BAB III METODE PENELITIAN. proses hidrolisis trigliserida dari CPO dan PKO dengan menambahkan enzim

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi tumbuhan dan karakterisasi simplisia dilakukan sebelum pembuatan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimental yang meliputi penyiapan sampel, hidrolisis sampel serta pengujian aktivitas antibakteri. Penelitian ini merupakan proses hidrolisis trigliserida dari CPO dan PKO dengan menambahkan enzim lipase sebagai katalisator pada suhu 40 o C. Selanjanjutnya hasil hidrolisis dengan bilangan asam tertinggi diuji aktivitas bakteri trehadap bakteri gram positif (Staphylococcus epidermidis) dan gram negatif (Pseudomonas aeruginosa Rancangan penelitian dilakukan dengan variasi akuades sebagai agen penghidrolisis dan waktu reaksi. 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium oleopangan Pengolahan Hasil dan Mutu (PAHAM), Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari masa orientasi sampai selesai dimulai mulai bulan Agustus 2016 sampai Maret 2017. 3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah arloji, alat-alat gelas laboratorium, autoklaf, desikator, hot plate,, jarum ose, jangka sorong, kamera 26

digital, kertas perkamen, krus porselin, laminar air flow cabinet, lemari pendingin, neraca listrik, oven, penangas air, pinset, pipet mikro, spatula, stirer, vial. 3.3.2 Bahan Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia yang bersifat pro analisis. Bahan baku penelitian yang digunakan adalah akuades, Cruder Palm Oil (CPO), enzim lipozime, KOH, Palm Kernel Oil (PKO), Na 2 SO 4 anhidrat, n-heksan, fenolftalein, etanol, nutrient agar, nutrient broth. 3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.4.1 Pereaksi KOH 0.1 N Sebanyak 5.6 g kalium hidroksida ditimbang dan dilarutkan ke dalam akuades secukupnya, kemudian dicukupkan dengan akuadest sampai volume 1000 ml (Depkes RI, 1995). 3.4.2 Pereaksi fenolftalein 1% (pereaksi pp) Larutkan 318,33 g fenolftalein dalam etanol secukupnya, kemudian cukupkan etanol sampai 1000 ml (Depkes, RI. 1995). 3.4.3 Pereaksi etanol netral Masukkan etanol dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan pereaksi pp 3 tetes kedalam etanol lalu dititrasi dengan pereaksi KOH sampai etanol berubah warna menjadi pink jernih (AOCS, 2009). 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Hidrolisis Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil Sejumlah 10 gram minyak ditimbang dalam labu alas bulat leher tiga, kemudian ditambahkan 50 ml n-heksan, 500 mg lipozyme serta akuades dengan 27

variasi volume akuades 30 ml, 60 ml, 90 ml serta 120 ml. Campuran ini diaduk dengan stirer menggunakan magnetik stirer dengan variasi lama pengandukkan 6, 12, 18 serta 24 jam pada suhu 40 o C. Setelah masing-masing waktu hidrolisis tercapai kemudian campuran dipindahkan ke corong pisah dan ditambahkan air panas sampai enzim yang digunakan rusak. Penambahan air panas ini juga menghasilkan dua lapisan. Lapisan atas (fraksi n-heksan) dipisahkan sebagai filtrat I (ditampung dalam erlenmeyer) dan lapisan bagian bawah dipisah sebagai filtrat II (dibuang). kemudian ditambahkan 50 mg Na 2 SO 4 anhidrat dan digoyangkan selama 15 menit. Selanjutnya diuapkan menggunakan alat rotary evaporator. Asam lemak yang diperoleh digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri dan penentuan bilangan asam. 3.5.2 Penentuan bilangan asam Penentuan asam lemak bebas dilakukan dengan penentuan bilangan asam yaitu minyak yang akan diuji ditimbang 1 gram di dalam erlenmeyer 20 ml, kemudian ditambahan 20 ml alkohol netral 95% dan dipanaskan. Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N dengan indikator larutan fenolftalein sampai larutan tepat terlihat berwarna merah jambu stabil selama beberapa menit sebelum warnanya menghilang. Setelah itu dihitung bilangan asam dan kadar asam dari minyak (AOCS, 2009). Bilangan asam (acid value) = A x N x BM KOH G Keterangan : A = jumlah ml KOH untuk titrasi, N = normalitas larutan KOH, G = Bobot minyak, BM KOH = 56,01 28

3.6 Sterilisasi Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas yang bersifat kuantitatif dan media pertumbuhan bakteri disterilkan di otoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit dan alat-alat gelas lainnya disterilkan didalam oven pada suhu 170 o C selama 1 jam. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan menggunakan api bunsen (Ditjen POM, 1995). 3.7 Pembuatan Media 3.7.1 Media nutrient agar Komposisi: Lab-lemco powder 1 g Yeast extract 2g Peptone 5 g Sodium chloride 5 g Agar 15 g Cara Pembuatan: Sebanyak 28 g media nutrient agar (NA) yang sudah jadi ditimbang, disuspensikan ke dalam air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Media kemudian dimasukkan dalam labu dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit (Oxoid, 1982). 3.7.2 Media nutrient broth Komposisi: Lab-lemco powder 1 g Yeast extract 2 g 29

Peptone 5 g Sodium chloride 5 g Cara Pembuatan: Sebanyak 13 g media nutrient broth (NB) yang sudah jadi ditimbang, disuspensikan ke dalam air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna. Media kemudian dimasukkan dalam labu dan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit (Oxoid, 1982). 3.7.3 Pembuatan Agar Miring Ke dalam tabung reaksi steril dimasukkan 5 ml media NA steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan memadat pada posisi miring kira-kira 45 o C. Media kemudian disimpan dalam lemari pendingin (Ditjen POM, 1995). 3.8. Peremajaan Bakteri Satu koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media NA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37 o C selama 24 jam (Ditjen POM, 1995). 3.9. Penyiapan Inokulum Bakteri Koloni bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril, lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan nutrient broth (NB), diinkubasi sampai didapat kekeruhan yang sama dengan larutan Standar Mc.Farland No.0,5, berarti konsentrasi bakteri adalah 10 8 CFU/ml. Kemudian dilakukan pengenceran suspensi bakteri dengan memipet 0,1 ml inokulum bakteri dimasukkan ke dalam 30

tabung reaksi yang telah berisi larutan nutrient broth (NB) sebanyak 9,9 ml dan dihomogenkan sehingga konsentrasi suspensi bakteri sama dengan 10 6 CFU/ml. (Difco and BBL Manual, 2009). 3.10. Pembuatan Bahan Uji Bahan uji dibuat dalam konsentrasi 100%, 75%, 50%, dan 25% (v/v) dengan menggunakan en-heksan sebagai pelarut. Sejumlah bahan uji diukur volumenya sesuai konsentrasi, dimasukkan dalam labu tentukur 10 ml, kemudian dicukupkan dengan etanol hingga garis tanda, kemudian dikocok hingga homogen (Loung, 2014). 3.11. Pengujian Antibakteri Sebanyak 0,1 ml inokulum bakteri dicampur homogen dengan 15-20 ml nutrient agar dicawan petri, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Pada media yang telah padat ditanam pencadang kertas yang sebelumnya telah direndam dalam bahan uji selama 15 menit. Kultur kemudian diikubasi pada suhu 36-37 o C selama 18-24 jam untuk Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosae. Diameter daerah bening di sekitar pencadang diukur menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali terhadap asam lemak bebas hasil hidrolisis minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit (Ditjen POM, 1995; Ugbogu et al., 2006 dan Muthezhilan, 2012). 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hidrolisis Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) dihidrolisis dengan menggunakan enzim lipase dengan variasi akuades 30, 60, 90, dan 120 ml (dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3), dan pengamatan dilakukan dengan menghitung bilangan asamnya pada waktu 6, 12, 18 dan 24 jam. Menurut Puguh (2012), bahwa kenaikan jumlah air dan semakin lama waktu hidrolisis dapat mengeser konversi reaksi ke arah pembentukan asam lemak bebas. Pergeseran konversi reaksi ini meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang dihasilkan pada proses hidrolisis CPO dan PKO. Proses hidrolisis membutuhkan katalis untuk membantu mempercepat reaksi. Pada penelitian ini, katalis yang digunakan yaitu enzim lipase. Prinsip pada reaksi hidrolisis mengunakan enzim lipase yaitu, dengan memecah rantai poliunsaturated dan polisaturated menjadi asam lemak bebas monosaturated dan monounsaturated (Aehle, 2004). Banyaknya jumlah asam lemak bebas yang terbentuk dapat dinyatakan dalam bilangan asam. Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak atau lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram basa (NaOH atau KOH) yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Loung, 2014). Semakin tinggi nilai bilangan asam yang dihasilkan menunjukkan semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk dalam lemak dan minyak (CPO dan PKO) baik sebelum proses hidrolisis dan setelah proses hidrolisis. 32

Data hasil perhitungan bilangan asam dapat dilihat pada Tabel 4.1 sedangkan uraian bilangan asam dari CPO dan PKO dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 58 dan Lampiran 8 halaman 59. Tabel 4.1 Hasil uji bilangan asam dan waktu hidrolisis pada CPO dan PKO. Sampel Volume akuades (ml) Waktu hidrolisis (Jam) Rata-rata bilangan asam n=2 (mg KOH/gram minyak) CPO PKO Non Hidrolisis - - 1,4185 1,4156 Hidrolisis 30 6 133,1063 142,7126 12 160,8920 178,1355 18 173,5322 211,5449 24 186,8268 220,1475 60 6 136,4012 174,8958 12 161,6137 195,046 18 180,2387 211,6708 24 196,7484 223,9731 90 6 155,7675 195,7820 12 165,2389 214,1330 18 192,2351 222,5827 24 199,6255 230,4333 120 6 158,7629 196,0207 12 168,4913 212,9387 18 194,4038 227,0898 24 204,6275 246,8405 Berdasarkan hasil hidrolisis pada CPO dan PKO dengan volume akuades 30 ml dengan waktu pengadukan 6, 12, 18 dan 24 jam menghasilkan bilangan asam tertinggi pada hasil hidrolisis CPO dengan waktu hidrolisis selama 24 jam, yaitu 186,8268 mg KOH/gram minyak serta hasil hidrolisis dari PKO menghasilkan bilangan asam tertinggi pada waktu 24 jam, yaitu 220, 1475 mg KOH/gram minyak. Pada hasil hidrolisis pada CPO dan PKO dengan volume akuades 60 ml dengan waktu pengadukan yang sama menghasilkan bilangan asam tertinggi pada hasil hidrolisis CPO dengan waktu hidrolisis selama 24 jam, yaitu 196,7484 mg 33

KOH/gram minyak serta hasil hidrolisis dari PKO menghasilkan bilangan asam tertinggi pada waktu 24 jam, yaitu 223,973 mg KOH/gram minyak. Pada hasil hidrolisis pada CPO dan PKO dengan volume akuades 90 ml dengan waktu pengadukan yang sama menghasilkan bilangan asam tertinggi pada hasil hidrolisis CPO dengan waktu hidrolisis selama 24 jam, yaitu 199,6255 mg KOH/gram minyak serta hasil hidrolisis dari PKO menghasilkan bilangan asam tertinggi pada waktu 24 jam, yaitu 230,4333 mg KOH/gram minyak. Pada hasil hidrolisis pada CPO dan PKO dengan volume akuades 120 ml dengan waktu pengadukan yang sama menghasilkan bilangan asam tertinggi pada hasil hidrolisis CPO dengan waktu hidrolisis selama 24 jam, yaitu 204,6275 mg KOH/gram minyak serta hasil hidrolisis dari PKO menghasilkan bilangan asam tertinggi pada waktu 24 jam, yaitu 246,8405 mg KOH/gram minyak. Bilangan asam tertinggi dihasilkan pada sampel CPO dan PKO pada volume akuades 120 ml dengan menggunakan enzim pada waktu hidrolisis yang dibutuhkan selama 24 jam yaitu pada CPO 204,6275 mg KOH/gram minyak dan pada PKO 246,8405 mg KOH/gram minyak. Hal itu sesuai dengan peningkatan hasil hidrolisis (asam lemak bebas) dimana volume akuades terbesar 120 ml dan waktu hidrolisis yang dibutuhkan selama 24 jam (Puguh, 2012). Penambahan enzim juga sangat mempengaruhi peningkatan asam lemak bebas dengan membentuk ikatan komplek terhadap CPO dan PKO (enzim-substrat) meskipun enzim tidak ikut serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik. Jumlah enzim yang diberikan terhadap jumlah sampel (substrat) membuktikan bahwa enzim yang diberikan telah cukup. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan jumlah asam lemak bebas yang terjadi selama terjadinya proses hidrolisis menggunakan enzim sebagai katalis (Barlianti, et al., 2015). 34

Gambar 4.1 Hasil uji bilangan asam terhadap waktu hidrolisis secara enzimatik Pada CPO Gambar 4.2 Hasl uji bilangan asam terhadap waktu hidrolisis secara enzimatik pada PKO Pada proses hidrolisis ini, asam lemak bebas yang didapat lebih tinggi (dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2) dibandingkan virgin coconut oil (VCO), minyak kedelai dan minyak kelapa dalam bentuk bilangan asam berturutturut adalah 148,1 mg KOH/g, 146,9 mg KOH/g and, 147,6 mg KOH/g (Silalahi, et al., 2014) dengan bilangan asam terkecil yang dihasilkan untuk CPO dan PKO yaitu 133,1063 mg KOH/gram minyak dan 142,7126 mg KOH/gram minyak pada waktu 6 jam dan bilangan asam yang tertinggi yang dihasilkan CPO dan PKO adalah 204,6275 mg KOH/gram minyak dan mg KOH/gram minyak. 35

4.2 Pengujian Aktivitas Antibakteri Crude Palm Oil Aktifitas antibakteri dari asam lemak bebas hasil dari hidrolisis Crude Palm Oil (CPO) terhadap Gram positif (Staphylococcus epidermidis) dan Gram negatif (Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10 serta zona hambatnya dapat dilihat pada Tabel 4.2; 4.3; 4.4 dan 4.5. Tabel 4.2 Hasil uji aktivitas antibakteri CPO dengan volume akuades 30 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata SD zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa CPO 0 - - 25 - - 50 - - 75 7,25-100 8,3 7,6 Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada Tabel 4.2, bahwa kadar minyak yang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Ditjen POM RI (1995), adalah konsentrasi zat dengan zona hambatan yang efektif lebih kurang 14-16 mm. Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa asam lemak bebas hasil dari hidrolisis CPO selama 24 jam dengan volume akuades 30 ml tidak efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus epidermidis dan bakteri Gram negatif yaitu Pseudomonas aeruginosa karena zona hambat yang dihasilkan asam lemak bebas tersebut lebih kecil dari syarat yang telah ditetapkan yaitu 14 mm. Hal tersebut ditunjukkan dengan diameter zona hambat terbesar yang dihasilkan pada kadar minyak 100 ml/100 ml sebesar 8,3 mm untuk bakteri Staphylococcus epidermidis dan 7,6 mm untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa lebih kecil dari 14 mm. 36

Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antibakteri CPO dengan volume akuades 60 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa CPO 0 - - 25 - - 50 - - 75 7,6 7,35 100 8,725 8,3 Berdasarkan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4.3, diameter zona hambat dari asam lemak bebas hasil dari hidrolisis CPO selama 24 jam dengan volume akuades 60 ml memperlihatkan bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 8,725 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 8,3 mm Hasil pengukuran diameter zona hambat dari asam lemak tersebut terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa tidak efektif sebagai antibakteri karena zona hambat terbesar yang dihasilkan dari asam lemak bebas tersebut lebih kecil dari 14 mm. Tabel 4.4 Hasil uji aktivitas antibakteri CPO dengan volume akuades 90 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa CPO 0 - - 25 - - 50 7,85-75 8,75 7,8 100 11,65 9,85 37

Berdasarkan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4.4, diameter zona hambat dari asam lemak bebas hasil dari hidrolisis CPO selama 24 jam dengan volume akuades 90 ml memperlihatkan bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 11,65 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 9,85 mm Hasil pengukuran diameter zona hambat dari asam lemak tersebut terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa tidak efektif sebagai antibakteri karena zona hambat terbesar yang dihasilkan dari asam lemak bebas tersebut lebih kecil dari 14 mm. Tabel 4.5 Hasil uji aktivitas antibakteri CPO dengan volume akuades 120 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa CPO 0 - - 25 - - 50 7,9 7,4 75 8,6 7,75 100 11,8 10,75 Berdasarkan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4.5, diameter zona hambatan pada asam lemak bebas hasil dari hidrolisis CPO selama 24 jam dengan volume akuades 120 ml memperlihatkan bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 11,8 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 10,75 mm 38

tetapi hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa kurang dari 14 mm sehingga tidak efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Gambar 4.3 Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari asam lemak bebas CPO terhadap Staphylococcus epidermidis Gambar 4.4 Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari asam lemak bebas CPO Pseudomonas aeruginosa Bakteri memiliki membran sel yang tersusun dari fosfolipid berlapis ganda dan protein yang berbentuk mosaik (Pratiwi, 2008). Membran sel ini yang berfungsi sebagai sawar selektif untuk keluar masuknya senyawa kimia dari luar dan dalam sel (Radji, 2009). Materi yang melewati membran sel terbagi atas kelompok makromolekul dan mikromolekul yang kemudian dipecah sebagai nutrisi serta energy bagi bakteri (Pratiwi, 2008). 39

Struktur ampifatik pada asam lemak bebas yang memberikan sifat detergen mengakibatkan rusaknya membran sel pada sel bakteri sehingga menyebabkan asam lemak bebas dapat memasuki bagian dalam sel bakteri. Asam lemak yang memasuki bagian dalam sel bakteri meyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri atau kematian sel bakteri. Tetapi dengan adanya karoten dan sterol menyebabkan menurunkan kerusakan membran sel pada bakteri. Hal ini menyebabkan turunnya aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh asam lemak bebas yang dihasilkan dari hasil hidrolisis CPO. Hal itu disebabkan karena adanya kandungan karotenoid didalam CPO. Karotenoid dalam CPO menyebabkan stabilnya membran sel dengan menurunkan fluiditasnya pada sel bakteri. Dengan demikian, karotenoid dapat melawan efek produk degradasi asam lemak bebas yang reaktif atau peningkatan fluiditas membran (Chamberlain, et al 1991.). Begitu juga dengan sterol pada CPO yang dapat menstabilkan membran sel sehingga dapat menurunkan kerentanan asam lemak bebas pada sel bakteri (Debois, et al., 2010). Pada saat karotenoid dan sterol menstabilkan membran sel pada bakteri, bagian dalam, bakteri pada saat yang sama mengatur ekspresi gen yang berperan dalam mengkodekan protein yang terlibat dalam sintesis dinding sel saat terpapar asam lemak bebas yang berfungsi sebagai pembentuk dinding sel yang lebih tebal sehingga lebih sulit bagi asam lemak bebas untuk menembus dan merusak membran sel pada bakteri (Kenny et al., 2009). Selanjutnya, material dinding tambahan membuat permukaan sel lebih bermuatan tinggi dan dengan demikian kurang hidrofobik. Oleh karena itu, asam lemak bebas bebas kurang tertarik pada sel dan cenderung tidak masuk ke dalam membran dalam (Clarke, et al., 2007; Kenny et al., 2009). 40

4.3 Pengujian Aktivitas Antibakteri Palm Kernel Oil Palm Kernel Oil (PKO) Aktifitas antibakteri dari asam lemak bebas hasil PKO hidrolisis terhadap Gram positif (Staphylococcus epidermidis) dan Gram negatif (Pseudomonas aeruginosa) dapat dilihat pada Lampiran11 dan Lampiran 12 serta zona hambatnya dapat dilihat pada Tabel 4.6; 4.7; 4.8 dan 4.9. Tabel 4.6 Hasil uji aktivitas antibakteri PKO dengan volume akuades 30 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa PKO 0 - - 25 7,7 7,8 50 11,85 9,3 75 13,115 11,6 100 17,65 14,5 Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada Tabel 4.6, bahwa kadar minyak yang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Ditjen POM RI (1995), adalah konsentrasi zat dengan batas diameter daerah hambatan yang efektif lebih kurang 14-16 mm. Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa asam lemak bebas hasil dari hidrolisis PKO selama 24 jam dengan volume akuades 30 ml efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus epidermidis dan bakteri Gram negatif yaitu Pseudomonas aeruginosa karena zona hambat yang dihasilkan asam lemak bebas tersebut lebih besar dari syarat yang telah ditetapkan yaitu 14 mm. Hal tersebut ditunjukkan dengan diameter zona hambat terbesar yang dihasilkan pada kadar minyak 100 ml/100 ml sebesar 17,65 mm untuk bakteri Staphylococcus epidermidis dan 14,5 mm untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. 41

Tabel 4.7 Hasil uji aktivitas antibakteri PKO dengan volume akuades 60 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa PKO 0 - - 25 10,75 8,3 50 13,225 12,235 75 15,8 14,425 100 18,4 17,95 Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambatan pada asam lemak bebas PKO hasil hidrolisis selama 24 jam dengan volume akuades 60 ml bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 18,4 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 17,95 mm. Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada asam lemak bebas tersebut efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Tabel 4.8 Hasil uji aktivitas antibakteri PKO dengan volume akuades 90 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. Epidermidis P. aeruginosa PKO 0 - - 25 12,65 10,425 50 13,45 13,115 75 16,115 16,25 100 19,325 18,95 42

Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambatan pada asam lemak bebas bebas PKO hasil hidrolisis selama 24 jam dengan volume akuades 90 ml memperlihatkan bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 18,4 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 17,95 mm. Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada asam lemak bebas bebas hasil hidrolisis selama 24 jam dengan volume akuades 90 ml menunjukkan bahwa asam lemak bebas tersebut efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Tabel 4.9 Hasil uji aktivitas antibakteri PKO dengan volume akuades 120 ml. Bahan uji Kadar minyak (ml/100ml) Rata-rata sd zona hambat (mm) n=3 S. epidermidis P. aeruginosa PKO 0 - - 25 15,4 12,8 50 17,1 14,725 75 18,6 17,35 100 21,9 19,75 Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambatan pada asam lemak bebas PKO hasil hidrolisis selama 24 jam dengan volume akuades 120 ml memperlihatkan bahwa aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada kadar 100 ml/100 ml. Hal itu ditunjukkan dengan zona hambat yang dihasilkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu 19,325 mm dan zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu 18,95 mm. 43

Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada asam lemak bebas hasil hidrolisis selama 24 jam dengan volume akuades 120 ml menunjukkan bahwa asam lemak bebas tersebut efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan diameter zona hambat pada aktifitas antibakteri dari asam lemak bebas hasil hidrolisis PKO menunjukkan bahwa peningkatan asam lemak bebas bebas berbanding lurus dengan peningkatan aktifitas antibakteri baik pada bakteri gram positif (Staphylococcus epidermidis) dan bakteri gram negatif (Pseudomonas aeruginosa). Karena struktur amfipatik pada asam lemak bebas dapat dikaitkan dengan sifat detergen. Struktur tersebut dapat mengakibatkan asam lemak bebas untuk berinteraksi dengan membran sel untuk membuat poripori transien atau permanen dengan ukuran variabel. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, deterjen dapat melarutkan membran sehingga berbagai protein membran atau bagian yang lebih besar dari lapisan ganda lipid dilepaskan. Proses kunci yang terletak pada membran yang dipengaruhi oleh asam lemak bebas adalah produksi energi yang disebabkan oleh gangguan pada rantai transpor elektron dan terganggunya fosforilasi oksidatif. Proses lain yang dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri atau kematian meliputi pemecahan sel, penghambatan aktivitas enzim, penurunan serapan hara dan pembentukan peroksidasi racun dan produk autooksidasi. Asam lemak bebas dapat membunuh bakteri secara langsung (tindakan bakterisida) atau menghambat pertumbuhannya (tindakan bakteriostatik), yang reversibel dan berarti bahwa bakteri tetap bertahan tetapi tidak dapat mengalami pembelahan sel (Debois, et al., 2010). Hasilnya dapat dilihat pada Gambar4.3 dan Gambar 4.4. 44

Gambar 4.3 Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari asam lemak bebas PKO terhadap Staphylococcus epidermidis Gambar 4.4 Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari asam lemak bebas PKO terhadap Pseudomonas aeruginosa 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil hidrolisis Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) dengan enzim lipase diperoleh; a. Volume akuades untuk hidrolisis CPO dan PKO adalah 120 ml dan waktu optimum adalah 24 jam. b. Bilangan asam paling besar yang dihasilkan CPO dan PKO adalah 204, 6275 mg KOH/gram minyak dan bilangan asam tertinggi yang dihasilkan PKO adalah 246,8405 mg KOH/gram minyak. c. CPO dan PKO memiliki aktivitas antibakteri terhadap gram positif (Staphylococcus epidermidis) dan gram negatif (Pseudomonas aeruginosa) tetapi aktivitas antibakteri lebih baik ditunjukkan terhadap gram positif (Staphylococcus epidermidis) d. PKO memiliki potensi antibakteri lebih baik daripada CP,. zona hambat yang untuk PKO pada bakteri Staphylococcus epidermidis (21,9 mm) dan Pseudomonas aeruginosa (19,75mm) lebih besar daripada zona hambat yang dihasilkan CPO Staphylococcus epidermidis (11,8 mm) dan Pseudomonas aeruginosa (10,75 mm). 4.2 Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian terhadap pengaruh asam lemak bebas hasil hidrolisis CPO dan PKO serta aktivitas antibakterinya dengan perbedaan nutrisi terhadap tanaman kelapa sawit.. 46