BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia kerja sangat pesat, baik itu menciptakan lapangan kerja sendiri maupun bekerja di perusahaan-perusahaan tertentu. Hal ini menuntut masyarakat, khususnya usia produktif memiliki sebuah keahlian atau keterampilan khusus yang mampu menunjang karirnya sehingga mampu bersaing dengan yang lain. Pada era dunia usaha dan dunia industri (DUDI) saat ini, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas serta dapat diandalkan oleh perusahaan/lembaga tertentu sebagai pendorong bagi perusahaan/lembaga untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki nilai jual tinggi dan berkualitas agar perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga tertentu tertarik dan berminat untuk merekrut mereka. Berdasarkan Pusat Data Statistik Pendidikan Kemendikbud tahun 2014 jumlah anak putus sekolah (drop out) SMK/SMU/SMA ditambah lulusan SLTP, SLTA tidak melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi tahun 2013 sebesar 2.023.222 anak. Sedangkan, menurut berita resmi statistik BPS pada tanggal 2 Januari 2015 menyatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia pada September 2014 sebesar 27,73 juta jiwa atau sebesar 10,96% dari total penduduk Indonesia. Begitupula pada tanggal 5 November 2014 BPS menyatakan bahwa pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2014 sebesar 7,24 juta jiwa atau 5,94% dari jumlah angkatan kerja sebesar 121,87 juta jiwa (Juknis PKH, 2015, hlm. 1). Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang disusun secara sistematis di luar sistem persekolahan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap dalam rangka mewujudkan pendidikan sepanjang hayat. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan 1
2 nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Ciri yang membedakan pendidikan nonformal dan pendidikan formal adalah keluwesan program pendidikannya yang berkenaan dengan waktu, tempat, lama belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan, dan cara penilaian hasil belajar. Permendikbud Nomor 81 Tahun 2013 Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 butir ke empat menyatakan bahwa Lembaga Kursus dan Pelatihan selanjutnya disebut LKP adalah satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus merupakan satuan pendidikan luar sekolah, dimana kursus berfungsi sebagai penambah apabila masyarakat ingin menambah pengetahuan dibidang yang sama sehingga dengan mengikuti kursus diharapkan masyarakat memiliki bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, pada Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan bahwa satuan PNF adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan nonformal. Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat (4) disebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis. Pada umumnya, masyarakat memandang bahwa kursuslah yang efisien secara sosial-ekonomis daripada sekolah. Masyarakat beranggapan bahwa: (a) kursus memiliki nilai tambah untuk memenangkan persaingan dalam mencari pekerjaan, (b) kursus merupakan modal utama dalam mencari pekerjaan, (c)
3 kursus memberikan bekal keterampilan siap pakai, dan (d) kursus dapat memenuhi kebutuhan yang tidak diberikan di sekolah. (Komar, 2006, hlm. 201) Masyarakat mengikuti sebuah kursus bertujuan untuk mengembangkan diri dan memperoleh suatu keterampilan tertentu sesuai dengan jenis kursus yang diikutinya. Adapun berbagai jenis kursus yang berkembang di Indonesia, antara lain kursus menjahit, kursus komputer, kursus kecantikan, kursus otomotif, kursus tata boga, dan lain sebagainya. Kursus dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat, baik itu usia sekolah maupun orang dewasa yang karena tuntutan pekerjaan atau dalam rangka memperoleh suatu pekerjaan sehingga ia mengikuti kursus agar mendapat keahlian tertentu. Menurut Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan sekaligus Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI), Wartanto, pada tahun 2010 tingkat pengangguran di Indonesia masih berkisar 8,14 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun pada akhir tahun 2011, sehingga menjadi sekitar 7,7 juta jiwa. Sementara itu, dari total peserta yang terdidik oleh lembaga kursus, ternyata 78% bekerja dan 9% merintis usaha. Dengan demikian, masyarakat yang mengikuti kursus tertentu dapat memperoleh kecakapan hidup atau life skills sesuai dengan kursus yang diikutinya sehingga mampu bersaing secara sehat dalam memperoleh suatu pekerjaan guna meningkatkan taraf hidupnya. (Triyana, 2012, hlm. 25) Dihimpun dari website Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUDNI dan Dikmas Kemendikbud tentang program pendidikan kewirausahaan masyarakat, disebutkan dalam laporan penelitian World Economic Forum pada tahun 2011 yang bertajuk The Global Entrepreneuralship and Successful Growth Strategies of Early Stage Companies, menunjukkan bahwa 1% dari total 380.000 perusahaan top dunia di 10 negara memberikan kontribusi sebesar 44% dari total penghasilan mereka kepada negara dan 40% memberikan lapangan kerja dan 5% dari perusahaan-perusahaan teratas tersebut memberikan kontribusi 72% dari jumlah total penghasilan mereka dan 67% terhadap penyediaan lapangan kerja. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mendorong tumbuhnya kewirausahaan masyarakat melalui program pendidikan kewirausahaan dalam
4 bentuk regulasi dan implementasi di lapangan, diantaranya melalui Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Presiden Republik Indonesia juga telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional pada Februari 2011. Melalui program kewirausahaan masyarakat ini diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran yang menurut data BPS bulan Agustus 2011, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 7,7 juta orang (6,56%) dari total angkatan kerja sekitar 117,37 juta orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar berada di pedesaan. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan para penganggur tersebut, 3,56% berpendidikan SD ke bawah, 8,37% berpendidikan SLTP, 10,66% berpendidikan SMA, 10, 43% berpendidikan SMK, 7,16% berpendidikan Diploma, dan 8,02% berpendidikan Sarjana. (http://www.infokursus.net/pkbs.php?cat=pkm) Indonesia merupakan negara berkembang yang seiring berjalannya waktu mengikuti perkembangan zaman. Kini, dalam menghadapi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) telah terselenggara berbagai LKP di Indonesia. Dihimpun dari Website Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen PAUDNI dan Dikmas Kemendikbud, ditemukan 19395 lembaga kursus di semua provinsi, semua klasifikasi, LKP aktif dan tidak aktif, baik yang sudah diverifikasi maupun belum. Sedangkan, pada web yang sama ditemukan 2727 lembaga kursus di Jawa Barat, semua klasifikasi, LKP aktif dan tidak aktif, baik yang sudah diverifikasi maupun belum. LKP IKMA Majalaya merupakan salah satu LKP yang terdapat di Kabupaten Bandung tepatnya di Jalan Raya Laswi No. 203 Majalaya. LKP IKMA memiliki berbagai program yang diselenggarakan, yaitu kursus komputer, akuntansi, bahasa inggris dan bimbingan belajar. Pada kursus komputer, LKP IKMA menyediakan beberapa program, antara lain kursus komputer aplikasi perkantoran, kursus komputer desain grafis, kursus komputer pemograman, kursus komputer akuntansi, dan kursus komputer satu tahun/setara D1. LKP IKMA juga telah menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, baik itu instansi swasta maupun pemerintah. Bentuk kerjasama yang selama ini dijalankan berupa pelatihan dan kursus tentunya semua biaya operasional dibiayai oleh pihak swasta
5 atau pemerintah yang menjalin kerjasama. Begitupun dengan program pendidikan kewirausahaan masyarakat, LKP IKMA telah menyelenggarakan program tersebut pada tahun ini melalui kursus komputer desain grafis dan telah melahirkan lulusan yang kini membuka usaha sendiri atau berwirausaha dibidang desain grafis. (Studi Dokumentasi, Majalaya 2016) Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melaksanakan penelitian di LKP IKMA Majalaya terkait pengelolaan pembelajaran kursus dalam menumbuhkan kemampuan berwirausaha lulusan melalui kursus komputer desain grafis. B. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang masalah dan hasil studi eksplorasi di lapangan, maka teridentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tingkat pengangguran di Indonesia Menurut Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan sekaligus Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI), Wartanto, pada tahun 2010 tingkat pengangguran di Indonesia masih berkisar 8,14 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun pada akhir tahun 2011, sehingga menjadi sekitar 7,7 juta jiwa. Sementara itu, dari total peserta yang terdidik oleh lembaga kursus, ternyata 78% bekerja dan 9% merintis usaha. 2. Indonesia merupakan negara berkembang yang seiring berjalannya waktu mengikuti perkembangan zaman. Kini, dalam menghadapi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) telah terselenggara berbagai LKP di Indonesia. 3. Kemajuan iptek menutut masyarakat untuk menguasai berbagai teknologi khususnya teknologi yang digunakan di tempat kerja, seperti perangkat komputer, mesin fotocopy, scanner, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat harus memiliki kemampuan dalam menguasai dan mengoperasikan teknologi tersebut sehingga dapat bersaing di era global saat ini.
6 4. Kursus komputer desain grafis, kini banyak digemari oleh masyarakat. Dengan memiliki kemampuan desain grafis, tak hanya dapat bekerja di perusahaan, pabrik, maupun perkantoran lainnya masyarakat dapat menciptakan peluang kerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang diperoleh melalui kursus komputer desain grafis. Jadi, tidak hanya bekerja pada orang lain melainkan dapat menciptakan usaha sendiri atau berwirausaha. 5. LKP IKMA merupakan lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan kursus dan pelatihan-pelatihan. LKP IKMA beralamat di Jl. Raya Laswi No. 203 Majalaya menawarkan layanan pendidikan berupa, yaitu kursus komputer, akuntansi, bahasa inggris dan bimbingan belajar. Pada kursus komputer, LKP IKMA menyediakan beberapa program, antara lain kursus komputer aplikasi perkantoran, kursus komputer desain grafis, kursus komputer pemograman, kursus komputer akuntansi, dan kursus komputer satu tahun/setara D1. 6. LKP IKMA telah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintahan. Kerjasama tersebut dapat berupa penyelenggaraan kursus maupun pelatihan-pelatihan. 7. Pemerintah menyelenggarakan program pendidikan kewirausahaan masyarakat dalam rangka mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam pembahasan ini, yaitu; Bagaimana pengelolaan pembelajaran kursus dalam menumbukan kemampuan berwirausaha lulusan kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka peneliti menjabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Kegiatan apa saja yang dilakukan pengelola dalam pengelolaan pembelajaran kursus agar menumbuhkan kemampuan berwirausaha lulusan komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya? 2. Bagaimana kemampuan berwirausaha lulusan setelah mengikuti kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya?
7 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menumbuhkan kemampuan berwirausaha lulusan kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, diantaranya: 1. Mendeskripsikan gambaran tentang pengelolaan pembelajaran kursus dalam menumbuhkan kemampuan berwirausaha lulusan kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya. 2. Mendeskripsikan kemampuan berwirausaha lulusan kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya. 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menumbuhkan kemampuan berwirausaha lulusan kursus komputer desain grafis di LKP IKMA Majalaya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan ilmu pendidikan luar sekolah serta dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: a. Bagi peneliti, diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangsih berupa pemikiran dibidang Pendidikan Luar Sekolah yang diaplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. b. Bagi Departemen Pendidikan Luar Sekolah, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dalam bidang Pendidikan Luar Sekolah c. Bagi LKP IKMA Majalaya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan masukan bagi lembaga dalam meningkatkan
8 pengembangan sumber daya manusia melalui penyelenggaraan kursus komputer. E. Struktur Organisasi Skripsi Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, 2015, hlm. 16-42) menjelaskan bahwa sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi secara umum terdiri atas beberapa bagian yang dipaparkan secara lebish spesifik pada subbagian yang disampaikan berdasarkan urutan penulisannya. Berikut ini merupakan uraian singkat yang terkandung dalam setiap bab. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori, konsep yang menjadi rujukan dalam penyusunan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini berisi tentang simpulan, implikasi dan rekomendasi.