BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan pembangunan wilayah. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih baik. Dalam prosesnya, pembangunan harus berpijak pada perencanaan strategis yang matang. Dengan perencanaan dilakukan suatu perkiraan (forecasting) mengenai potensi, prospek, hambatan dan resiko yang dihadapi. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif yang terbaik dan memilih kombinasi yang terbaik. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka di era otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah (dalam Kusumastuti;2010). Konsep pertumbuhan ekonomi menjelaskan ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika dilihat dari sisi penawaran. Apabila dari sisi permintaan (demand) yaitu dengan 1
2 memperhitungkan komponen-komponen makro ekonomi berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor sedangkan dari sisi penawaran (supply) dengan memperhitungkan nilai tambah setiap sektor dalam produksi nasional. Perekonomian dibagi menjadi tiga sektor besar, yaitu primer, sekunder dan jasajasa (tersier). Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan PDB atau PNB dari tahun ke tahun. Adapun cara menghitung laju pertumbuhan dilakukan dengan tiga metode yaitu, cara tahunan, cara rata-rata setiap tahun, dan cara compounding factor. Menurut Todaro (dalam Suindyah;2009) pembangunan merupakan suatu proses perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) pada suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan untuk mencapai sebuah kehidupan yang lebih baik. Menurut Todaro ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki, yaitu: (1). Makanan (sustenance), artinya segala sesuatunya yang tidak hanya digunakan untuk mengganjal perut, tetapi juga mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik, (2). Jati diri (self-esteem), artinya adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa pantas dan layak untuk melakukan atau mengejar sesuatu, dan lain-lain. (3). Kebebasan (freedom), artinya kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspekaspek materiil dalam kehidupan ini. Ranis dan Stewart (dalam Suindyah;2009) mengemukakan bahwa pembangunan manusia secara luas didefinisikan sebagai mengusahakan orang-orang untuk menjalani hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih
3 penuh. Secara sempit pembangunan manusia diinterpretasikan sebagai refleksi dari status kesehatan dan pendidikan manusia. Yuniarto (dalam Tribowo;2010) mengatakan Proses pembangunan di Indonesia yang merupakan negara agraris menjadikan sektor pertanian yang sangat penting dalam perekonomian nasional dan sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan nasional Indonesia dan sebagian ekspor Indonesia berasal dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja dan peyediaan kebutuhan pangan dan sandang bagi penduduk. Proses pembangunan yang sedang berlangsung biasanya diikuti dengan perubahan berbagai struktur diantaranya struktur permintaan domestik, struktur produksi, serta struktur perdagangan internasional. Perubahan struktur ini terjadi dari adanya interaksi antara akumulasi dan proses perubahan konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh peningkatan pendapatan perkapita. Dalam pembangunan ekonomi saat ini, sektor pertanian masih sangat diharapkan dapat memberi sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan nasional seperti penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan. (Winoto dalam Masfufah;2015) Sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi termasuk sektor yang sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, baik dari segi pendapatan maupun penyerapan
4 tenaga kerja. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Di samping itu, usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan manusia masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam industrinya. Di Indonesia, pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan. Namun peranan sektor pertanian belum tentu memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang paling besar untuk beberapa daerah tapi untuk sebagian daerah lagi pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat di pandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini di sebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Sukirno (dalam Herianto;2014) mengatakan bahwa penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Dan
5 jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto;1989;12). Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian yang cukup tinggi di bandingkan dengan sektor lain yang ada di pulau jawa. Pertumbuhan sektor pertanian di provinsi Jawa Timur selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1.1. PDRB Provinsi di Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2013( Dalam milyar rupiah) Provinsi 2010 2011 2012 2013 Jatim 51329549 52628433 54463943 55330096 Jabar 42137486 42101055 41801728 43292316 Jateng 34956425 35399801 36712340 37513958 DKI Jakt 304274 306623 309136 314206 DIY 3632681 3555797 3706923 3730297 Banten 6716,03 6910,21 7208,03 7737,73 Sumber : Badan Pusat Statistik;2015 Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukkan daerah sentra produksi komoditi pertanian yang cukup menonjol antara lain yaitu di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki
6 tingkat pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian cukup tinggi yaitu sebesar 5530096 MRp. Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2010 sampai tahun 2013 selalu mengalami peningkatan. Selain PDRB sektor pertanian, modal pembangunan yang sangat penting adalah peran tenaga kerja, bila ada modal maka tenaga kerja sebagai motor penggerak perputaran modal tersebut dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan diikuti dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta memiliki skill yang bagus akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Karena dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah. Berikut prosentase tenaga kerja menurut sekror di Provinsi Jawa Timur: 25% 22% 20% 15% 10% 5% 0% 4% 5% 7% 3% 5% 4% 0% 4% Sumber : BPS Jawa Timur;2015 (data diolah) Gambar 1.1 Prosentase Tenaga Kerja Menurut Sektor Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2013 (%)
7 Gambar di atas menunjukan bahwa sektor pertanian adalah sektor penyerap tenaga kerja tertinggi di provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 22%. Dalam hal ini sangat jelas bahwa sektor pertanian menjadi sektor tumpuan bagi masyarakat untuk sebagai sumber mata pencaharian, namun daya saing produk pertanian yang relatif rendah menjadi alasan utama pentingnya efisiensi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi produk-produk pertanian, terutama yang mempunyai potensi strategis untuk dikembangkan dalam sistem agrobisnis dan agropolitan. Dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian nasional, diperlukan pemanfaatan potensi semua sumber daya baik alam maupun manusia yang ada di seluruh Indonesia terutama dari daerah-daerah di Jawa Timur dalam sentra produksi pertanian dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Provinsi Jawa Timur memiliki sektor pertanian yang berperan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berupa output sektor pertanian atau PDRB sektor pertanian. 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 15% 2% 26% 1% 3% 31% 7% 5% 9% Sumber : BPS Jawa Timur;2015(data diolah). Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2013 (%)
8 Gambar di atas menunjukan bahwa sektor pertanian berada di posisi tertinggi ketiga sebesar 15% dalam PDRB provinsi Jawa Timur setelah perdagangan, hotel,resto sebesar 31% dan Industri pengolahan yaitu sebesar 26%. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian selama kurun waktu empat tahun terakhir telah mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur. 55000000 54000000 53000000 52000000 51000000 50000000 49000000 48000000 47000000 46000000 45000000 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS Jawa Timur;2015 (data diolah). Gambar 1.3 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Data di atas menggambarkan bahwa selama 5 tahun terakhir sektor pertanian Jawa Timur setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup stabil. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat potensial dengan semakin meningkatnya produksi pada sektor pertanian akan meningkatkan pula ketersediaan pangan dan juga lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga
9 pendapatan masyarakat pun akan semakin meningkat dan dengan perlahan masyarakat petani dapat keluar dari barisan masyarakat miskin. Penjelasan diatas menunjukan bahwa provinsi Jawa Timur sangat potensial sektor pertaniannya, walaupun demikian masih banyak pula kendala yang harus di hadapi masyarakat petani misalnya pada saat cuaca buruk, selain itu masyarakat dituntut harus bisa dalam mengelola hasil pertaniannya misalnya dari segi penggunaan tenaga kerja, maupun penggunaan lahan pada sektor pertanian tersebut sehingga masyarakat dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi pertaniannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang diungkapkan di atas, perumusan masalah yang di ajukan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah perkembangan produksi sektor pertanian provinsi Jawa Timur? 2. Apakah Tenaga Kerja dan Luas Lahan sektor pertanian berpengaruh terhadap tingkat produksi sektor pertanian Provinsi Jawa Timur? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan produksi sektor pertanian provinsi Jawa Timur tahun 2010-2013 2. Untuk menganalisa Pengaruh Tenaga Kerja dan Luas Lahan sektor pertanian terhadap tingkat produksi sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur.
10 D. Batasan Masalah Agar pembahasan masalah tidak melebar dan tujuan penelitian bisa tercapai dalam penelitian ini, penelitian hanya membatasi pembahasan produksi sektor pertanian dengan menggunakan data dari PDRB Atas Harga Konstan 2000 tahun 2010-2013. E. Manfaat Penelitian 1. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pembuat kebijakan, terutama kepada pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menentukan langkah kebijakan untuk pengembangan produksi sektor pertanian dan pertumbuhan perekonomian masyarakat. 2. Peneliti lain, untuk penelitian lebih lanjut terkait produksi sektor pertanaian.