BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan akuntansi dalam bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, desentralisasi dimulai ketika

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam satu periode

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PEDAHULUAN. Pemerintahan Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini perkembangan akuntansi dalam bidang keuangan di Indonesia semakin berkembang. Pengelolaan keuangan sepenuhnya ditangani oleh pemerintah daerah, oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem akuntansi di daerah untuk mengatur segala sesuatunya agar aktivitas pengelolaan keuangan dapat terlaksana secara jujur, transparan, adil, efektif serta efisien. Dalam bidang keuangan perubahan yang signifikan adalah perubahan yang terdapat pada bidang akuntansi pemerintahan yang akuntabel menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Upaya penerapan good governance yang baik, maka haruslah diimbangi dengan good government pula. Maksudnya disini, tidak hanya tata kelola pemerintahan saja yang harus di tekankan baik, namun pemerintah juga harus berlaku baik sebagai pelaku pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kewajiban pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi dalam suatu organisasi. kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan 1

2 atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu (Fahmi:2012). Kinerja pemerintahan merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi pemerintahan yang telah di tetapkan. Dalam mewujudkan kinerja pemerintahan yang memuaskan berupa tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance), pemerintah harus terus melakukan berbagai upaya perbaikan untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, salah satunya dengan penyempurnaan sistem administrasi negara secara menyeluruh (Sutopo dalam LAN, 2002). Salah satu kinerja pemerintahan yang dinilai dalam pemerintahan adalah kinerja keuangan pemerintah daerah. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan / pemerintahan telah melaksanakan dengan baik dan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan suatu pemerintahan daerah merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan yang di analisis dengan alat-alat analisis keuangan yang ada di pemerintahan daerah. Sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Irham Fahmi, 2012:2).

3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan wujud pertanggungjawaban keungan daerah dan merupakan tanggung jawab atas akuntabilitas publik serta merupakan salah satu ukuran keberhasilan kinerja pemerintahan daerah. Untuk mendapatkan laporan keuangan yang baik diperlukan sistem dan prosedur yang memadai serta pedoman akuntansi bagi pegawai pemerinah daerah dalam pengelolaan keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa Opini dari Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Ketika BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), artinya dapat dikatakan bahwa Laporan Keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Laporan Keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Adapun pengertian Laporan Keuangan menurut ahli adalah informasi yang disajikan untuk membantu stakeholders dalam membuat keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa lebih berkualitas (Mahmudi, 2010:12). Menurut Irham Fahmi (2012:3), Dimensi yang digunakan dalam mengukur penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dari tahap-tahap dalam menganalisis kinerja keuangan antara lain adalah melakukan review, melakukan perhitungan, melakukan perbandingan, melakukan penafsiran, mencari dan memberikan pemecahan masalah / solusi terhadap masalah yang ditemukan. Dimensi yang digunakan dalam fenomena ini adalah mencari dan memberikan pemecahan masalah / solusi, dilihat dari hasil opini yang diberikan

4 oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) atas laporan keuangan dengan peringkat Wajar Dengan Pengecualian (WDP), berkaitan dengan fenomena yang terjadi di pemerintahan Kabupaten Bandung Barat yaitu masih belum adanya pemecahan masalah (solusi) atau penyelesaian kasus sehingga Kabupaten Bandung Barat masih mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), pemerintah kabupaten bandung barat gagal dalam meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama beberapa tahun dengan kesalahan yang sama yaitu pada pengelolaan asset yang diberikan oleh BPK RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Kabupaten Bandung Barat. Terdapat fenomena yang terjadi di kabupaten bandung barat yaitu membahas mengenai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Bandung Barat Pada tahun 2014 kembali mendapatkan opini penilaian Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Menurut H. Abubakar selaku bupati Bandung Barat, opini tersebut diraih kembali karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus lebih ditingkatkan lagi. Terutama, menyangkut pengelolaan asset di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang hingga saat ini masih belum ada titik temunya. Menyadari masih adanya kelemahan dalam pemerintah yang dipimpin Abubakar menegaskan akan segera melakukan konsolidasi dan memerintahkan dengan tegas seluruh jajarannya untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama ini secepat mungkin. Dia berharap, Kabupaten Bandung Barat tahun berikutnya bisa lebih baik lagi dan dapat meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

5 (LKPD) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (http://m.republika.co.id/berita/ nasional/daerah) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pun diraih kembali oleh Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2015. AA Umbara Sutisna menilai bahwa pengelolaan aset yang merupakan permasalahan utama selain masalah lainnya yaitu pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di tingkat SD dan SMP serta piutang pajak bumi dan bangunan. Sehingga Pemerintah Kabupaten Bandung Barat gagal dalam meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Itu berarti menunjukan bahwa akuntabilitas keuangan pada tahun 2015 di Kabupaten Bandung Barat masih banyak yang harus dibenahi lagi dan harus ditingkatkan lebih baik lagi agar akuntabilitas keuangan pemerintah daerah bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya, apalagi ini sudah beberapa tahun pemerintah Kabupaten Bandung Barat menerima opini Wajar Dengan Pengecualiaan (WDP) atau telah gagal meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) penilaian pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dari auditor pemerintah atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (www.pikiran-rakyat.com) Berdasarkan fenomena di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kabupaten Bandung Barat masih gagal untuk meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan masih mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), masalah setiap tahunnya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu terkait pengelolaan aset, masalah lainnya yaitu pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta piutang pajak

6 bumi dan bangunan yang tak kunjung selesai. Sehingga menunjukan akuntabilitas keuangan pada pemerintahan Kabupaten Bandung Barat masih kurang baik, dan masih banyak yang harus dibenahi lagi baik dalam perhitungan pencapaian kinerja maupun dalam mencari danb menemukan pemecahan masalah / solusi agar pemerintahan Kabupaten Bandung Barat dapat meraih opini Wajar Tanpa Pengecualiaan (WTP) sesuai dengan diharapkan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat diharapkan untuk lebih memperhatikan kualitas laporan keuangan meliputi tata kelola yang baik, transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan khususnya mengenai pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah agar lebih baik lagi. Akuntabilitas keuangan (financial) sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja keuangan organisasi kepada pihak luar agar lebih transparan. Dengan kata lain akuntabilitas keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan dalam menyajikan dan melaporkan pengelolaan keuangan daerah ke dalam laporan keuangan daerah, baik sebagai bahan evaluasi atas kinerja keuangan pemerintah daerah maupun sebagai gambaran kinerja keuangan atas laporan keuangan pemerintahan. Pengelolaan suatu sistem informasi yang berkualitas akan menghasilkan kinerja pemerintahan yang baik. Sistem informasi adalah salah satu komponen terpenting dalam pemerintahan karena pada dasarnya sistem informasi telah diimplementasikan di banyak perusahaan termasuk dalam pemerintahan dengan biaya yang besar, selain mampu memberikan kemudahan dan menyelesaikan

7 pekerjaan juga mempercepat penyelesaian pekerjaan dan memperkecil jarak dalam penyampaian informasi. Suatu sistem informasi akuntansi yang baik juga sangat diperlukan, karena sistem informasi akuntansi merupakan pendukung utama terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel (accountable), dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif dan dapat di pertanggungjawabkan. Bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang berupa Laporan Keuangan. Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja keuangan (Mardiasmo, 2009:21). Kata akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris yaitu accountability yang berarti keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya, akuntabilitas menggambarkan suatu keadaan atau kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja keuangan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Akuntabilitas juga dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Akuntabilitas keuangan adalah pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan, sasaran

8 pertanggungjawaban ini berupa laporan keuangan yang disajikan dan peraturan perundangan yang berlaku yang mencankup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah (Abdul Halim (2008:254). Fenomena yang terjadi di kabupaten bandung barat yaitu Pemerintah Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2016 mendapat predikat CC atau memperoleh nilai 57,91 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hal ini disebabkan karena masih adanya beberapa aplikasi yang harus di perbaiki lagi, sehingga Pemerintah Kabupaten Bandung Barat masih perlu mendapat perhatian dan masih banyak perbaikan. Walaupun begitu Bupati Bandung Barat Abubakar bersyukur dan menyampaikan terima kasih kepada para pegawainya. Pasalnya, LAKIP Pemkab Bandung Barat memiliki perbaikan paling signifikan dibandingkan pemerintah kabupaten/kota lainnya. http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/01/26/predikat-lakip-dapat-ccbupati-abubakar-tak-kecewa-391804 Pemerintah kabupaten Bandung Barat tahun 2017 mendapat predikat B (baik) dengan nilai 64,88. Itu artinya naik dibandingkan tahun 2016 yang hanya mendapat predikat CC dengan nilai 57,91. Hal itu disebabkan penilaian berdasarkan hasil evaluasi atas LAKIP dan penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil di Pemerintah kabupaten Bandung Barat sudah menunjukkan hasil yang baik.

9 Penilaian tersebut tidak hanya diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, tapi semua pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten/kota, sampai tingkat kementerian. Pencapaian predikat B ini tentunya sangat membanggakan karena mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Itu artinya kinerja Pemkab Bandung Barat semakin membaik dan harus terus membaik," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) KBB Adiyoto di Ngamprah, Selasa (31/1). http://www.galamedianews.com/bandung-raya/177827/sakip-pemkab-bandung-baratdapat-predikat-b.html Dari fenomena di atas dapat dilihat dan dapat kita tarik kesimpulan yaitu bahwa di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat sangat membanggakan karena pada tahun 2017 penilaian kinerja di Kabupaten Bandung Barat sudah lebih baik diantara kabupaten / kota lainnya di Jawa Barat, sehingga Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berhasil mendapat predikat B (baik) dengan nilai 64,88 dan mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mendapat predikat CC dengan memperoleh nilai 57,91 pada tahun 2016. Dan penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintah kabupaten Bandung Barat sudah menunjukkan hasil yang baik. Dimensi yang digunakan dalam fenomena ini yaitu Akuntabilitas Keuangan mengenai penilaian kinerja keuangan, hal ini dapat dilihat dari tingkat efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan anggaran sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan capaian kinerjanya dari tahun sebelumnya.

10 Adapun penjelasan menurut kebijakan tindak lanjut pelaksanaan peraturan presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah menyatakan kategori LAKIP sebagai berikut: Peringkat Nilai AA >90-100 A >80-90 BB >70-80 B >60-70 CC >50-60 C >30-50 D >0-30 Tabel 1.1 Kategori penilaian Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkannya daripada memberantas korupsi. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan Good Government Governance (tata kelola pemerintahan yang baik), telah mendorong pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas. salah satunya yaitu pada akuntabilitas keuangan. Keberhasilan keuangan daerah mempunyai dampak langsung terhadap keberhasilan otonomi daerah dan merupakan berpengaruh besar dalam upaya mewujudkan (tata kelola pemerintahan yang baik) Good Government Governance. (Arso : 2012) Akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah berpengaruh positif dalam mewujudkan terciptanya Good Government Governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Karena untuk mewujudkan pemerintahan menjadi Good Government Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) salah satu upaya penting yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah itu sendiri.

11 Implementasi Good Government Governance (GGG) dalam pemerintahan secara sederhana adalah dengan menerapkan prinsip Good Government Governance (GGG) ke dalam sistem dan pengelolaan pemerintahan daerah dengan baik dan benar. Good Government Governance (GGG) sebagai suatu konsep dalam menjalankan pemerintahan tidak terhenti hanya sampai pemahaman saja, melainkan harus benar-benar diimplementasikan dalam langkah kongkret sehingga dapat memberikan manfaat pada seluruh pihak yang berkepentingan dengan pemerintahan. Oleh karena itu untuk menghasilkan pemerintahan yang baik maka perlu diterapkan konsep Good Government Governance (GGG) secara nyata. Adapun pengertian Good Government Governance (GGG) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik (Mardiasmo, 2009). Menerapkan praktik good government governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good government governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik juga memiliki beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis untuk memulai menerapkan good government governance, misalnya pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua faktor dari unsur good government governance. Penelitian Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat di dalam pemerintahan daerah, yang menuntut pemerintah daerah untuk lebih mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu

12 melakukan perubahan arah dengan cepat, dan memusatkan perhatiannya kepada pelayanan masyarakat. Seperti Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia ini sebagai salah satu pemekaran dari Kabupaten Bandung sesuai Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat menjadi daerah otonom di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bandung Barat mewarisi kurang lebih sekitar 1,4 juta penduduk dari 42,9% wilayah lama Kabupaten Bandung. Sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, sangatlah ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam organisasi, karena sumber daya manusia sebagai faktor yang berperan aktif dalam mencapai visi dan misi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unit kerja di dalam pemerintahan melalui pengukuran kinerja diharapkan pegawai dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat progres yang lebih rendah daripada rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dicapai. Keberhasilan suatu pemerintahan yang baik (Good Government Governance) selain diukur dari kinerja keuangan juga dapat diukur dengan melihat akuntabilitas pengelola keuangannya dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance). Jadi Good Government Governance berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan dan kinerja keuangan karena apabila Good Government Governance baik, maka akuntabilitas pengelola

13 keuangannya akan baik dan kinerja keuangan pemerintah daerahnya pun juga akan baik. Penelitian ini merupakan pengembangan dari judul penelitian Nurhayati Soleha (2014) yaitu Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan (Studi pada SKPD Kabupaten / Kota Provinsi Banten). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi sistem keuangan daerah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap akuntabilitas keuangan, aktivitas pengendalian memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap akuntabilitas keuangan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan pengembangan penelitian terdahulu yaitu pada periode penelitian dan tempat penelitian. Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara variabel tersebut pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Bandung Barat dengan mengambil judul yaitu : Pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) Terhadap Akuntabilitas Keuangan dan Dampaknya Pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Survey Pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka permasalahan yang diangkat untuk dibahas pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

14 1. Bagaimana Implementasi Good Government Governance (GGG) pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 2. Bagaimana Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 3. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 4. Seberapa besar pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 5. Seberapa besar pengaruh Akuntabilitas Keuangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 6. Seberapa besar pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan dan dampaknya pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan diatas, yaitu: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis Implementasi Good Government Governance (GGG) pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat.

15 3. Untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Akuntabilitas Keuangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan dan dampaknya pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Selain itu, dapat juga dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara teori dan praktik yang sebenarnya di dalam Pemerintahan Daerah yang selanjutnya sebagai bahan referensi untuk peneliti lebih lanjut. Selain itu, penulis juga mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan Bandung.

16 1.4.2. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis merupakan penjelasan kepada pihak-pihak mana saja yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan manfaat. Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Pasundan Bandung. Berguna untuk menambah wawasan khususnya mengenai pengaruh Implementasi Good Government Governance terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah, dan juga sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh terutama yang berkaitan dengan judul yang peneliti buat. 2. Bagi Pemerintahan Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan pertimbangan yang bermanfaat bagi pemerintahan daerah, sehingga dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajerial. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi untuk membantu dan memberikan gambaran lebih jelas bagi para peneliti yang melakukan penelitian lanjutan tentang bagaimana pengaruh Implementasi Good Government Governance (GGG) terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

17 Pengertian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Sutrisno (2009:53) tentang pengertian kinerja keuangan adalah sebagai berikut : Kinerja Keuangan adalah prestasi yang dicapai perusahaan / pemerintahan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan / pemerintahan tersebut. Menurut Irham Fahmi (2012:2) Kinerja Keuangan yaitu : Kinerja Keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana sutau perusahaan / pemerintahan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai peruasahaan / pemerintahan dalalm suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan suatu perushaan / pemerintahan, dengan menggunakan peraturan-peraturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar serta mengacu pada standar yang telah di tetapkan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di kantor Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat yang beralamat di Jalan Padalarang Cisarua KM. 2 Desa Mekarsari, Kec. Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dan peneliti juga menggunakan pendekatan survey pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat, dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai objek yang akan diteliti, maka waktu penelitian dilaksanakan peneliti pada waktu yang

telah ditentukan oleh Pemerintah hingga selesai. 18