BAB I PENDAHULUAN. katulistiwa sehingga memiliki iklim tropis. Sebagian besar wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON- EMPON

BAB I. PENDAHULUAN...

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, NON FINNED TUBE FOUR PASS,

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA SPIRAL PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA LURUS PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Nama : Muhamad Nurroh NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi. bebagai bahan baku maupun makanan ringan. Salah satunya dapat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB IV PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEU

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pengeringan hingga kadar airnya menurun dan tahan terhadap. mikroba dan jamur, sehingga bisa disimpan dalam waktu cukup

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE AES

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

ANALISA PEFORMANSI SISTEM PENGERING DALAM PROSES LOUNDRY DENGAN MEMVARIASIKAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Bab IV. Pengolahan dan Perhitungan Data 57 Maka setelah di klik akan muncul seperti gambar dibawah ini, lalu klik continue.

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN TIGA PASS, SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang secara geografis terletak di garis katulistiwa sehingga memiliki iklim tropis. Sebagian besar wilayah Indonesia juga terdapat gunung berapi yang masih aktif. Hal ini menjadi salah satu faktor penting bagi keadaan tanah di Indonesia. Tanah yang subur merupakan salah satu modal penting yang dimiliki oleh negara ini untuk maju dalam sektor pertanian. Pertanian merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dari keberlangsungan hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berkembangnya dunia industri yang semakin pesat belum menyelesaikan masalah untuk mengurangi angka pengangguran dan menjadi solusi yang tepat untuk kemajuan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut kemajuan teknologi untuk menunjang dunia pertanian mampu menjadi upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan memajukan sektor ekonomi di Indonesia. Salah satu hasil dari pertanian yang ada di Indonesia adalah singkong. Singkong belakangan ini mulai dilirik sebagai makanan pengganti nasi maupun diolah mejadi makanan-makanan ringan. Dari sini usaha kecil dan menengah mulai mengolah singkong menjadi makanan yang dapat bertahan lama agar dapat didistribusikan ke kota-kota yang strategis untuk 1

menunjang angka penjualan. Dalam proses pengolahannya agar menjadi awet singkong harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. (Prof. Dr. H. M. Supli Efendi, Ir., M.S., 2012). Proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Proses pengeringan dengan metode ini sangat tergantung dengan cuaca. Karena di Indonesia memiliki iklim tropis sehingga memliliki dua musim yaitu musim kemarau dan amusim penghujan. Hal ini menjadi salah satu kendala yang terjadi disaat musim penghujan yang menyebabkan pengeringan singkong menjadi tidak maksimal dan memerlukan waktu yang cukup lama jika mengandalkan sinar matahari. Sehingga untuk menunjang jumlah produksi yang tetap stabil dimusim penghujan diperlukan sebuah mesin pengering. Diharapkan dengan adanya mesin pengering mampu mengoptimalkan proses pengeringan menjadi lebih cepat dan menjadi solusi dari kendala cuaca. Dalam perkembangannya mesin pengering memiliki tipe yang bermacam-macam. Salah satunya mesin pengering yang menggunakan rotary dryer. Rotary dryer merupakan mesin yang mengandalkan putaran sebagai metode pengeringannya. Tetapi mesin rotary dryer masih terkendala dengan proses pengeringan yang lama, jika hanya 2

mengandalkan putaran saja. Sehingga untuk mengoptimalkan pengeringan pada mesin rotary dryer, makandipasang sebuah heat exchanger. Heat exchanger merupakan alat penukar kalor (enthalpy) antara dua fluida atau lebih. Secara umum heat exchanger adalah alat yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa fluid dengan tujuan sebagai alat pemanas atau pendingi. Proses tersebut dilakukan dengan memanfaatkan perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi dengan fluida bersuhu rendah. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya heat exchanger mengalami perubahan bentuk dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi sesuai dengan fungsi kerjanya. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah tipe shell and tube. Tipe ini dinilai memliki banyak keuntungan baik dari segi fabrikasi, biaya, serta unjuk kerjanya. Diharapkan dengan penambahan heat exchanger pada rotary dryer dapat mempercepat proses pengeringan menjadi lebih maksimal. Arif Suryanto (2017) telah melakukan penelitian mengenai heat exchanger dengan jumlah laluan 4 (pass) dengan variasi mass flow rate 0,023 kg/s, 0,027 kg/s, 0,030 kg/s, 0,033 kg/s. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil perubahan tempertur fluida dingin tertinggi sebesar 92,56 C. Pada penelitian ini penulis ingin menganalisa heat exchanger tipe shell and tube, cross-flow multipass mixed, finned tube dengan menggunakan tiga variasi jumlah laluan (pass) yaitu 4, 6, 8 passes dan empat volume flow rate atau debit (V c ) yaitu 0,023 m³/s; 0,028 m³/s; 3

0,030 m³/s; 0,032 m³/s untuk mengetahui pengaruh jumlah laluan dengan variasi volume flow rate yang terbaik terhadap unjuk kerja heat exchanger. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah yang ada dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh variasi volume flow rate fluida dingin (V c ) terhadap perubahan perubahan temperatur fluida dingin ( Tc) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass? 2. Bagaimana pengaruh variasi volume flow rate (V c ) terhadap kalor yang diterima fluida dingin (qc ) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass? 3. Bagaimana pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total (U) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass? 4. Bagaimana pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap efisiensi heat exchanger (ƞ) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass? 5. Bagaimana pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap perubahan masa singkong pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass? 4

1.3 BATASAN MASALAH Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen, sehingga terdapat beberapa batasan masalah sebagai berikut : 1. Heat exchanger menggunakan spesifikasi sebagai berikut : Type : Heat exchanger shell and tube, cross-flow and multipass mixed, finned tube Luas Penampang Input (Ai) : 0,002 m² Diameter Luar Tube (D0) Diameter Dalam Tube (Di) Diameter dalam fin (di fin) Diameter luar fin (do fin) Tebal fin (tfin) : 0,02 m : 0,017 m : 0,021 m : 0,032 m : 0,002 m Jumlah Tube (N) : 8 Pada variasi 4 pass : Panjang pipa (L1) : 4 x 0,3 m = 1,2 m Jumlah fin (nfin1) : 96 Pada variasi 6 pass : Panjang pipa (L2) : 6 x 0,3 m = 1,8 m Jumlah fin (nfin2) : 150 5

Pada variasi 8 pass : Panjang pipa (L3) : 8 x 0,3 m = 2,4 m Jumlah fin (nfin3) : 246 2. Beban pengeringan menggunakan singkong 1 kg, dengan parameter yang diambil berdasarkan perubahan massa singkong saja dalam waktu pengeringan selama 30 menit untuk setiap variasinya. 3. Pengujian dilakukan dengan mengunakan blower dengan diameter 2 inchi. 4. Heat exchanger dihubungkan dengan mesin rotary dryer yang memiliki kecepatan putaran 26,1 rpm. 5. Volume flow rate atau debit (V c ) yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0,023 m³/s; 0,028 m³/s; 0,030 m³/s; 0,032 m³/s 6. Sumber panas yang digunakan untuk memanaskan heat exchanger menggunakan kompor gas dengan bahan bakar gas LPG kapasitas 3kg. 7. Kedua fluida yang digunakan adalah udara. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap perubahan perubahan temperatur fluida dingin ( Tc) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass. 6

2. Mengetahui pengaruh variasi volume flow rate (V c ) terhadap kalor yang diterima fluida dingin (qc ) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass. 3. Mengetahui pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap koefisien perpindahan kalor total (U) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass. 4. Mengetahui pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap efisiensi heat exchanger (ƞ) pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass. 5. Mengetahui pengaruh variasi volume flow rate (V c ) fluida dingin terhadap perubahan masa singkong pada heat exchanger dengan jumlah laluan 4, 6, dan 8 pass. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu menjadi salah satu tolak ukur dalam pembuatan mesin pengering baik dibidang akademik maupun dibidang industri. Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu tahapan dari metode pembelajaran mengenai aplikasi teori-teori yang didapatkan selama pendidikan melalui penerapan dilapangan. Penelitian ini diharapkan juga mampu membantu petani khususnya petani singkong untuk mengatasi kedala dalam pengeringan singkong. 7

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Didalam bab I berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Diadalam bab ini berisikan tentang tinjauan pustaka dan dasar teori. Tinjaun pustaka berisikan mengenai uraian sistematis tentang hasil-hasil riset dari peneliti-peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Dasar teori berisikan mengenai teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang berbentuk uraian kualitatif atau model matematis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menerangkan tentang bahan penelitian, alat-alat penelitian, rancangan penelitian, studi literatur, tempat penelitian, dan prosedur penelitian. 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan dari pengujian heat exchanger, diagram hasil penelitian dan pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai penelitian yang dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 9