BAB I PENDAHULUAN. menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan. keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut Good

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menjelaskan bahwa entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Dengan demikian, setiap instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya. Dalam rangka pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem pelaporan keuangan agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas. Untuk itu, pengembangan akuntansi sektor publik sangat diperlukan guna 1

meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang digunakan untuk mengambil kebijakan dan keputusan. Dalam pengelolaan keuangan negara, transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan adalah hal yang diutamakan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 mewajibkan laporan keuangan direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebelum diserahkan kepada BPK untuk diaudit. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tersebut dilakukan oleh Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/ Kota. Laporan Keuangan yang disajikan harus berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk mencapai pengelolaan 2

keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, Menteri/Pimpinan Lembaga Negara, Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pemerintah daerah yang tujuan rencana kerjanya sudah termaktub dalam rencana kerja untuk jangka waktu yang sudah ditentukan yang selanjutnya dibuatlah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk mendukung pelaksanaan rencana kerja tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja, kepala daerah melaksanakan beberapa fungsi yaitu perencanaan, penyusunan staf, pengarahan dan pengendalian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa pengendalian intern meliputi berbagai kebijakan yaitu, (1) terkait dengan catatan keuangan, (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang memadai, (3) memberikan keyakinan yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan pemerintah. Hasil pemeriksaan keuangan disajikan dalam tiga kategori, yaitu: opini, laporan hasil pemeriksaan SPI, dan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada Semester I Tahun 2014, BPK melakukan pemeriksaan keuangan Tahun 2013 pada 456 LKPD. BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD. 3

Sedangkan atas 1 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini TMP. (IHPS I 2014) Penyebab LKPD memperoleh opini TW, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP, di antaranya: akun aset tetap, kas, belanja modal, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan. Penyebab LKPD memperoleh opini TMP pada umumnya laporan keuangan tidak dapat diyakini kewajarannya dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. Hal tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan, kelemahan pengelolaan yang material pada akun aset tetap, kas, piutang, persediaan, investasi permanen dan nonpermanen, aset lainnya, belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. (IHPS I 2014) Hasil pemeriksaan keuangan Semester I Tahun 2014 atas 456 LKPD Tahun 2013 menunjukkan adanya 5.103 kasus kelemahan SPI yang terdiri atas tiga kategori temuan, yaitu: kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan sebanyak 1.829 kasus, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 2.174 kasus, serta kelemahan struktur pengendalian intern sebanyak 1.100 kasus. (IHPS I 2014) Pengendalian intern sangat penting seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel, mengingat terjadi kerugian negara/daerah akibat tidak efektifnya pengendalian intern. 4

Kasus mengenai kelemahan sistem pengendalian intern Kota Medan berjumlah 10 kasus, 4 kasus tentang kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 6 kasus mengenai sistem pengendalian pelaksanaan APBD dan 0 kasus mengenai kelemahan struktur pengendalian intern. (IHPS I 2014) Kasus-kasus kelemahan SPI pada umumnya terjadi, karena: pejabat/pelaksana yang bertanggungjawab lalai dan tidak cermat dalam menyajikan laporan keuangan, belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai tupoksi masing-masing, belum sepenuhnya memahami ketentuan yang berlaku, lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan, kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak terkait, serta kelemahan pada sistem aplikasi yang digunakan. Selain itu, kasus kelemahan SPI, terjadi karena: pejabat yang berwenang belum menyusun dan menetapkan kebijakan yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur, kurang cermat dalam melakukan perencanaan dan kegiatan, serta belum optimal dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK RI atas LHP sebelumnya. (IHPS I 2014) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan Sumatera Utara, memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP) kepada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Medan Tahun anggaran 2010. Opini ini diberikan karena terdapat penyelesaian pada laporan keuangan Pemko Medan untuk TA 2010. Namun ada pengecualian terhadap laporan masalah asset Pemko Medan yang harus dibenahi. Walikota Medan 5

Rahudman Harahap menyatakan perolehan opini WDP dari BPK ini akan dijadikan motivasi jajarannya untuk lebih meningkatkan pengelolaan keuangan Pemko Medan. Selain itu, kedepannya akan dibentuk tim khusus laporan keuangan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan. (www.waspada.co.id) Anggota DPRD Medan yang tergabung dalam Panitia khusus (Pansus) Ranperda Kota Medan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Medan 2012 berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daeraah (LKPD) menuding pengelolaan keuangan Pemko Medan sangat buruk bahkan amburadul. Pasalnya, dalam laporan keuangan terjadi dua mata anggaran yang berbeda. Seperti laporan yang disampaikan Busral, anggaran di Dinas Pariwisata Tahun 2012 sebesar Rp 29 M lebih dan realisasi sebesar Rp 22 M lebih. Sementara dalam laporan yang disampaikan BPKD Pemko Medan Irwan Ritonga terdapat perbedaan yakni Rp 30 M lebih dan realisasi Rp 26 M lebih. Dari laporan keuangan yang disampaikan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berbeda dengan laporan BPKD. Ini membuktikan kinerja BPKD dengan SKPD sangat bobrok dan tak ada kordinasi. Hal ini cukup berbahaya dan harus disikapi serius dan SKPD harus diingatkan supaya tidak memberikan laporan asal asalan, tegas CP.Laporan yang disampaikan BPKD merupakan laporan administrasi sedangkan yang disampaikan SKPD merupakan yang riil (fakta). Untuk itu, perbedaan laporan harus disikapi serius. (www.deltapariranews.com) 6

Akibat yang ditimbulkan oleh tidak efektifnya pengendalian intern, membutuhkan peran pimpinan instansi pemerintah dan auditor internal untuk menjaga efektifitas pengendalian intern sebagai ikhtiar dalam meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan mencegah tindak KKN. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 PP No. 60 Tahun 2008 diamanahkan agar pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Efektifvitas penerapan pengendalian intern dalam organisasi akan menghasilkan atau menjamin pelaksanaan pembukuan secara obyektif, benar dan dapat dipercaya sehingga dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Dengan adanya pengendalian intern akan mampu mengurangi tingkat kecurangan-kecurangan yang terjadi baik dalam pihak internal maupun pihak eksternal. Perkembangan teknologi dan ekonomi merupakan acuan dasar dalam mewujudkan pengelolaan keuangan daerah, sehingga terciptanya pemerintahan yang baik yang disebut Good Governance. Dengan tercapainya tujuan dari pemerintahan yang baik diharapkan nantinya setiap daerah/wilayah di Indonesia bisa menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik khususnya keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik sangat mendukung dalam hal pembangunan daerah sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat. Salah 7

satunya adalah dengan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah secara jujur dan tanpa rekayasa. Namun faktanya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi pada publik/masyarakat tentang kebenaran dari laporan keuangan tersebut. Seperti berita yang di kutip dari media online, Pemko Medan kembali menjadi kabupaten/kota terkorup di antara seluruh pemerintah daerah di Sumatera Utara (Sumut). Hal tersebut terungkap dalam Refleksi Akhir Tahun 2014 Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumut di Penang Corner, Rabu (31/12) Sore. Menurut Direktur Eksekutif FITRA Sumut, Rurita Ningrum, tabulasi yang dilakukan atas Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2009-2013, pihak Pemko Medan memiliki 121 kasus dengan jumlah kerugian negara senilai Rp182,948 miliar yang belum sesuai dan masih dalam proses tindak lanjut oleh BPK, serta 157 kasus dengan jumlah kerugian negara Rp4,296 miliar yang belum ditindaklanjuti oleh BPK. "Dari IHPS II BPK tahun 2009-2013, Kota Medan telah menyebabkan kerugian negara terbesar di wilayah Sumut, yakni berkisar Rp187,245 miliar," ujarnya. "Jika kinerja penegak hukum seperti ini, FITRA khawatir tuduhan bahwa pejabat-pejabat yang bertanggungjawab atas temuan BPK ini, menjadi ATM-nya (obyek pemerasan, red) dari aparat hukum itu adalah benar. Untuk itu, mari kita sama-sama melihat hal ini dan mengawasinya," sebutnya. (www.limakoma.com) Permasalahan lain yang terjadi adalah, seluruh aparatur Pemko Medan harus benar-benar direformasi baik pola pikirnya, budaya kerjanya dan 8

perilakunya, termasuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi agar mampu menghadirkan tata birokrasi yang benar-benar mampu diaplikasikan kepada masyarakat, kata Wali Kota Medan diwakili Asisten Umum Pemerintahan Setdakot Medan Ikhwan Habibi Daulay. Selama ini birokrasi terkenal dengan kerumitan, tidak efisien, menyulitkan dan bahkan terdapatnya pungutan liar. Kini kita semua harus bertekad untuk menghilangkan stigma yang buruk tersebut dengan pelayanan prima dan pelayanan yang memudahkan masyarakat, ungkapnya. Menurut dia, salah satu output reformasi birokrasi adalah pelayanan yang lebih baik, jelas dan tidak bertele-tele. Reformasi birokrasi dalam bentuk konkritnya menjadikan Pemko Medan sebagai pemerintahan yang good governance. Ikhwan menegaskan agar seluruh instansi di lingkungan Pemko Medan berproses melaksanakan reformasi birokrasi, guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan. Faktor utama dan aktor utama yang turut berperan dalam mewujudkan hal itu tentunya aparatur penyelenggara pemerintahan.(www.analisadaily.com) Penelitian Permana (2011) dengan Judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dan Implikasinya Pada Akuntabilitas (Survei Pada Dinas Kota Bandung). Kesimpulan dari penelitan tersebut adalah Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di dinas Kota Bandung. 9

Darwanis dkk (2012) yang mengatakan bahwa penerapan good governance signifikan terhadap kualitas informasi keuangan. Pelaksanaan good governance pada SKPD di Kota Banda Aceh dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi (keterbukaan), akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga sumber daya daerah yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat. Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan kepemerintahan juga tidak lepas dari masalah akuntabilitas dan tranparansi dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Indriya (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan dengan koefisien determinasi 69,90%. Secara langsung, sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan, sementara kualitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan. Hal ini berarti semakin baik sistem pengendalian intern pemerintah maka kualitas laporan keuangan semakin tinggi, dan semakin tinggi kualitas laporan keuangan maka akuntabilitas keuangan semakin tinggi. Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Efektivitas Pengendalian Intern dan Good Governance 10

Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, efektivitas pengendalian intern dan good governance berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan SKPD di Kota Medan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan good governance terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan. 11

4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan, efektivitas pengendalian intern dan good governance terhadap kualitas laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan. 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk pemerintah Kota Medan, hasil penelitian ini dapat mendorong agar lebih menyadari pentingnya penyajian informasi laporan keuangan yang berkualitas dan menjadi sumbangan pemikiran dan acuan dalam menentukan kebijakan operasional yang berhubungan dengan kualitas laporan keuangan dalam mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. 2. Untuk penulis, diharapkan dapat memberikan dorongan ke arah yang lebih baik dan mampu meningkatkan pemahaman terkait dengan kualitas laporan keuangan daerah. 3. Untuk masyarakat umum, mendorong agar lebih peduli dengan informasi laporan keuangan dari pemerintah, sehingga berpartisipasi dalam mengawasi dan mendorong peningkatan kinerja keuangan pemerintah. 12

4. Untuk peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi terutama bagi yang mempunyai minat untuk mengkaji faktor penentu kualitas informasi laporan keuangan dalam menunjang penyelenggaraan sistem penyusunan pelaporan keuangan yang lebih baik, dengan menambahkan variabel-variabel lain yang belum diteliti. 13