98 3,85 16,49 4,31 17,3 4.764,76 19. 16, 16 3.85 4.31 17.1 16 13,61 3.38 15.84 16.37 17.15 3.5 4. 4.5 5. Gambar. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan % Rongga Terhadap Agregat Dari gambar terlihat bahwa dengan menggunakan filler debu spons, persentase rongga terhadap agregat lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan filler semen portland (PC) pada kadar aspal di atas 4,31%, sedangkan pada kadar aspal di bawah 4,31% beton aspal dengan filler debu spons memiliki persentase rongga terhadap agregat lebih tinggi. Hal ini terjadi karena debu spons memiliki tingkat kehalusan yang tinggi, volume rongga diantara butiran agregat menjadi lebih kecil dibandingkan dengan campuran yang menggunakan filler semen. Nilai VMA campuran aspal beton dengan filler debu spons memenuhi persyaratan sesuai standar Bina Marga (1998). b. Rongga Terisi Aspal (VFB) 5,1 5.5 Rongga terisi aspal merupakan prosentase rongga diantara agregat yang terisi oleh aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VFB adalah gradasi agregat, kepadatan campuran dan kadar aspal. Hasil penelitian nilai rongga terisi aspal disajikan pada Gambar 3. % rongga terisi Aspal 9 8 7 6 5 4 76.46 5,1 3.85 4.31 81,8 3.38 6.7 65.1 4.764,76 6559.39 4,31 6. 6,64 65 3,85 5,3 47,37 3,38 4,1 3 3. 3.5 4. 4.5 5. 5.5 Gambar 3. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan % Rongga Terisi Aspal Jumlah rongga yang diselimuti aspal sangat berpengaruh terhadap keawetan campuran aspal beton. Agregat yang diselimuti oleh lapisan aspal dengan tebal yang ditunjukkan oleh nilai VFB tinggi akan lebih awet karena proses penuaan akibat oksidasi dapat diminimalkan. Nilai VFB yang tinggi berarti jumlah rongga yang diselimuti aspal semakin banyak sehingga campuran lebih kedap terhadap air dan udara. Namun demikian, penggunaan aspal yang terlalu banyak (nilai VFB terlalu tinggi) dapat menyebabkan terjadinya bleeding, yaitu naiknya aspal ke permukaan akibat pengaruh temperatur tinggi dan akibat terjadinya pemadatan lalu lintas yang membuat rongga di dalam campuran berkurang. Sebaliknya nilai VFB yang rendah menyebabkan kekedapan campuran berkurang karena jumlah rongga yang diselimuti aspal sedikit. Hal ini menyebabkan air dan udara mudah masuk ke dalam campuran sehingga keawetannya menurun. Pada Gambar 3, terlihat bahwa pada kadar aspal di bawah 4,31%, campuran aspal beton dengan filler debu spons memiliki nilai VFB lebih rendah dibandingkan dengan campuran dengan filler semen portland. Namun, pada kadar aspal di atas 4,31%, campuran aspal beton dengan filler debu spons memiliki nilai VFB lebih tinggi dibandingkan 13

AMALIA, SUPRIYAN D, KUALITAS BETON ASPAL. dengan campuran dengan filler semen portland. Hal ini terjadi karena pada kadar aspal di bawah 4,31%, aspal banyak dipakai untuk menyelimuti filler debu spons sehingga aspal yang menyelimuti rongga diantara agregat menjadi lebih sedikit. Selain itu, jumlah rongga diantara agregat (VMA) pada campuran dengan filler debu spons lebih tinggi dibandingkan dengan VMA pada filler semen sehingga dengan kadar aspal yang sama jumlah rongga yang tidak diselimuti aspal pada filler debu spons menjadi lebih banyak, akibatnya nilai VFB menjadi rendah. Nilai VFB pada campuran dengan filler debu spons yang memenuhi standar Bina Marga (1998) adalah pada campuran dengan kadar aspal di atas 4,31%, sedangkan campuran dengan filler semen diperoleh pada kadar aspal di atas 4,4 %. Dilihat dari nilai VFBnya ternyata campuran dengan filler debu spons memiliki tingkat keawetan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran menggunakan filler semen. c. Rongga dalam Campuran (VIM) Rongga dalam campuran merupakan prosentase rongga udara di antara agregat terhadap volume padat suatu campuran. Rongga dalam campuran menunjukkan porositas suatu campuran, dimana nilainya tergantung pada prosentase rongga yang terisi aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi rongga dalam campuran adalah gradasi agregat, kadar aspal, kepadatan campuran, suhu pemadatan dan energi pemadatan. Hasil penelitian persentase nilai rongga terhadap campuran disajikan pada Gambar 4. % ronga terhadap campuran 1 8 6 4 3,38 1,19 3,85 4,31 3.38 8,68 8,6 4.31 4.76 3.85 6.58 6.1 7.35 4,76 5 6.15 6,41 5 5,1,5 3 3 4.6 3. 3.5 4. 4.5 5. 5.5 Gambar 4. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan % Rongga Terhadap Campuran Nilai VIM yang terlalu tinggi mengakibatkan keawetan campuran aspal beton rendah karena jumlah rongganya besar sehingga udara mengoksidasi aspal menyebabkan kohesi aspal berkurang, daya lekat aspal dan agregat berkurang. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pelepasan butiran (ravelling). Sebaliknya nilai VIM yang rendah menyebabkan terjadinya bleeding. Selain itu nilai VIM yang rendah menyebabkan campuran menjadi kaku sehingga mudah terjadi retak bila menerima beban lalu lintas karena tidak cukup lentur dan ruang untuk menahan deformasi. Pada Gambar 4, terlihat bahwa nilai VIM campuran dengan filler debu spons lebih tinggi dibandingkan dengan VIM filler semen pada kadar aspal di bawah 4,31%, namun pada kadar aspal di atas 4,31% nilai VIM dengan filler debu spons lebih rendah dibandingkan dengan filler semen portland. Hal ini terjadi karena kadar aspal yang menyelimuti rongga pada filler debu spons lebih kecil sedangkan rongga diantara agregat besar, sehingga menyebabkan prosentase rongga di dalam campuran juga menjadi besar. Nilai VIM pada campuran dengan filler semen portland lebih besar dibandingkan nilai yang dipersyaratkan standar Bina Marga (1998). Pada kadar aspal 4,6% sampai 6,1% filler debu spons, nilai VIM memenuhi standar Bina Marga. Kondisi 14

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 14 ini kemungkinan disebabkan pada saat pemadatan benda uji, alat yang digunakan manual dan suhu pemadatan tidak selalu dikontrol sehingga kepadatannya rendah. Parameter yang digunakan untuk menguji tingkat keawetan suatu campuran aspal beton adalah VMA, VFB dan VIM. Apabila dilihat dari nilai VMA, VFB dan VIM-nya maka campuran yang menggunakan filler debu spons mempunyai tingkat keawetan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang menggunakan filler semen portland. d. Stabilitas Stabilitas merupakan kemampuan suatu campuran aspal beton dalam menahan beban sampai runtuh. Nilai stabilitas menunjukkan kemampuan aspal beton dalam menahan deformasi akibat beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti alur dan gelombang. Stabilitas campuran terjadi bila adanya penguncian antara partikel agregat, geseran antar agregat dan daya lekat yang baik antara aspal dan agregat. Hasil penelitian nilai stabilitas beton aspal disajikan pada Gambar 5. Stabilitas (kgf) 1 19 17 15 13 11 9 7 3.38 14.5 3,38 189,45 3,85 137,34 4,31 3.85 144,1 1978.77 4.31 1758.13 4.76.41 4,76 1658,3 8 8 Gambar 5. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan Stabilitas 5,1 189.98 1914,6 5 3. 3.5 4. 4.5 5. 5.5 % aspal terhadap Campuran Pada Gambar 5, terlihat bahwa campuran dengan filler debu spons mempunyai nilai stabilitas lebih rendah dibandingkan campuran dengan filler semen. Hal ini terjadi karena campuran dengan filler debu spons mempunyai rongga di dalam campuran lebih besar dibandingkan filler semen sehingga interlocking antar agregat tidak berjalan baik. Kondisi ini yang menyebabkan stabilitas campuran dengan filler debu spons nilainya lebih rendah dibandingkan dengan campuran filler semen. Dilihat dari nilai stabilitasnya, beton aspal dengan filler debu spons maupun semen portland memenuhi standar Bina Marga. e. Kelelehan (Flow) Kelelehan (flow) menunjukkan besarnya deformasi campuran aspal beton akibat adanya beban yang bekerja sampai batas runtuh. Nilai flow tinggi mengindikasikan bahwa suatu campuran mempunyai fleksibilitas tinggi yang akan mengalami deformasi permanen akibat beban yang bekerja. Sebaliknya nilai flow rendah mengindikasikan suatu campuran yang kaku sehingga kadar aspal tidak cukup kuat untuk menahan adanya retak awal. Hasil penelitian nilai kelelehan beton aspal disajikan pada Gambar 6. Kelelehan (mm) 5 4 3 1 3,38 3.38 4,31 6,7 4.76 4. 7,.77 4.31 4,76 3,85 7,1 3.85 7,6 3.7 3.31 4.18 5,1 7,33 3. 3.5 4. 4.5 5. 5.5 Gambar 6. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan Nilai Flow Pada Gambar 6, terlihat campuran yang menggunakan filler debu spons mempunyai nilai flow lebih rendah dibandingkan campuran dengan filler semen. Hal ini terjadi karena filler debu spons mengisi diantara rongga agregat dengan baik sehingga campuran menjadi lebih padat. Campuran yang padat bila menerima beban maka deformasi yang terjadi menjadi lebih kecil. Dari nilai kelelehannya dapat terlihat bahwa campuran dengan filler debu spons 15

AMALIA, SUPRIYAN D, KUALITAS BETON ASPAL. maupun semen portland memenuhi standar Bina Marga. f. Marshall Quotient (MQ) Marshal Quotient merupakan hasil bagi antara stabilitas dan kelelehan. Nilai Marshall Quotient menunjukkan fleksibilitas suatu campuran aspal beton. Campuran yang mempunyai nilai MQ tinggi berarti campuran tersebut kaku dan fleksibilitasnya rendah. Sebaliknya campuran dengan MQ rendah berarti campuran tersebut fleksibilitasnya tinggi dan mudah berdeformasi bila menerima beban lalu lintas. Campuran aspal beton yang kaku apabila tidak didukung oleh ketebalan dan daya dukung lapisan di bawahnya yang memadai akan menyebabkan lapisan mudah retak. Hasil penelitian nilai marshall quotient beton aspal disajikan pada Gambar 7. Stab/kelelehan (kg/mm) 9 8 7 6 5 4 3 1 3,85 183,69 4.76 738.44 4.31 3.85 573.8 5,1 597.8 4,31 79, 3,38 5 5 449.67,39 164,4 3.38 51.78 4,76 49,9 3. 3.5 4. 4.5 5. 5.5 Gambar 7. Grafik Hubungan Antara %Aspal dengan Nilai Marshall quotient Dari Gambar 7, terlihat bahwa pada kadar aspal di bawah 3,85% campuran dengan filler debu spons mempunyai nilai MQ lebih tinggi dibandingkan dengan filler semen portland. Sebaliknya, pada kadar aspal di atas 3,85%, nilai MQ campuran dengan filler debu spons lebih rendah dibandingkan dengan filler semen portland. Dilihat dari nilai MQnya, campuran dengan filler debu spons mempunyai kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran filler semen portland. Pada kadar aspal di atas 3,85%, campuran dengan filler debu spons mempunyai kekakuan lebih rendah dibandingkan dengan campuran dengan filler semen portland. Hal ini terjadi karena pada kadar aspal di bawah 3,85 % nilai stabilitas dan flow pada campuran filler debu spons lebih rendah dibandingkan dengan campuran filler semen, tetapi pada kadar aspal di atas 3,85% nilai stabilitas campuran filler debu spons lebih tinggi dan flownya rendah sehingga kekakuan campuran lebih tinggi dibandingkan campuran filler semen. Dilihat dari nilai MQnya, baik campuran dengan filler debu spons maupun filler semen portland nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan standar Bina Marga. Hal ini berarti, kedua jenis campuran mempunyai kekakuan yang tinggi dan fleksibilitas rendah. g. Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum dihitung dengan menggunakan bantuan Gambar sampai dengan 7. Adapun data hasil perhitungan kadar aspal optimum disajikan pada Gambar 8 dan 9. 7 6 5 4 3 1 5.75 5.4 6.1 5.75 4. 4.5 5. 5.5 6. 6.5 Gambar 8. Grafik Kadar Aspal Optimum Beton Aspal Filler Semen Portland 7 6 5 4 3 1 5.9 5.7 6.1 5.3 6.1 5.9 4. 4.5 5. 5.5 6. 6.5 Gambar 9. Grafik Kadar Aspal Optimum Beton Aspal Filler Debu Spons 16

POLITEKNOLOGI VOL.13 NO.1 JANUARI 14 Keterangan : 1. Persentase rongga diantara agregat.. Persentase rongga terisi aspal 3. Persentase rongga dalam campuran 4. Stabilitas (kg) 5. Kelelehan (mm) 6. Marshall quotient (kgf/mm) Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa kadar aspal optimum untuk campuran dengan filler debu spons sebesar 5,9 %, sedangkan untuk campuran dengan filler semen portland sebesar 5,7 %. Kadar aspal optimum pada filler debu spons nilainya lebih besar, % dibandingkan dengan filler semen portland. Hal ini terjadi karena volume rongga pada campuran dengan filler debu spons lebih besar dibandingkan dengan filler semen portland sehingga dibutuhkan lebih banyak aspal untuk mengisi rongga diantara agregat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada campuran beton aspal dengan filler debu spons, diperlukan kadar aspal lebih banyak dibandingkan campuran dengan filler semen. Hal ini terlihat dari nilai kadar aspal optimum campuran dengan filler debu spons yang lebih tinggi,15 % dari campuran dengan filler semen.. Campuran beton aspal dengan filler debu spons mempunyai keawetan lebih tinggi dibandingkan campuran dengan filler semen. 3. Campuran beton aspal dengan filler debu spons mempunyai nilai stabilitas dan nilai flow lebih rendah dibandingkan campuran dengan filler semen. 4. Dilihat dari nilai Marshall Quotientnya, campuran dengan filler debu spons mempunyai kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran filler semen portland. 5. dapat digunakan sebagai filler pada campuran beton aspal dengan kinerja baik, yang memenuhi standar Bina Marga. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada UPM PNJ yang telah memberikan bantuan dana dalam melaksanakan penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Amalia, Broto AB. 11. Pemanfaatan Limbah Debu Peleburan Bijih Besi (Debu Spons) Sebagai Pengganti Sebagian Semen Pada Mortar. Laporan Penelitian. Jakarta : Politeknik Negeri Jakarta. [] Attalicious. 1. Krakatau Steel: Cetak Rp1,9 M Lewat Konsep Green Company.http://attalicious.w ordpress.com/1/8/19/krakatausteel-cetak-rp19-m-lewat-konsepgreen-company (Akses tanggal 16 Januari 11). 17

AMALIA, SUPRIYAN D, KUALITAS BETON ASPAL. 18