BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan penyusunan sejumlah besar energi, zat gizi, dan sumber daya, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2008, p. 89).

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang menerangkan derajat kesehatan didalam suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. sedang melakukan penelitian yaitu Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

makalah KEK dalam kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap tahap kehamilan, seorang bayi bergantung pada kesehatan ibunya yang baik dan nutrisi yang tepat. Membentuk seorang bayi dari satu sel membutuhkan penyusunan sejumlah besar energi, zat gizi, dan sumber daya, yang semuanya harus disediakan oleh tubuh sang ibu (Walker,2012). Sementara Chomaria (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa kekurangan gizi yang dialami oleh ibu saat hamil sangat berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan juga bagi janin yang sedang dikandung. Pemenuhan gizi bagi ibu hamil memegang peran yang signifikan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan menentukan kualitas anak yang akan dilahirkannya. Status kesehatan dan gizi ibu hamil di Indonesia tergolong buruk jika dibandingkan Negara ASEAN lainnya, apalagi dibandingkan Negara maju. Resiko kematian ibu karena melahirkan adalah 1 dari 65, sedangkan Thailand 1 dari 1000 ibu. Angka kematian ibu menurut SDKI antara 1998-2002 mengalami penurunan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 dan sekarang AKI masih 228/100.000 kelahiran hidup; 55% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan dan pre-eklampsia yang terkait erat dengan kondisi gizi buruk semasa hamil. Dalam Pembangunan Millenium dimana Indonesia ikut berpartisipasi didalamnya bertujuan 15

untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Jalal dalam Bappenas, 2011; Prasetyawati, 2012). Kehidupan masa depan seorang anak sangat ditentukan oleh keadaan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang dimulai dari kehidupan janin 9 (sembilan) bulan dikandungan ibu hingga seorang anak berusia 2 (dua) tahun. Ketidaktepatan pengaturan gizi pada periode 1000 hari pertama kehidupan anak dapat bersifat permanen mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang dan menjadi penentu apakah anak akan mengalami keadaan gizi kurang atau menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner (PJK) dan lain-lain (Barker, 1994). Dampak kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan (HPK) tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (WHO, 2009). Meskipun gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki dikemudian hari dengan peningkatan asupan gizi yang baik dan tepat, namun tidak dengan perkembangan kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu hamil yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan mengakibatkan penurunan drastis tingkat kecerdasan anak. Berinvestasi dalam 1000 HPK terbukti merupakan solusi yang murah untuk menyelamatkan nyawa anak-anak dan mencegah stunting (Miles, 2012). 16

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya antara lain anemia, perdarahan dan berat badan tidak bertambah secara normal. Kurang gizi pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses persalinan dimana dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, premature, perdarahan setelah persalinan. Kurang gizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat lahir janin lahir rendah (Lubis, 2005). Ismi (2011) menyatakan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah Indeks Massa Tubuh, status anemia, Lingkar Lengan Atas, pertambahan berat badan dan paritas. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah Indeks Massa Tubuh, pertambahan berat badan, dan Lingkar Lengan Atas. Saat ini, BBLR masih tetap menjadi masalah dunia khususnya di negara-negara berkembang. Hasil Riskesda 2010 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 8,8 % dan di Sumatera Utara sebesar 8,2%. Besar kemungkinan, kejadian BBLR berasal dari ibu yang hamil dengan kondisi kurang energi khronis (KEK), dan resikonya lebih tinggi pada ibu hamil usia 15-19 tahun. Salah satu penyebab KEK pada ibu hamil adalah kuranganya konsumsi energi ibu selama kehamilan. Rata-rata konsumsi energi ibu hamil diperkotaan di Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa 41,9 % konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% tabel Angka Kecukupan Gizi,2004) dan 45,8 % konsumsi 17

protein ibu hamil berada dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 % Tabel AKG 2004). Fatimah, Hadju, Bahar dan Abdullah (2011), dalam penelitian mereka terhadap 200 orang ibu hamil menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil belum mencerminkan pola makan sehat dimana pola makan ibu hamil tersebut pada umumnya nasi, ikan, dan sayur-sayuran secukupnya. Sayuran dan buah sangat jarang dikonsumsi dan hanya 3-6 kali seminggu. Asupan energi dan protein hanya 59% dan 72% AKG (angka kecukupan gizi) atau 1300 kcal dan 48 gr. Umumnya vitamin hanya dikonsumsi sekitar 40% AKG kecuali untuk vitamin A (76%, 605 RE), asam folat (195%, 1170 ug), dan Vitamin B12 (142%, 3,7 ug). Antenatal care (ANC) merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan yang tidak normal. Ibu hamil dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak seorang ibu merasa dirinya hamil. Riskesda (2010) menunjukkan kunjungan antenatal di Sumatera Utara masih rendah yaitu untuk K1 sebesar 71,1 % dan kunjungan antenatal ke 4 kali hanya 51,5 %. Ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan antenatal tidak akan mendapatkan pelayanan 7T yang diantaranya timbang berat badan dan pemberian tablet zat besi. Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh Ibu hamil yang berguna untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko lainnya. Diharapkan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe lebih dari 18

90 tablet selama kehamilan. Pada kenyataannya, 80,7 % ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet Fe. Kurangnya konsumsi zat besi selama kehamilan akan mengakibatkan anemia pada ibu hamil. Prevalensi ibu hamil yang terkena anemia sekitar 40-50 persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil mengalami anemia. Di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ditemukan 69,9 % ibu hamil menderita anemia (pemeriksaan terhadap 93 orang ibu hamil); 66, 2 % ibu hamil menderita anemia ringan dan 33,8 % ibu hamil mengalami anemia sedang (laporan pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Medan Desember 2012). Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena pemerintah sudah menjalankan program suplementasi tablet tambah darah pada ibu hamil sejak tahun 1970-an. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan konsumsi suplemen tablet tambah darah di Indonesia masih terbilang rendah karena hanya mencakup 18 % saja. Kondisi ini turut meningkatkan prevalensi anemia di Indonesia. Aspek sosial budaya juga berperan terhadap kejadian anemia. Kepercayaan berpantang makanan tertentu pada ibu hamil memberikan kontribusi terhadap kejadian anemia (Bahar, 2010). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa selagi hamil, ibu hamil makanannya harus dikurangi karena takut janin menjadi besar sehingga kesulitan waktu melahirkan. Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa selagi hamil harus banyak makan karena menganggab makan untuk berdua yaitu ibu dan anak (Sarwono, 2002). 19

Zat gizi mikro lainnya yang sangat di butuhkan ibu hamil terutama pada trimester pertama adalah asam folat (Adriani at.al,2012). Berbagai penelitian menemukan adanya resiko terjadinya cacat janin apabila asupan asam folat kurang dari kecukupan, cacat ini sudah terbentuk sejak dua sampai empat minggu kehamilan (Ginting at.al, 2012). Survei yang dilakukan oleh March of Dimes National tahun 1995-2001, membuktikan bahwa asam folat mampu mencegah cacat bawaan berupa cacat tabung syaraf atau Neural Tube Defect (NTD) pada bayi hingga 70 % (ACOG, 2008). Di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita NTD. Namun setiap bulan, dari 300 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSCM, 3 pasien diantaranya terbukti janinya menderita NTD. Sebuah studi yang meneliti kejadian kelainan congenital pada bayi baru lahir di RSU Kariadi Semarang menemukan bahwa kelainan berupa NTD merupakan kelainan kongenital terbanyak yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu 47,2 % dari seluruh cacat kongenital pada bayi baru lahir atau 3,7 per 1000 persalinan (Prabawa, 1998). Pada ibu hamil asam folat juga berperan penting dalam pembentukan sel darah merah, apabila konsumsi asam folat tidak adekuat maka akan mengalami anemia megaloblastik (Almatsier, 2003; Adriani at.al, 2012). Fekete at.al (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan folat dan berat badan lahir. Hubungan ini menunjukkan kenaikan 2% berat badan lahir untuk setiap kenaikan dua kali lipat asupan folat. Ginting at.al (2012) 20

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa interaksi antara ibu hamil dan bidan, serta pengetahuan ibu memiliki hubungan bermakna dengan praktek konsumsi asam folat dalam upaya pencegahan cacat bawaan pada bayi di kota Medan. Dan dari kedua faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah faktor interaksi antara ibu hamil dengan bidan karena dengan interaksi tersebut ibu akan mendapat supplement asam folat dan informasi akan pentingnya asam folat selama kehamilan. Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan sunggal pada tanggal 5 November 2012 ditemukan berbagai fenomena yang berhubungan dengan pemenuhan gizi selama kehamilan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa orang ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mencirim, ditemukan ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya kepada bidan atau pun petugas kesehatan lainnya. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan ibu hamil tersebut tidak mendapatkan suplementasi besi folat dan tidak timbang berat badan untuk mengetahui pertambahan berat badan normal pada ibu hamil. Berdasarkan hasil pemeriksaan Hb terhadap 19 orang ibu hamil, ditemukan 63,2 % (12 orang ibu hamil ) menderita anemia ringan, 5,3 % (1 orang) anemia sedang dan 5,3 % (1 orang) anemia berat. Pengukuran Antropometri terhadap 26 orang ibu hamil dengan menggunakan pita LILA ditemukan 9 orang ibu hamil memiliki LILA < 23,5 cm. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil yang memiliki LILA < 23,5 cm pada umumnya mereka menyatakan bahwa 21

mereka tidak menginginkan pertambahan berat badan karena takut gemuk dan sulit menurunkannya setelah melahirkan. Dan ibu hamil yang mengalami anemia berat menyatakan bahwa kehamilannya (pada trimester I) mengakibatkan mual dan muntah. Ibu tersebut juga menyatakan bahwa selama hamil muda tidak dapat makan apa-apa karena mual dan muntahnya kecuali buah yang rasanya asam. Bratasasmita (2012) menyatakan ngidam tidak berbahaya selama tidak berlebihan yaitu tetap makan makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang dan bukan mengkonsumsi satu jenis makanan dalam jumlah besar. Yang perlu diingat oleh ibu hamil adalah betapa pun mualnya agar tetap makan karena kekurangan pemasukan zat gizi akan mengganggu tumbuh kembang janin. Faktor pengetahuan tentang komponen dasar keseimbangan makanan yang diperlukan sangat penting sekali bagi seorang ibu hamil. Sering tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat ekonomi, tetapi meskipun demikian banyak juga keluarga dengan pendapatan yang pas-pasan dapat menyediakan kebutuhan makanan yang seimbang bila pengetahuan ibu hamil tentang gizi baik. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Tingkat pengetahuan gizi pada ibu merupakan kemampuan seorang ibu dalam memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan gizi. Tingkat pengetahuan ibu sendiri, dipengaruhi oleh pengalaman, faktor pendidikan, lingkungan, sosial, sarana dan prasarana maupun derajat penyuluhan yang diperoleh (Chomaria,2012) 22

Walker (2012) menyatakan bahwa banyak perempuan telah sadar kesehatan, tetapi sangat sedikit yang mengikuti pola makan sehat saat hamil. Pada hal, dengan melakukan cara makan yang yang sehat, bukan hanya membuat ibu hamil fit dan sehat, tapi juga untuk perkembangan bayi yang sehat. Untuk itu sangat penting dilakukan suatu perencanaan gizi ibu hamil yang baik. Barker (2012) dalam teorinya tentang transgenerational roots of chronic disease menyatakan bahwa suatu perencanaan gizi yang baik apabila dimulai sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun, akan memberikan dampak positif bagi generasi berikutnya hingga 100 tahun kemudian. Oleh karena itu ibu hamil dan suaminya harus meningkatkan kesadaran dan wawasan bahwa awal perhatian yang harus diberikan kepada anak bukanlah pada saat anak lahir, namun jauh sebelum itu yaitu ketika sepasang suami-istri mulai menyiapkan diri untuk kehadiran buah hati dan pada awal kehamilan (pra konsepsi dan konsepsi). Pada pra konsepsi (sebelum hamil), perempuan usia subur sangat penting untuk memulai suplementasi asam folat karena penutupan tabung neural terjadi sebelum banyak perempuan tahu mereka hamil yaitu sekitar 26 hari setelah pembuahan. Setelah terjadi penutupan tabung neural kemudian menjadi otak dan sumsum saraf tulang belakang. Awal kehamilan merupakan titik awal dimana perhatian terhadap buah hati diberikan, terutama dalam menjaga asupan gizi yang baik secara optimal. Walker (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa para ibu yang sehat adalah fondasi bagi suatu populasi yang sehat. Dalam kehidupan janin, nutrisi 23

dan kesehatan si ibu adalah yang paling penting dalam menentukan seberapa baik seorang bayi bertumbuh. Dari latar belakang diatas, saya tertarik untuk meneliti cara masyarakat melakukan pemenuhan gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013. 1.2. Masalah Penelitian Hasil pemeriksaan Hb terhadap 19 orang ibu hamil pada survey pendahuluan, ditemukan 63,2 % (12 orang ibu hamil ) menderita anemia ringan, 5,3 % (1 orang) anemia sedang dan 5,3 % (1 orang) anemia berat. Pengukuran Antropometri terhadap 26 orang ibu hamil dengan menggunakan pita LILA ditemukan 9 orang ibu hamil memiliki LILA < 23,5 cm. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu hamil yang memiliki LILA < 23,5 cm pada umumnya mereka menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan pertambahan berat badan karena takut gemuk dan sulit menurunkannya setelah melahirkan. Dari fenomena ini, peneliti tertarik untuk meneliti pemenuhan gizi ibu hamil di masyarakat desa sei Mencirim dengan permasalahan penelitian : 1. Bagaimanakah pola makan ibu saat hamil? 2. Bagaimanakah pengetahuan ibu tentang makanan saat hamil dan faktor apa yang mempengaruhi pengetahuan ibu tersebut? 3. Apa motivasi ibu makan saat hamil? 24

4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan sosial ibu dalam pemenuhan gizi saat dia hamil? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan gizi ibu hamil di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang dalam pengembangan program pemenuhan gizi untuk ibu hamil. 2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang pemenuhan gizi selama kehamilan. 25