BAB PENDAHULUAN A. DEFINISI KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
TATA GEREJA PEMBUKAAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

THE MISSION (part #A) - MISI (bagian #A)

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

2

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

TATA IBADAH HARI MINGGU MINGGU I SESUDAH EPIFANIA

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Minggu, 27 Oktober 2013

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?

Saya Dapat Menjadi Pekerja

BAB IV ANALISIS DATA

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja

Wahai dunia, soraklah! Angkat suaramu, nyanyilah! Tabuhlah tifa dan gendang, iringi puji dalam tembang! Ref. :

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Mei 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

TATA IBADAH HARI MINGGU

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri (internal) tetapi juga bagi

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG

TATA GEREJA (GKKA INDONESIA)

My Journey with Jesus #4 - Perjalananku dengan Yesus #4 MENGALAMI KEBANGKITAN- NYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

Di Dalam Tuhan Jerih Lelah Kita Tidak Sia-sia

PL1 : TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; U : Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Tema : Pembaharuan Budi Sesuai Kehendak Allah ( Roma 12 : 1 8 )

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

GPIB Immanuel Depok Minggu, 21 Mei 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Rela Menjadi Pekerja Kristus Matius 9:35 10:8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TATA IBADAH Minggu Adven I

Kuasa Persekutuan Kecil

TATA IBADAH HARI MINGGU. Dies Natalis STT INTIM Makassar ke-69 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

GPIB Immanuel Depok Minggu, 25 Maret 2018

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

Seri Iman Kristen (6/10)

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 September 2016

The State of incarnation : Exaltation

TATA IBADAH HARI MINGGU ADVEN IV

GPIB Immanuel Depok Minggu, 31 Januari 2016 TATA IBADAH MINGGU IV SESUDAH EPIFANI

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan TATA IBADAH HARI MINGGU

TATA IBADAH Dies Natalis STT INTIM Makasar ke 69 Tahun 2017 (Gereja Kristen Protestan di Bali) Minggu, 08 Oktober 2017

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI

Gereja Menyediakan Persekutuan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

TATA IBADAH HARI MINGGU PASKAH V

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN J udul buku ini adalah GPIB JEMAAT TAMANSARI SALATIGA MENUJU JEMAAT MISIONER. Di sini dipaparkan tentang sejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dalam kurun waktu 1956-2010. Berkaitan dengan judul tersebut, beberapa istilah yang akan digunakan perlu dijelaskan terlebih dahulu. A. DEFINISI KONSEP 1. Sejarah Sejarah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kisah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga menuju jemaat misioner dalam kurun waktu 1956-2010. Yang ditulis hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa penting yang membawa perubahan, pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Tri Dharma GPIB dalam konteks ini, yaitu Tri Dharma GPIB Jemaat Tamansari Salatiga. Sejarah yang akan dipaparkan tidak dalam arti siklus, tetapi ditinjau secara linier yang mencakup tiga dimensi waktu, yaitu masa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dengan menempatkan sejarah dalam tiga dimensi waktu tersebut, akan diperoleh gambaran tentang manfaat atau makna serta masa depan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga kelak sebagai jemaat misioner. Dalam penulisan sejarah, sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai acuan sangat diperlukan. Sumber sejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga sejak tahun 1956 hingga 2000 telah rusak. Meskipun demikian ada beberapa catatan tentang GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari tahun 1956 sampai 1980-an yang kemudian distensil oleh Majelis Jemaat GPIB Tamansari Salatiga dengan judul 30 Tahun Jemaat GPIB Salatiga. 1

Catatan tersebut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk mencari data dan informasi lain dari narasumber. Selain itu ada beberapa sumber yang bisa digunakan seperti tambatan rapat Majelis Jemaat, warta jemaat dan beberapa Surat Keputusan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga. Sangat disayangkan bahwa hanya beberapa pendeta yang bertugas di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga menjawab kuesioner yang dikirim oleh Tim Penulis Sejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga. Meskipun demikian, kami terbantu oleh beberapa narasumber sebagai pelaku sejarah yang memberikan cukup banyak keterangan tentang peristiwaperistiwa bersejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dan juga adanya beberapa skripsi mahasiswa Fakultas Teologia Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tentang GPIB Jemaat Tamansari Salatiga yang dapat menambah informasi. Sumber sejarah yang cukup memadai terutama diperoleh dari Pos Pelayanan dan Kesaksian (Pos Pelkes) GPIB Jemaat Tamansari Salatiga. Sumber sejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga khususnya dari tahun 2000-2010, meskipun tidak lengkap, cukup tersedia. 2. Gereja Perlu dipahami juga makna gereja dalam penulisan ini. Gereja dapat diartikan dari segi teologis, sosiologis dan dari segi fisik. Dari segi teologis, menurut Th van den End (1982: 7) kata gereja melalui kata Portugis igreja berasal dari kata Yunani ekklesia Kata ekklesia terdiri dari kata ek berarti keluar dan kata.kaleo berarti memanggil. Jadi ekklesia berarti mereka (persekutuan orang-orang percaya) yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terang Allah yang ajaib itu (1 Petrus 2: 9-10) atau secara ringkas, ekklesia dapat dirumuskan sebagai persekutuan orang-orang percaya (Matius 16: 18). Menurut H. Berkhof dan I.H. Enklaar (1967: 7), wujud gereja ialah pertama-tama: persekutuan 2

dengan Kristus. Persekutuan dengan Kristus itu juga berarti persekutuan dengan manusia lain. Selain itu perlu juga ditekankan pada tugas/amanat gereja. Jesus menyuruh para murid-nya: Pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa itu muridku (Matius 28:19) dan Kamu akan menjadi saksi bagiku... sehingga sampai keujung bumi (Kisah Para Rasul 1: 8). Dari segi sosiologis, gereja berarti organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum (Peraturan Pemerintah no 18/1986). Sebagai organisasi kemasyarakat-an, gereja bertugas mensukseskan pembangunan nasional dan sebagai sarana komunikasi timbal balik dengan sesama anggota, organisasi kemasyarakatan, kekuatan sosial politik, Badan Permusyawaratan Perwakilan Rakyat dan dengan Pemerintah. Dalam bahasa Yunani juga terdapat kata lain untuk gereja, yaitu kurakion yang artinya rumah Tuhan (church/kerk) Pengertian gereja menurut kata ini dilihat dari segi fisik, yaitu sebagai gedung atau tempat orang percaya beribadah. Tulisan ini lebih menitik-beratkan pengertian gereja dalam kata ekklesia, yaitu mereka yang dipanggil keluar dan diutus untuk memberitakan Missio Dei atau Misi Allah tentang kerajaan-nya. Yang pertama dipanggil ialah para murid dan kemudian pengikut Kristus lainnya, termasuk warga GPIB yang berada dalam persekutuan jemaat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara (Hasil Persidangan Sinode XIII Buku II Tata Dasar GPIB BAB I, Pasal 1, 1982:16). Dalam konteks ini GPIB Jemaat Tamansari Salatiga, sebagai persekutuan orang yang percaya pada Yezus Kristus sebagai Dasar dan Kepala, dipanggil dan diutus untuk mengabarkan Injil sebagai ciri khas gereja. Dengan demikian, gereja dalam pengertian ekklesia itulah yang merupakan tujuan tulisan ini untuk melihat sudah 3

sejauh mana warga GPIB Jemaat Tamansari Salatiga melakukan tugasnya sebagai jemaat misioner. Dalam tulisan ini penggunaan kata gereja juga berarti gedung, tempat ibadah yang secara arsitektur, tata ruang dan lambang merupakan simbol komunikasi Allah dengan umat-nya. 3. Jemaat Misioner Jemaat misioner ialah jemaat yang dipanggil dan diutus untuk memberitakan Injil (kabar kesukaan) tentang Kerajaan Allah atau Pemerintahan Allah di dunia ini, yang telah dilaksanakan oleh Yesus Kristus melalui pelayanan, penderitaan kematian dan kebangkitan-nya. Karya Yesus Kristus tersebut telah mengalahkan kuasa kegelapan dan menyelamatkan umat manusia. Pemerintahan Allah ditandai dengan kasih, keadilan, kebenaran dan keutuhan ciptaan-nya Keselamatan dan kemenangan Yesus Kristus tersebut merupakan tugas misioner jemaat sebagai utusan Kristus di dunia ini sebagaimana dinyatakan Tuhan Yesus dalam Yohanes 20: 21b:...Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu. Jemaat yang diutus Yesus mempunyai tugas misioner untuk menyampaikan kabar kesukaan kepada setiap orang yang belum percaya. Jemaat misioner adalah jemaat yang warganya melaksanakan Missio Dei (Misi Allah), baik secara organisatoris melalui organisasi gerejawi (Badan Pelayanan Katagorial, komisi, panitia, kelompok profesional serta fungsional dan lain-lain) maupun secara pribadi oleh setiap warga gereja dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dengan demikian, jemaat misioner ialah jemaat yang menjalankan tugas panggilan dan pengutusan, bukan saja dalam arti terbatas melaksanakan Amanat Agung (Matius 28:19-20), tetapi menjalankan seluruh aspek 4

kehidupannya dengan berpedoman pada ajaran Kristus, Raja Gereja yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Meminjam pernyataan Conrad Love (GPIB Menuju Jemaat Yang Misioner, 10 Pebruari 2009,) 1 Sementara gereja bertumbuh, pelayanan yang diwariskan gembala harus berkurang dan pelayanan yang diwariskan jemaat harus bertumbuh. Tugas tersebut dilakukan melalui Tri Dharma GPIB atau fungsi misioner yang merupakan fungsi gereja yang akan dibahas tersendiri dalam uraian selanjutnya. Perwujudan tugas-tugas tersebut di atas hanya dilaksanakan oleh dan melalui jemaat serta kerja sama dengan sesama umat beragama dan anggota masyarakat. Kunci utama dalam pembangunan dan pemahaman jemaat misioner merupakan misi warga jemaat (Lontoh S.W et al. 1981:70). Dalam konteks ini, misi tersebut merupakan kegiatan warga jemaat dalam pekabaran Injil. Pelaksanaan misi tersebut didasarkan pada prinsip jemaat untuk yang lain. Selain prinsip tersebut, ada dasar-dasar teologisnya (Maitimoe, 1984: 10). Dasar-dasar teologis utama yang dikembangkan, antara lain: a. Jemaah hidup bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk yang lain, yaitu untuk dunia (Yohanes 3:16, Yohanes 17: 13-23). Jemaah sadar akan hidup dan tugas misionernya itu, karena jemaah mengetahui dari Firman Tuhan bahwa Allah bertindak di tengah-tengah dan untuk dunia. b. Dalam hubungan itu, jemaah dihubungkan dan diikutsertakan dalam karya penyelamatan Allah atau Missio Dei. Itulah tindakan penyelamatan Allah yang berlaku bukan saja dengan dan di dalam jemaah, melainkan juga dengan dan untuk segenap umat manusia, untuk seluruh dunia. 1 http://www.gpib.org/artikel/gpib-menuju-jemaat-yang-misioner, diunduh 14 Agustus 2010 5

c. Berdasarkan kedua pemahaman tersebut di atas, jemaah Kristen dibina sedemikian rupa, sehingga ibadah, pelayanan, kesaksian, persekutuan, dan pembangunan jemaah langsung dihubungkan dengan karya penyelamatan Allah dalam dunia misioner dengan permasalahanpermasalahan di dunia ini dan mengajak orang-orang dalam dunia. Itu berarti bahwa pembinaan jemaah misioner melibatkan warga jemaah secara langsung untuk menyambut Kristus (Kisah Para Rasul 2: 40-47, Efesus 4: 11-16). d. Membina jemaah secara demikian dengan sendirinya bersifat terbuka, luwes, dinamis, dan dialogis terhadap segala perkembangan dunia dan masyarakat, namun dengan sikap kritis, positif, kreatif, tetapi realistis (Roma 1: 14, Roma 12: 1-2, 1 Korintus 9: 19-23). Warga jemaat yang ikut dalam kegiatan misioner dengan prinsip dan dasar-dasar teologis tersebut di atas harus disertakan pula dalam proses-proses pengambilan keputusan dan dalam melaksanakan tugas-tugas gerejawi pada umumnya. Dalam kegiatan-kegiatan ini peran pendeta, penginjil dan Majelis Jemaat sangat penting guna memberikan bimbingan, pengarahan kepada warga jemaat dan mengembangkan potensi warga gereja seperti dipesankan Tuhan Yesus kepada para murid-nya Pergilah ke dalam dunia dan beritakan Injil dan ajarkanlah orang-orang melakukan segala apa yang Kuperintahkan kepadamu (Maitimoe, 1978:286) Selain dasar-dasar teologis jemaat misioner tersebut di atas, juga diungkapkan tentang tujuan dan isi Missio Dei (pengutusan) dalam tiga aspek yang tidak terpisahkan satu dari yang lain (Maitimoe,1978:24), yaitu: a. Aspek pemasyuran (doksologis) untuk menyatakan kemenangan kerajaan atas kerajaan kegelapan, sehingga memuliakan kebesaran nama Allah. 6

b. Aspek penyelamatan (sateriologis) untuk menyatakan keselamatan bagi ciptaan Allah serta pembebasan dari kuasa maut dan kebinasaan agar memperoleh hidup yang kekal. c. Aspek penggenapan (eskatologis) untuk menyatakan pembaharuan dari segala sesuatu dan semua yang ada dalam dunia ciptaan Allah, sehingga tercipta dunia dan langit yang baru. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, tugas jemaat misioner dilaksanakan melalui Tri Dharma atau fungsi misioner. 4. Tri Dharma GPIB Jemaat Tamansari Tri Dharma GPIB Jemaat Tamansari meliputi: a. Persekutuan (Koinonia) Persekutuan adalah himpunan orang-orang percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus. Persekutuan tersebut diwujudkan dalam bersekutu dengan Allah, bersekutu dengan sesama warga gereja dan dengan masyarakat (Lontoh, et al, 1981: 24). Persekutuan tersebut secara konkrit diwujudkan dalam ibadah di tempat tertentu dengan menggunakan sarana yang tersedia. Ada berbagai kebaktian, antara lain kebaktian hari Minggu, hari raya Kristen, baptisan/peneguhan sidi, perjamuan kudus, kebaktian Badan Pelayanan Kategorial (BPK), kebaktian sektor serta kebaktian pengucapan syukur. Dalam kebaktian hari Minggu misalnya, jemaat berpartisipasi melalui musik gereja yang mengiringi ibadah, paduan suara serta sikap bergereja atau tata cara lainnya yang dipimpin oleh pendeta, penginjil atau Majelis Jemaat. Dalam ibadah-ibadah tersebut, jemaat diperteguh imannya dan dipersiapkan untuk melayani gereja dan masyarakat. Dengan demikian, bergereja secara oikumenis tidak hanya dalam kebaktian-kebaktian bersama, tetapi juga harus menjangkau masyarakat. 7

Dalam menjalankan tugas panggilan dan pengutusan tersebut gereja tidak dapat dipisahkan dari konteks dan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum dan terutama aspek spiritualitas-nya. 2 Agar persekutuan melalui ibadah berbuah lebat, dalam beribadah harus diupayakan agar halanganhalangan, baik dari dalam maupun dari luar dapat dihilangkan (perhatikan Johanes 15: 1-11). b. Pelayanan (Diakonia) Mengikuti Kristus dan memikul salib merupakan dasar pelayanan GPIB sejak tahun 1948, (GPIB di Kota dan di Desa,1973:36). Pelayanan dilakukan oleh pejabatpejabat gereja dan segenap warga jemaat dengan kesadaran, bahwa setiap orang harus mempersembahkan diri dalam pelayanan sebagai suatu perwujudan ibadah yang sejati (Roma 12:1-2). Ibadah yang sejati adalah ibadah diakonia. Pada dasarnya ibadah diakonia ialah memberitakan perbuatan Allah yang besar, yang telah memanggil umat-nya dan telah menyelamatkannya. Umat yang telah diselamatkan- Nya wajib menyampaikan kabar keselamatan ini kepada dunia melalui ibadah diakonia yang isinya adalah pelayanan kasih dan keadilan (Lontoh S.W et al. 1981: 453). Pelayanan kasih dan keadilan harus tampak dalam perilaku atau tindakan warga jemaat, yaitu dengan membantu yang tidak mampu untuk menyongsong masa depan yang sejahtera (syalom). Pelayanan yang dilakukan bersifat menyeluruh, dan semua unsur jemaat dan masyarakat terlibat secara bertanggung-jawab dalam pelayanan kepada sesama. Pelayanan tersebut disertai 2 http://www.gpib.org/artikel/gpib-menuju-jemaat-yang-misioner Diunduh 14 Agustus 2010. 8

dengan pelayanan karitatif, yaitu pertolongan atau perbuatan-perbuatan yang didorong oleh rasa belas kasihan, baik perorangan maupun kelompok (Lontoh S,W et al 1981 450). Pelayanan yang diberikan tidak saja mencakup pelayanan di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan, tetapi juga dalam bidang politik, ekonomi, keadilan sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan. Dengan melaksanakan Tri Dharma, gereja berbuah dan kerja sama antar gereja (oikumene) dapat diwujudkan melalui kasih bagi sesama gereja dan terutama bagi masyarakat sekitar gereja dalam membangun masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sejahtera berdasarkan Pancasila. c. Kesaksian (Marturia) Kesaksian adalah pernyataan jemaat secara terbuka tentang pengalaman pribadi dalam hidupnya, hubungannya dengan Allah, keselamatan oleh Tuhan Yesus, kebesaran dan keagungan Allah serta kasih Allah kepada alam. Kesaksian tersebut merupakan kebenaran hidup dengan Allah dalam Yesus Kristus sekaligus kasih Allah melalui Yesus Kristus. Kabar keselamatan tersebut dinyatakan dalam wujud pewartaan dan perbuatan. Berita dan perbuatan tersebut merupakan tugas dan panggilan warga jemaat sebagai anak Tuhan kepada sesama yang ditemuinya. Kesaksian tersebut dinyatakan dalam pekabaran Injil (PI) oleh seluruh warga jemaat. Yang menjadi pelaksana dari amanat Kristus tersebut bukan saja pejabat GPIB Jemaat Tamansari Salatiga, tetapi juga segenap warga jemaat yang ikut mengambil bagian secara aktif, sebab gereja itu baru tampak jika melaksanakan amanat Kristus. Pelaksanaan amanat tersebut harus ditopang pula oleh dana, bahan perlengkapan PI yang disampaikan baik secara verbal dan/atau dengan bantuan alat peraga maupun melalui 9

perbuatan. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan gereja-gereja dan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Sebelum dilaksanakan, kegiatan itu harus diawali dengan pembinaan-pembinaan secara intensif dan berkelanjutan (Lontoh S.W et al.1981: 483). B. TUJUAN PENULISAN BUKU Tujuan penulisan buku ini ialah untuk menggambarkan apakah dalam perjalanan sejarahnya, GPIB Jemaat Tamansari Salatiga telah berhasil menjadi jemaat misioner ataukah masih dalam proses menuju jemaat misioner. Tujuan ini sesuai dengan visi GPIB Jemaat Tamansari Salatiga yang disahkan dalam Sidang Pleno Majelis Jemaat GPIB Tamansari Salatiga pada tanggal 26 April 2002 (Rencana Program Kerja & Anggaran Jemaat GPIB Tamansari Salatiga Tahun Pelayanan 2002-2003: ii) Gagasan tentang program jemaat misioner diperkenalkan oleh Pdt. Maitimoe dalam persidangan GPIB di Bandung tahun 1964. Konsep ini selanjutnya diterima dalam persidangan Sinode GPIB di Senayan tahun 1966 dan dimantapkan dalam persidangan Sinode di Bandungan, kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tahun 1970. Upaya untuk mewujudkan Jemaat Misioner terus dilanjutkan dalam Ketetapan Persidangan Sinode XIX GPIB (PKUPPG Buku II, 2010:22). Secara kronologis upaya untuk mewujudkan jemaat misioner oleh GPIB dijelaskan dalam perjalanan sejarah GPIB yang dilihat dalam urutan waktu sebagai berikut: 1) Tahun 1948-1966 sebagai tahapan konsolidasi GPIB. Pada masa ini GPIB amanat pembentukannya dengan melakukan tugas pemeliharaan jiwa dan pelayanan ibadah terhadap orang Belanda dan Indonesia. 2) Tahun 1966-1986 sebagai tahapan awal menuju Jemaat Misioner, dimana almarhum Pdt D.R. Maitimoe menggagas GPIB sebagai gereja misioner. Gereja Misioner dimengerti 10

sebagai gereja yang meneruskan misi Allah yang telah dikaryakan Yesus Kristus. 3) Dengan kesadaran akan maksud gereja misioner yang harus menjawab konteks dan bangsa, maka pada tahun 1986-2006 ditetapkan sebagai tahapan memasuki Jemaat Misioner dalam PKUPPG/GBKUPG Jangka Panjang tahap I, dan kemudian pada PKUPPG Jangka Panjang tahap II. 4) Tahun 2006-2026 merupakan kesempatan bagi GPIB untuk hadir sebagai gereja yang membangun dan mengembangkan Gereja Misioner, yaitu Gereja yang mengalami sungguhsungguh damai sejahtera Yesus Kristus dan menjadi Gereja yang membawa damai sejahtera Yezus Kristus di tengahtengah masyarakat bahkan dunia. (Ketetapan Persidangan Sinode XIX GPIB, PKUPPG Buku II, 2010: 9). Penulisan sejarah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga ini berupaya menelusuri perkembangan pembangunan, pembinaan dan kegiatan warga jemaat misioner dalam rentang waktu 1956-2010. Selain itu, beberapa catatan tentang kemajuan/keberhasilan yang telah dicapai serta kegagalan dan faktor-faktor penyebabnya dalam kurun waktu itu juga dipaparkan Dengan memiliki pemahaman tentang sejarah jemaat misioner GPIB Jemaat Tamansari Salatiga, diharapkan setiap warga GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dapat menentukan sikap serta melakukan tindakan-tindakan yang tepat bukan saja untuk gereja, tetapi juga dalam bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada akhir tulisan ini dikemukakan beberapa hasil perwujudan jemaat misioner oleh GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dengan mengungkapkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam diri GPIB Jemaat Tamansari Salatiga serta beberapa catatan untuk introspeksi menghadapi Missio Dei selanjutnya. 11