BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

30% Pertanian 0% TAHUN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan.

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara. encapaian PDB sektor pertanian sempit (tanaman

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 43,029 persen pada pertengahan tahun 2009 (Daryanto, 2009). Keadaan ini menggambarkan bahwa lahan dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk ditanami oleh berbagai macam tumbuhan sehingga agribisnis sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Sektor agribisnis mencakup tiga bidang, yaitu bidang pertanian, bidang peternakan, dan bidang perikanan. Salah satu bidang agribisnis yang mengalami perkembangan adalah bidang pertanian. Hal tersebut disebabkan, karena pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda Indonesia sehingga banyak masyarakat yang menganggur sehingga tidak mampu membeli daging. Kemudian di tahun 2004 merebak isu flu burung di bidang peternakan dan isu formalin di bidang perikanan, sehingga banyak masyarakat yang memilih bidang pertanian sebagai usaha agribisnis. Bidang pertanian memiliki peran penting di dalam perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang selalu meningkat setiap tahunnya, walaupun kontribusi PDB pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2002 hingga 2006 cenderung menurun setiap tahunnya. Bidang pertanian kembali menunjukkan perkembangannya pada tahun 2007 hingga 2009, angka ini terbilang cukup besar karena pertanian menempati urutan ketiga setelah industri pengolahan dan perdagangan. Pertanian merupakan salah satu bidang di dalam agribisnis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, setidaknya pertanian dapat memperluas lapangan tenaga kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat, membantu di dalam pengentasan kemiskinan, mengurangi fluktuasi dengan mempertahankan stabilitas ekonomi serta meningkatkan devisa dengan ekspor.

Tabel 1. Nilai PDB sektoral dan kontribusinya tehadap PDB nasional tahun 2002-2009 PDB Nominal (Triliun Rupiah) Lapangan Usaha (Sektor) 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian 363,9 (13,1) 430,5 (12,9) 541,9 (14,7) 716,1 (15,4) 858,3 (16,3) 308,3 (11,1) 354,6 (10,6) 440,6 (11,9) 540,6 (11,6) 591,5 (11,2) Industri Pengolahan 771,7 (27,7) 936,4 (28,1) 1068,7 (28,9) 1380,7 (29,7) 1480,9 (28,1) Listrik, Gas dan Air Bersih 26,7 (0,9) 30,4 (0,91) 34,7 (0,94) 40,9 (0,8) 46,8 (0,8) Bangunan 195,8 (7,0) 249,1 (7,5) 305,0 (8,27) 419,6 (9,0) 555,0 (10,5) Perdagangan Hotel dan Restoran Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 430,1 (15,5) 496,3 (14,9) 592,3 (16,0) 691,5 (14,9) 750,6 (14,2) 230,6 (8,3) 271,6 (8,1) 305,2 (8,27) 368,1 (7,9) 404,1 (7,6) Jasa-Jasa 276,8 (9,9) 338,4 (10,1) 398,2 (10,8) 481,7 (10,3) 573,8 (10,9) PDB Total 2.785,0 (100) 2976,7 (89,2) 3686,6 (100) 4639,2 (100) 5261,0 (100) Keterangan: Angka dalam ( ) adalah persentase tehadap PDB Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang pertanian terdiri dari beberapa sub-bidang seperti tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu sub-bidang yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena selain merupakan salah satu kebutuhan konsumsi yang dibutuhkan manusia, komoditas hortikultura juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Komoditas yang termasuk di dalam subbidang hortikultura yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias. Dari data PDB hortikultura (Tabel 2) terlihat bahwa nilai PDB hortikultura setiap tahunnya meningkat, berarti sumbangan hortikultura terhadap perkembangan PDB pertanian setiap tahunnya meningkat. Melihat perkembangannya, potensi pengembangan khususnya tanaman hortikultura memiliki prospek yang sangat cerah. Tabel 2. menunjukkan bahwa buah-buahan merupakan komoditas dari hortikultura yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam PDB hortikultura sejak tahun 2003 hingga 2009, jika dibandingkan komoditas hortikultura yang lainnya. Maka dari itu diperlukan perhatian yang lebih baik lagi agar komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dapat lebih berkembang.

Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2003-2009 Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448 42.362 47.060 50.595 Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694 25.587 28.205 29.005 Biofarmaka 565 722 2.806 3.762 4.105 3.853 4.109 Tanaman Hias 4.501 4.609 4.662 3.734 4.741 4.960 5.348 Total 53.885 56.844 61.792 68.639 76.795 84.078 89.057 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian, 2010 Buah-buahan merupakan komoditas yang termasuk ke dalam sub-bidang hortikultura yang memberikan kontribusi tertinggi di dalam PDB hortikultura setiap tahunnya. Selain itu buah-buahan merupakan salah satu kebutuhan konsumsi yang dibutuhkan manusia dan memiliki kandungan gizi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu buah-buahan layak untuk lebih diperhatikan di dalam pengembangannya. Salah satu jenis buah-buahan yang mulai dikenal dan diminati masyarakat adalah belimbing. Belimbing merupakan komoditas yang saat ini masih memiliki produksi ketiga terendah dari total produksi buah nasional, maka dari itu perlu dilakukan pengembangan, menyangkut peningkatan produksi buah belimbing. Diharapkan, peningkatan produksi tersebut akan berpengaruh terhadap hasil produksi nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai dari PDB hortikultura secara nasional. Salah satu sentra produksi buah belimbing di Jawa Barat yaitu kota Depok. Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa perkembangan buah belimbing di Depok mengalami peningkatan paling signifikan dibanding buah-buahan lain. Di Depok belimbing merupakan komoditas unggulan karena ukurannya yang besar dan rasanya yang manis. Belimbing yang dibudidayakan adalah Belimbing Dewa.

Tabel 3. Produksi Tanaman Holtikultura di Kota Depok Tahun 2007-2009 No. Komoditi Produksi 2007 (Ton) Produksi 2008 (Ton) Produksi 2009 (Ton) 1 Alpukat 104,11 175,70 175,70 2 Belimbing 3.600,77 4.273,20 5.005,10 3 Duku 321,73 545,40 189,30 4 Durian 1.005,80 448,50 843,20 5 Jambu Biji 1.162,10 1.903,40 1.926,70 6 Jeruk Siam 1,30 42,00 22,70 7 Jeruk Besar 2,35 2,00 0,40 8 Mangga 256,05 284,20 270,10 9 Manggis 1,80 99,00 2,90 10 Nangka 116,85 309,50 815,40 Sumber: Dinas Pertanian Depok (2011) Berdasarkan Tabel 3 kita dapat melihat bahwa produksi belimbing di Kota Depok terbilang tinggi dengan jumlah produksi yang meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2009 dibandingkan dengan produksi komoditas lain yang memiliki peningkatan produksi lebih kecil dari belimbing. Berangkat dari pandangan tersebut banyak pelaku agribisnis yang tertarik untuk melakukan usaha pada bidang ini. Salah satu pelaku dalam usaha tanaman belimbing di Kota Depok adalah Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama. Kelompok tani tersebut merupakan salah satu supplier belimbing di Pasar Keramat Jati. Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama terletak di Kecamatan Cimanggis, Kelurahan Tugu Kelapa Dua. Kelompok tani ini merupakan salah satu kelompok tani terbesar di Kecamatan Cimanggis. Penelitian mengenai analisis usahatani diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besarnya potensi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Maju Bersama, sehingga dapat digunakan di dalam pengembangan usaha agribisnis dan peningkatan produksi tanaman belimbing.

Tabel 4. Jumlah Petani dan Jumlah Pohon di Kecamatan Cimanggis No. Kelurahan Kelompok Tani Jumlah Petani Jumlah Pohon 1 Tugu Kelapa Dua Maju Bersama 76 2940 2 Cimpaeun Cimpaeun Jaya 3 200 3 Cilangkap Banjar Sari 2 183 Banjaran Pucung Jaya 4 470 4 Pasir Gunung Selatan Juang Tani 8 128 Sumber: Dinas Pertanian Depok 2009 (Diolah) 1.2. Perumusan Masalah Di Indonesia, jumlah produsen yang mengusahakan tanaman holtikultura berkembang dari tahun ke tahun, terutama di daerah perkotaan seperti di Kota Depok. Di sana mulai banyak usaha tanaman hortikultura yang fokus kepada usaha buah belimbing dengan alasan usaha belimbing memiliki prospek yang cukup baik dan menjanjikan. Oleh karena itu untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi terhadap buah belimbing diperlukan produsen yang mampu memenuhi permintaan komoditas tersebut. Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama merupakan salah satu kelompok produsen yang bergerak di bidang pertanian, khususnya tanaman holtikultura yaitu buah belimbing. Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama memasarkan produknya kepada tengkulak dan pasar tradisional. Jumlah keseluruhan produksi yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama sebesar 3.600 ton pada tahun 2007 dan meningkat hingga mencapai 4.273,2 ton pada tahun 2008. Berdasarkan fenomena itu dapat diasumsikan bahwa pada kondisi tersebut terdapat peningkatan permintaan jumlah belimbing. Peningkatan produksi belimbing masih memungkinkan, karena berdasarkan pengamatan awal di lokasi penelitian terdapat petani belimbing yang luas lahan berbeda tetapi hasil produksinya berbeda yang dapat diartikan bahwa produktivitas lahan di tempat penelitian ada yang rendah dan ada yang tinggi, dengan demikian dapat di perkirakan bahwa di lahan yang sama produktivitas yang rendah dapat lebih ditingkatkan Fenomena ini menimbulkan peluang yang besar dalam bagi sistem pertanian holtikultura, khususnya buah belimbing di Kota Depok. Dapat dilihat

bahwa buah belimbing memiliki prospek yang cerah dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, sehingga diperlukan analisis mendalam yang berkaitan dengan pengembangan sistem produksi buah belimbing di Kota Depok. Pengembangan sistem produksi buah belimbing ini diharapkan dapat meningkatkan produksi buah belimbing sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen di Kota Depok. Jadi pemenuhan kebutuhan konsumen akan dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas dan pengembangan usahatani. Usahatani Belimbing di Depok memiliki Potensi yang besar, hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil produksi di setiap tahun. Tetapi kurangnya peran serta dari petani saat dilakukan penyuluhan dari pemerintah karena keterbatasan waktu mereka bekerja, petani belimbing di Depok kecamatan Cimanggis tidak mendapatkan hasil optimal sehingga hasil produksi dari pertanian belimbing dinilai kurang memberikan keuntungan dan petani hidup dalam kekurangan. Dalam rangka pengembangan usahatani dan peningkatan produktivitas buah belimbing, maka diperlukan suatu analisis mengenai usahatani untuk mengetahui potensi usahatani buah belimbing dewa di Depok. Hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan produktivitas petani belimbing. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 0. Berapa tingkat pendapatan yang diperoleh Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama dari usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok? 1. Bagaimana tingkat faktor-faktor produksi dari tanaman Belimbing Dewa di Kota Depok? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menghitung tingkat pendapatan yang diperoleh Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama dari usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok. 2. Menganalisis tingkat faktor-faktor produksi dari tanaman Belimbing Dewa di Kota Depok.

1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Menambah bahan masukan dan informasi dalam upaya peningkatan produksi, produktivitas dan pengembangan usahatani Kelompok Tani Belimbing Maju Bersama. 2. Penerapan ilmu dan teori tentang ilmu usahatani bagi mahasiswa. 3. Menambah informasi bila ingin melakukan penelitian di ranah yang sama.