BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara masalah kepribadian sangat erat kaitannya dengan tingkah laku manusia. Hal yang dipelajari di dalam psikologi kepribadian tidak lain adalah tingkah laku manusia dengan tujuan memahaminya lebih dalam. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks sekaligus tidak dapat dipahami karena keunikannya. Dari sekian banyaknya manusia yang hidup di bumi ini, tidak akan ada dua orang yang persis sama, bahkan dua orang kembar sekalipun. Oleh karena itu, tujuan utama dari psikologi kepribadian adalah mempelajari manusia secara menyeluruh. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian dari ilmu psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran atau temuan-temuan para ahli. Objek kajian kepribadian adalah manusia dan perilakunya, yang pembahasannya terkait apa, mengapa, dan bagaimana perilaku manusia tersebut (Yusuf, 2007: 1). Meskipun sudah jelas, bahwa kepribadian itu mempunyai arti deskripsi, namun masih ada kemungkinan pendeskripsian itu ditinjau dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan orientasi di lapangan, ditemukan bermacam-macam teori berkaitan dengan psikologi kepribadian. Teori-teori tersebut adalah hasil pemikiran dan temuan para ahli dalam mempelajari dan mengamati tingkah laku manusia. 1
2 Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi. Sebab, sebagaimana yang telah diketahui bahwa sastra berhubungan dengan dunia fiksi, sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku dan kejiwaan manusia. Akan tetapi, keduanya memiliki kesamaan yaitu berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai objek kajian. Bedanya, dalam Psikologi bersifat nyata sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Adapun yang menjadi objek penelitian psikologi sastra adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku (Psikologis) tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca, maupun psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif (saat menciptakan karya sastra). Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktifitas kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya (Endraswara, 2008: 96). Dalam mengkaji karya sastra dengan pendekatan psikologi, peneliti dapat mengkaji perilaku dari setiap tokoh. Hal ini dikarenakan dengan mengkaji perilaku tokoh, maka akan mudah untuk mengetahui aspek-aspek kejiwaan tokoh tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Walgito (dalam Sukada 1987: 138), psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari dan menyelidiki tingkah laku atau perilaku manusia. Perilaku dan aktifitas manusia tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya. Tokoh dengan segenap perilaku yang diciptakan pengarang dalam sebuah karya sastra merupakan gambaran kehidupan nyata yang dituangkan dalam sebuah tulisan setelah memperoleh proses kreatif, imajinatif, dan kontemplasi. Adanya sifat
3 fictionaly (sifat mengkhayalkan), invention (penemuan dan penciptaan), dan imagination (mengandung kekuatan menyatukan angan untuk mencipta) sebagai hakikat seni sastra (Pradopo, 1994: 35). Salah satu karya sastra yang mengangkat realitas kehidupan manusia dengan segenap permasalahannya adalah novel. Pengarang sebuah novel berusaha menggali imajinasi untuk menciptakan sebuah cerita. Imajinasi menurut Esten (1987: 17) adalah daya bayang, daya fantasi, daya khayal, tetapi bukanlah khayalan atau lamunan, ia tetap berpangkal dari kenyataan-kenyataan dan pengalaman-pengalaman. Melalui tokoh yang diciptakannya, pengarang seolah mengajak pembaca untuk bisa merasakan peristiwaperistiwa yang terjadi baik peristiwa yang bersifat menyenangkan, menyedihkan, bahkan menegangkan. Tokoh dalam sebuah novel merupakan daya tarik bagi pembaca. Untuk itu, seorang pengarang berusaha menghidupkan cerita dengan menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki sifat atau kepribadian yang mungkin dapat dijumpai dalam kehidupan nyata. Salah satu teori dalam psikologi yang mengkaji kepribadian manusia adalah teori yang terpusat pada pribadi yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Dalam teorinya, Rogers (dalam Schultz, 1995: 43) berpendapat bahwa kebermaknaan terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional di mana kepribadian terus-menerus bertumbuh. Kepercayaan dan keyakinan Rogers akan pengalaman diri sendiri menjadi sendi pendekatan Rogers terhadap kepribadian sekaligus merupakan kelebihan dari teori yang dikemukakannya.
4 Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat psikologis kita. Akan tetapi meskipun pengalaman masa lampau merupakan bagian dari kehidupan setiap individu, Rogers berpendapat bahwa cara pandang individu terhadap masa sekarang jauh lebih penting daripada berlarutlarut mengingat masa lampau. Hal tersebut yang membedakan teori Rogers dengan teori-teori lain. Freud menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia dipandang tak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri. Carl Gustav Jung berpendapat bahwa tingkah laku individu dibimbing oleh masa lampau sebagai aktualitas. Gordon Allport mengatakan bahwa orang yang sehat bebas dari paksaanpaksaan masa lampau, mereka dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang, oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pengalaman masa lampau bukanlah hal yang penting untuk diingat dan dijadikan pegangan dalam memandang masa depan (Yusuf, 2007: 40). Adler (dalam Suryabrata, 2010: 186) mengemukakan pendapat bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampau. Selain penghargaan terhadap pengalaman, kelebihan dari teori Carl Rogers adalah menempatkan dorongan aktualisasi sebagai salah satu kebutuhan yang fundamental (dalam Baihaqi, 2008: 139). Aktualisasi diri berproses secara tetap dan berkesinambungan serta merupakan tujuan yang sangat penting dalam kehidupan individu. Dan ketika proses aktualisasi diri individu mulai berlangsung, maka
5 individu tersebut dapat melangkah maju ke tujuan akhir yaitu menjadi pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah penggambaran individu yang menggunakan kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya (Baihaqi, 2008: 146). Pribadi seperti ini pada umumnya dimiliki oleh individu yang pada masa kanak-kanak menerima cinta, kasih sayang, dan penghargaan positif (positive regard) dari orang tua utamanya ibu. Berbeda dengan tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari yang sejak kecil tidak pernah mendapat kasih sayang dan penghargaan yang cukup dari orang tua, karena sejak bayi Ia tinggal di Vihara dan diasuh oleh seorang penjaga Vihara. Meskipun demikian, Ia tetap realistis menjalani kehidupan dengan berusaha menjadi individu yang sehat secara psikologis. Atas pertimbangan tersebut, maka peneliti menggunakan novel Akar karya Dewi Lestari sebagai objek penelitian dan merumuskan penelitian dengan judul Kajian Psikologi Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari (Tinjauan Teori Kepribadian Carl Rogers). Penggunaan teori kepribadian Carl Rogers dalam penelitian ini karena teori ini menitikberatkan pengalaman sebagai tolok ukur dalam perkembangan pribadi seseorang, sehingga untuk mengungkap lebih jelas kepribadian tokoh utama yang diwarnai pengalaman dalam hidupnya, peneliti meninjau melalui sudut pandang teori kepribadian yang dikemukakan oleh Carl Rogers.
6 Penelitian yang mengkaji tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Meinina Hasta Dwiarini dengan judul Kepribadian Tokoh Utama Novel Supernova 2.1: Akar Karya Dewi Lestari (Telaah Psikoanalisis Sigmund Freud). Penelitian tersebut menitikberatkan pada struktur kepribadian dan dinamika kepribadian tokoh utama diantaranya mencakup (1) struktur kepribadian tokoh utama yang meliputi id, ego, dan superego, (2) dinamika kepribadian tokoh utama yang meliputi naluri, distribusi penggunaan energi, dan kecemasan, (3) struktur kepribadian tokoh utama yang meliputi identifikasi, pemindahan objek, mekanisme pertahanan ego, dan fase perkembangan seksual. Hal yang membedakan dengan penelitian ini yaitu pada teori yang digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud, sedangkan penelitian ini menggunakan teori kepribadian Carl Rogers yang memfokuskan pada karakteristik pribadi yang berfungsi sepenuhnya. 1.2 Fokus Permasalahan Syarat utama timbulnya kepribadian sehat atau berfungsi sepenuhnya adalah penerimaan penghargaan positif tanpa syarat atau unconditional positive regard pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Tetapi bukan berarti bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada, dalam arti anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati (Schultz, 1995: 49). Akan tetapi, orang tua tidak selalu mereaksi setiap tingkah laku anak
7 dengan penghargaan yang positif. Apabila tingkah laku anak itu mengganggu, menjengkelkan, atau membosankan maka orang tua pada umumnya akan mencela bahkan memberikan hukuman. Berdasarkan pengalaman itu, anak belajar bahwa cinta kasih atau penerimaan orang tua bergantung kepada tingkah laku tertentu, yang disetujui orang tua akan mendapat penghargaan, sementara yang ditolak tidak mendapat penghargaan. Anak yang dikembangkan dalam suasana tersebut akan mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan diri dan sulit untuk menjadi individu yang berfungsi secara penuh. Sedangkan anak yang tumbuh dengan penghargaan positif tanpa syarat atau unconditional positif regard, bebas mengaktualisasikan diri dan menjadi individu yang berfungsi sepenuhnya (Yusuf, 2007: 148). Fokus permasalahan ini yaitu pada karakteristik pribadi yang berfungsi sepenuhnya yang dikemukakan Rogers, yaitu: 1. Adanya keterbukaan pada pengalaman Memiliki kesadaran akan semua pengalaman dan tidak ada pengalaman yang ditolak atau dilawan karena tak ada satu pun yang mengancam. Hal ini berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalamanpengalaman yang diberikan kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan dan ungkapan baru. 2. Berada dalam kehidupan eksistensial Senantiasa hidup dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasakan segar dan baru. Sesuatu yang dialami seperti sebelumnya belum pernah ada,
8 kemudian direspon dengan cara yang tidak persis sama. Maka dalam setiap momen kehidupan selalu ada kegembiraan, karena setiap pengalaman dapat tersingkap secara segar. 3. Kepercayaan terhadap organisme diri sendiri Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Dalam tingkah laku yang demikian itu, terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya. 4. Memiliki perasaan bebas Bebas untuk memilih dan bertindak tanpa paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan bergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Karena merasa bebas dan berkuasa ini, maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan, dan mereka merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya. 5. Senantiasa kreatif Mengungkapkan diri dalam produk yang kreatif serta kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupannya. Bertingkah laku spontan, senantiasa berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus yang beraneka ragam (Baihaqi, 2008: 146).
9 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.3.1 Bagaimana karakteristik pribadi tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari dalam pandangan teori Rogers? 1.3.2 Bagaimana cara pengarang mengungkapkan kepribadian tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1.4.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pribadi tokoh utama dalam novel Supernova episode Akar karya Dewi Lestari. 1.4.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel Akar, yaitu: 1. Karakteristik pribadi tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari dalam pandangan teori Rogers. 2. Cara pengarang mengungkapkan kepribadian tokoh utama dalam novel Akar karya Dewi Lestari.
10 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini yaitu dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang teori psikologi kepribadian dan penerapannya dalam pengkajian karya sastra. Selain itu diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkuliahan sastra dan memberikan pemahaman secara detail tentang kepribadian tokoh dalam sebuah karya sastra (novel). 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan rujukan bagi pembaca agar dapat merefleksikan kepribadian sehat yang berfungsi sepenuhnya dalam kehidupan. Disamping itu, dapat digunakan sebagai bahan pengajaran khususnya terkait dengan mata kuliah yang berhubungan dengan psikologi sastra dan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengerjakan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan kepribadian. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksud untuk menghindari adanya kesalahpahaman definisi istilah terhadap masalah yang akan diteliti. Maka perlu ditegaskan beberapa istilah berikut:
11 1. Psikologi adalah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal (Wade, 2007: 3). 2. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terorganisir dan terdiri atas disposisi-disposisi psikhis serta fisis yang memberikan kemungkinankemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lainnya (Kartono, 1980: 7) 3. Psikologi kepribadian adalah studi ilmiah yang mempelajari kekuatan-kekuatan psikologis yang membuat masing-masing individu unik (Friedman, 2008: 2). 4. Teori kepribadian adalah seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya (Yusuf, 2007: 5). 5. Teori kepribadian Carl Rogers adalah teori fenomenologis yang memberikan tekanan kuat pada pengalaman-pengalaman sang pribadi, perasaan-perasaan dan nilai-nilainya, dan semua yang teringkas dalam ekspresi kehidupan batin (Supratiknya, 1995: 126). 6. Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah karakteristik pribadi individu yang dikemukakan Rogers yang meliputi: keterbukaan pada pengalaman, berada dalam kehidupan eksistensial, kepercayaan terhadap organisme diri sendiri, memiliki perasaan bebas, dan senantiasa kreatif (Baihaqi, 2008: 146). 7. Tokoh utama adalah seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita atau disebut sebagai tokoh inti (Aminuddin, 1987: 79).
12 8. Akar merupakan novel bagian pertama dari episode kedua Supernova yang disebut sebagai novel Intelegensi Embun Pagi (Lestari, 2002) 9. Dewi Lestari adalah seorang penulis kelahiran Bandung yang menulis novel terkenal berjudul Supernova. Novel Akar merupakan karya keduanya sesudah Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.