2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK DENGAN BUBUR KORAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

Farin Kusanggraeni Fardilla 1, Chumdari 2, Karsono

BAB I PENDAHULUAN. bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

ELMI SUSRIANTI NIM / 10127

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

Keywords: fine motor skill, trace, first grader

Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Khasanah Islamic Entrepreneur Preschool

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tria Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DALAM BERBAGAI KEGIATAN MAIN DI KELOMPOK B TK SE-GUGUS PARKIT BANYUURIP PURWOREJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK A TK HARAPAN BANGSA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

METODE PENELITIAN. untuk umum dan generalisasi (Sugiyono, 2012:199).

BAB I1 LANDASAN TEORI

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ni Made Susanti 1 ABSTRAK

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK MENGGUNAKAN MEDIA TANAH LIAT DI KELOMPOK A TK GITA INSANI SLEMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan anak adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembanagan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Menurut Hadis (2003 hlm. 5), secara garis besar ada empat aspek perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan perkembangan anak yaitu, perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan pekembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Perkembangan lain yang juga berhubungan dengan kemampuan motorik anak adalah anak akan semakin cepat bereaksi, semakin baik koordinasi mata dan tangannya dan anak semakin tangkas dalam bergerak. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang cepat. Perkembangan motorik merupakan kelanjutan dari perkembangan gerak yang telah terjadi pada masa bayi. Pada akhir masa bayi, anak mulai bisa berjalan sendiri, memegang suatu objek dan memainkannya secara sederhana. Pada masa anak, perkembangan motorik yang terjadi adalah berupa peningkatan kualitas penguasaan pola gerak yang telah bisa dilakukan pada masa bayi dan peningkatan variasi berbagai macam pola-pola gerak dasar. Kemampuan berjalan dan memegang akan semakin baik dan bisa dilakukan

2 dengan berbagai macam variasi gerakan. Menurut Corbin (1990) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi. Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari berates-ratus otot yang rumit. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill). Keterampilan motorik kasar (gross motor) atau motorik halus (fine motor) sangat ideal dipelajari pada saat anak-anak. sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978 hlm. 156) lima alasan masa kecil saat yang ideal untuk mempelajari keterampilan motorik; 1. Karena tubuh anak lentur ketimbang tubuh dewasa atau orang dewasa 2. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya. 3. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang sudah besar. 4. Apabila para remaja dan orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, anak-anak menyenangi hal demikian. 5. Karena anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil. Keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh tubuh, cenderung hanya digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel dan melipat. berbagai kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak bahwa anak mampu menguasai keterampilan motorik. Berbagai keterampilan motorik selayaknya

3 dikuasai anak pada masa kanak-kanak karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri, memiliki sifat mandiri. Sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai keterampilan motorik anak akan merasa putus asa, tidak percaya dini. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada umumnya permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus anak kelompok B di PAUD Miftahul Huda masih belum optimal, dilihat dari kondisi anak-anak yang kurang aktif, selalu ingin diberi contoh, anak tidak dapat menyelesaikan masalah yang sebenarnya masih bisa mereka selesaikan sendiri, masih terdapat beberapa anak yang belum sepenuhnya menguasai keterampilan motorik halus. Hal ini terlihat pada saat anak memegang pensil, merobek, melipat kertas masih belum benar sehingga masih perlu bantuan guru. Selain melakukan observasi peneliti melakukan wawancara kepada guru kelompok B mengenai kegiatan pembelajaran motorik halus yang di berikan pada anak bahwa selama kegiatan pembelajaran motorik guru lebih sering memberikan kegiatan seperti menggunting, menebalkan huruf, mewarnai, melipat dan mencocok. Maka dari itu penulis ingin meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan menggunakan media bubur koran. Menurut Lanjarsari Endah Estu (2013) dalam Budi (2015) bubur koran merupakan bagian dari clay. Clay adalah semacam bahan yang merupakan lilin, lembut, mudah dibentuk, dapat mengeras, mongering dengan sendirinya. Clay arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat clay juga terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki sifat seperti clay (liat/dapat dibentuk). Dalam kegiatan mencipta bentuk penulis memanfaatkan barang bekas (daur ulang) sebagaimana yang dijelaskan oleh Priharyanto (2008 hlm. 19) daur ulang merupakan pengelolaan sampah padat yang terdiri atas pemilahan, pengumpulan, pemerosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas yang baru kembali. Suatu upaya pemanfaatan kembali sampah kertas untuk

4 mengurangi timbulan dan penumpukan sampah, mencegah terjadinya penimbunan sampah kertas yang ada dilingkungan sekitar, menimbulkan kreatifitas dalam memanfaatkan kertas bekas. Kertas koranpun mudah dicari dan didapatkan untuk kita olah kembali sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya besar membuat media untuk anak karena dapat memanfaatkan barang yang ada. Dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B di PAUD Miftahul Huda tahun ajaran 2015-2016 perlu dilakukan kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus maka penulis akan melaksanakan kegiatan keterampilan motorik halus dengan menggunakan bubur koran. Kegiatan bubur koran merupakan kegiatan yang jarang dilakukan di PAUD Miftahul Huda. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memfokuskan penelitian dengan judul Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Mencipta Bentuk Dengan Bubur Koran B. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka untuk memusatkan pada masalah yang akan diteliti, disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi objektif sebelum keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda? 2. Bagaimana implementasi keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

5 1. Untuk mengetahui kondisi objektif keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda 2. Untuk mengetahui implementasi keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda 3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus di kelompok B PAUD Miftahul Huda D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Anak Dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak, salah satunya melalui kegiatan mencipta bentuk di kelompok B 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman tentang cara meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan memcipta bentuk di kelompok B 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan serta rujukan dalam meningkatkan kualitas pembelajara salah satunya kegiatan mencipta bentuk di kelompok B 4. Bagi Peneliti Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pembelajaran mengenai motorik halus dan sebagai bahan pertimbangan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam mengenai kegiatan mencipta bentuk di kelompok B E. Sistematika Penulisan Penelitian Laporan penelitian ini ditulis berdasarkan pedoman penulisan yang berlaku di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, yaitu diawali bab pendahuluan dan diakhiri kesimpulan dan saran. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 Bab I Pendahuluan, merupakan bab perkenalan penelitian, terdiri dari: A. Latar Belakang Penelitian, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat Penelitian, E. Sistematika Penulisan Penelitian. Bab II Kajian Pustaka berisikan berbagai konsep teori beberapa hal terkait dengan penelitian, diantaranya: A. Motorik, B. Seni Rupa Anak Usia Dini, C. Mencipta Bentuk, D. Bubur Koran. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metodologi penelitian secara lebih terperinci, yaitu: A. Lokasi dan Subjek Penelitian, B. Metode Penelitian, C. Desain Penelitian, D. Penjelasan Istilah, E. Instrumen Penelitian, F. Teknik Pengumpulan Data, G. Analisis Data. Bab IV Temuan dan Pembahasan, terdiri dari: A. Deskripsi Hasil Penelitian, B. Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V Simpulan dan Rekomendasi, memaparkan penasiran hasil penelitian terdiri dari: A. Simpulan dibuat berdasarkan jawaban dari rumusan masalah yang didasarkan pada hasil analisis data berdasarkan interpretasinya, B. Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan peneliti, ditujukan kepada para pihak yang memungkinkan memanaatkan hasil penelitian. Saran merupakan suatu implikasi dari hasil penelitian dan diselaraskan dengan manaat penelitian.