1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berbasis pertanian. Sebagian warga negaranya masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Pada umumnya warga di pedesaan memiliki usaha tani yang berskala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri yang dilakukan secara tradisional dengan tenaga manusia dan hewan untuk pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang masih menggunakan tenaga manusia dan hewan, butuh peranan mekanisasi pertanian berupa traktor sebagai sumber tenaga yang diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimal dalam usaha tani milik warga pedesaan (Sakai, 1998). Penggunaan lahan pertanian yang ditanami padi di Kabupaten Kulon Progo dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Luas penggunaan lahan (ha) tersebut setiap tahunnya berkurang. Menurut Badan Pusat Statistik Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, jumlah luas lahan sawah irigasi dan tadah hujan pada tahun 2010 sebesar 10.304 ha, tahun 2011 sebesar 10.304 ha, tahun 2012 sebear 10.299 ha, tahun 2013 sebesar 10.297 ha, dan tahun 2014 sebesar 10.296 ha. Perubahan lahan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013-2014 berkurang sebesar 0,02 %. Berkurangnya lahan pertanian dipengaruhi
2 oleh beberapa faktor, salah satu faktornya yaitu jumlah penduduk yang semakin bertambah. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dibutuhkan lahan yang luas untuk pembangunan rumah maupun infrastruktur. Guna mencukupi lahan pembangunan yang luas maka digunakan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut. Semakin bertambahnya pembangunan maka lahan pertanian akan semakin berkurang (Anonim 1, 2014). Sebagian petani di Kabupaten Kulon Progo sudah beralih dari pengolahan tanah konvensional ke pengolahan tanah menggunakan alat/mesin. Alat/mesin pengolah tanah yang digunakan di daerah tersebut yaitu traktor roda dua dan traktor roda empat. Menurut data Badan Pusat Statistik Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo tahun 2010-2014, penggunaan traktor roda dua di setiap tahunnya meningkat. Seperti data dari Badan Pusat Statistik berikut, jumlah traktor roda dua pada tahun 2010 berjumlah 525 unit, tahun 2011 berjumlah 536 unit, tahun 2012 berjumlah 580 unit, tahun 2013 berjumlah 608 unit, dan tahun 2014 berjumlah 718 unit. Peningkatan penggunaan traktor roda dua pada tahun 2013-2014 sebesar 18,09 %. Peningkatan ini merupakan usaha pemenuhan kebutuhan traktor tangan untuk mengolah tanah di lahan pertanian. Penggunaan traktor roda empat di wilayah Kabupaten Kulon Progo masih sedikit, menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa pada tahun 2010 berjumlah 1 buah, tahun 2011 berjumlah 1 buah, tahun 2013 berjumlah 1 buah, dan tahun 2014 tidak ada. Penggunaan traktor roda empat
3 yang sedikit, dikarenakan luas sawah di daerah kabupaten ini berpetak petak dengan ukuran kecil dan sedang (Anonim 1, 2014). Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010 2014 mengalami kenaikan dan penurunan. Menurut data Badan Pusat Statistik Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, produksi padi pada tahun 2010 berjumlah 106.857 ton, tahun 2011 berjumlah 133.100 ton, dan tahun 2012 berjumlah 135.238 ton. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa produksi padi pada tahun 2010 2012 mengalami kenaikan. Tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 26.243 ton dan tahun 2011 2012 sebesar 2.138 ton. Pada tahun 2013 produksi padi berjumlah 114.702 ton, sehingga tahun 2012-2013 mengalami penurunan produksi padi sebesar 20.536 ton. Pada tahun 2014 produksi padi berjumlah 121.710 ton, sehingga pada tahun 2013 2014 produksi padi mengalami kenaikan sebesar 7.008 ton atau 6,11 %. Produksi padi yang mengalami kenaikan dan penurunan ini, salah satu faktornya dikarenakan proses pengolahan tanah yang kurang maksimal (Anonim 1, 2014). Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010 2014 mengalami kenaikan dan penurunan, seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Kenaikan dan penurunan produksi padi setiap tahunnya dapat dipengaruhi saat proses pengolahan tanah. Pengolahan tanah tidak maksimal yaitu mengolah tanah di lahan pertanian yang tersedia tetapi tidak terselesaikan sampai jangka waktu tersedia pengolahan tanah di wilayah tersebut. Proses pengolahan tanah yang tidak maksimal akan mempengaruhi
4 hasil produksi padi, maka dari itu dibutuhkan penambahan traktor dengan kapasitas kerja yang sesuai. Traktor dengan kapasitas kerja yang sesuai diharapkan dapat mengolah tanah pada waktu yang tersedia untuk pengolahan tanah di daerah tersebut. Jumlah traktor di wilayah Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2014 sebanyak 718 unit dengan luas lahan pertanian sebesar 9.806 ha. Waktu yang tersedia untuk pengolahan tanah umumnya berkisar 18 hari dan kapasitas kerja traktor tangan sebesar 2 hari/ha (Ciptohadijoyo, 2007), oleh karena itu di wilayah Kabupaten Kulon Progo kebutuhan traktornya belum tercukupi. Sebesar 34,1 % dari luas lahan di Kulon Progo perlu masukan traktor dan 65,8 % dari luas lahan total sudah diolah menggunakan traktor, maka dari itu dilakukan penelitian mengenai jumlah kebutuhan traktor yang terdapat di wilayah tersebut. Pengolahan tanah menggunakan traktor roda dua di Kabupaten Kulon Progo pemberian upahnya yaitu setiap 1000 m 2 dibayar sebesar Rp 120.000,00 atau Rp 1.200.000,00/ha. Biaya upah tersebut masih dibagi lagi oleh para petani pemilik traktor, 75 % dari biaya upah digunakan untuk biaya operasional dan 25 % adalah keuntungan dari pemilik traktor. Waktu yang tersedia untuk pengolahan tanah umumnya berkisar 18 hari dan kapasitas kerja traktor tangan sebesar 2 hari/ha (Ciptohadijoyo, 2007). Kabupaten Kulon Progo memiliki tiga kali musim tanam dalam setahun, sehingga para petani pemilik traktor dalam setahun dapat memperoleh keuntungan berkisar Rp 10.000.000,00. Dari pernyataan di atas perlu dilakukan penelitian
5 mengenai analisis keuntungan per tahun terhadap masukan traktor, yang bertujuan untuk mengetahui apakah traktor masukan dapat memperoleh keuntungan lebih banyak atau tidak. Para petani dan kelompok tani di daerah Kabupaten Kulon Progo dalam menggunakan traktor belum mempertimbangkan luas lahan, waktu pengolahan tanah, kapasitas kerja traktor dan biaya modal awal. Penambahan kebutuhan traktor di daerah tersebut perlu mempertimbangkan hal hal di atas. Dengan mempertimbangkan hal di atas diharapkan petani dan kelompok tani dapat memperoleh keuntungan yang maksimal serta dapat mengolah lahan sesuai dengan waktu efektif pengolahan tanah dalam satu musim tanam. Peningkatan traktor untuk mengolah sawah di Kabupaten Kulon Progo perlu dikaji lebih lanjut. Terkait jumlah kebutuhan traktor untuk mengolah lahan, jenis traktor yang sesuai di wilayah tersebut, dan jumlah keuntungan per tahun apabila menggunakan traktor masukan. Diharapkan dalam mengolah tanah di Kabupaten Kulon Progo lebih maksimal dan akan mempengaruhi produkivitas padi serta menguntungkan bagi petani. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian tentang analisis kebutuhan traktor pada lahan sawah di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan 3 (tiga) pokok permasalahan terkait dengannya, sebagai berikut : a. Berapakah jumlah traktor yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan traktor di wilayah Kabupaten Kulon Progo? b. Apa jenis traktor yang sesuai berdasarkan waktu pengolahan tanah, luas lahan sawah dan biaya awal/modal di wilayah Kabupaten Kulon Progo? c. Berapakah jumlah keuntungan per tahun penggunaan traktor yang sesuai dalam mengolah tanah di wilayah Kabupaten Kulon Progo? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang dilakukan guna menjawab rumusan masalah tersebut yaitu : a. Menghitung jumlah kebutuhan traktor pada setiap wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan traktor yang direkomendasikan. b. Merekomendasikan jenis traktor yang sesuai berdasarkan waktu pengolahan tanah dan luas lahan sawah di wilayah Kabupaten Kulon Progo. c. Menghitung keuntungan per tahun penggunaan traktor yang direkomendasikan di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
7 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi untuk mengetahui kebutuhan traktor yang berada di wilayah Kabupaten Kulon Progo, selain itu dapat dipakai sebagai rekomendasi jenis traktor yang sesuai di wilayah Kabupaten Kulon Progo. 1.5 Batasan Sistem Dasar pemilihan traktor yang direkomendasikan di wilayah Kabupaten Kulon Progo hanya memperhatikan luas lahan yang diolah menggunakan traktor, waktu yang tersedia dalam pengolahan tanah, dan biaya awal dalam menggunakan traktor. Traktor yang direkomendasikan selain memperhatikan hal hal di atas juga melihat apakah jenis traktor tersebut masih diproduksi oleh pabrik. Pemilihan traktor tidak mempertimbangkan jenis tanah, topografi daerah, aspek sosial budaya, dan aspek ergonomis. Perhitungan jumlah kebutuhan traktor di wilayah Kabupaten Kulon Progo dihitung berbasis kecamatan. Traktor yang bekerja dianggap hanya melakukan pengolahan tanah pada satu daerah tanpa melakukan aktivitas di tempat lain. Waktu yang tersedia untuk pengolahan tanah di wilayah tersebut juga dianggap mulainya secara serentak dan selesai secara serentak, sehingga tidak dihitung masukan alat dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Perhitungan keuntungan per tahun traktor rekomendasi hanya menentukan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Dalam penelitian tidak dilakukan analisis profitability index, payback period, benefit cost ratio, dan penentuan break event point. Analisis keuntungan per tahun dalam penelitian
8 dimaksudkan untuk memberikan gambaran keuntungan per tahun apabila menggunakan traktor yang direkomendasikan.