BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini angka kematian bayi di Indonesia masih di bawah target Millenium Development Goals (MDG s), menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, jumlah AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Usaha dalam mencapai target penurunan AKB, dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif dapat menekan AKB dengan mengurangi sebesar 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Fithananti, 2013) Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif 1
2 sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI eksklusif karena belum ada sistem yang dapat diandalkan untuk memantau pemberian ASI eksklusif (KepMenKes RI, 2011). Meskipun sebagian besar orang tua telah menyadari pentingnya memberikan ASI kepada bayinya, tetapi berbagai kendala masih ditemukan di masyarakat. Salah satunya adalah ketidak berhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan. Alasannya adalah ibu belum memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh ASI (Roesli, 2012). Bayi yang mendapat ASI Eksklusif morbiditas dan mortalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif. Menurut WHO, di dunia terdapat1-1,5 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena tidak mendapat ASI Eksklusif (Cahayani, 2012) Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 37,18 % dari total jumlah bayi yaitu 488.495 hanya 181.600 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan menurun apabila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2009 sebesar 40,21 % dari total bayi 340.373 hanya 136.862 yang mendapatkan ASI eksklusif (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 37,18 %, dan
3 terjadi peningkatan pada tahun 2011 sebesar 45,18 % dari total jumlah bayi yaitu 488.495 (Pofil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2011) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang tahun 2011 cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 45,09 % terjadi peningkatan sebesar 7,83 % dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 37,26 (Dinkes Semarang, 2011) Data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif di Kota Semarang yaitu 64,01 % terjadi peningkatan sebesar 18,92 % apabila di bandingkan pada tahun 2011 sebesar 45,09 %. Hal ini disebabkan karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami kesulitan dalam menyusui (Dinkes Semarang, 2012). Dari hasil penelitian Purwanti (2004) faktor-faktor Penghambat Ibu untuk Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas adalah sikap ibu yang tidak setuju dengan ASI eksklusif, motivasi kurang, banyak ibu mengalami bengkak payudara, informasi yang kurang, orang terdekat subjek dan masyarakat yang kurang mendukung, dan program PP-ASI eksklusif yang bukan prioritas puskesmas. Penelitian Elinofia (2011) ada hubungan Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Data yang diperoleh dari Puskesmas Bangetayu Semarang cakupan ASI Eksklusif pada bulan November 2011 hanya 52 dari 334 bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif. Pada bulan Desember 2012 cakupan
4 ASI Eksklusif terdapat 66 dari 189 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Dan cakupan ASI Eksklusif pada bulan Maret 2013 jumlah bayi dibawah 6 bulan sebanyak 206 bayi, yang mendapatkan ASI Eksklusif hanya berjumlah 53 bayi. Jadi sisanya adalah bayi yang tidak medapatkan ASI Eksklusif sebanyak 153 bayi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bangetayu Semarang dari 10 orang ibu terdapat 7 orang ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif tidak mengetahui tentang ASI Eksklusif. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang. B. Rumusan Masalah Apakah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang.
5 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif b. Mendeskripsikan sikap ibu tentang ASI Eksklusif c. Mendeskripsikan pekerjaan ibu d. Mendeskripsikan kegagalan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif dengan kegagalan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif f. Mengetahui hubungan sikap ibu tentang ASI Eksklusif dengan kegagalan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif g. Mengetahui hubungan pekerjaan dengan kegagalan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai data untuk penelitian selanjutnya. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang banyaknya ibu menyusui yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sebelum usia di bawah 6 bulan di Puskesmas Bangetayu Semarang.
6 c. Bagi Institusi Hasil dari penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut, dan dapat menambah referensi tentang ASI Eksklusif. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengurangi angka ketidak berhasilan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi usia dibawah 6 bulan dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian No. Judul, Nama, Tahun Sasaran 1. Faktor-faktor Penghambat Ibu untuk Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas Purwanti, 2004 2. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktik pemberian ASI Eksklusif pada Bayi usia < 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Candilama Kota semarang Wittha Wulandari 2009 3. Hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kedawung II Sragen Hasrimayana 2009 4. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Elinofia, 2011 Ibu yang menyusui Ibu yang mempunya i Balita usia < 6 bulan Ibu- ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas kedawung II Sragen Ibu yang menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah lebar Kota Bengkulu Variabel yang diteliti faktor faktor penghambat ibu untuk menyusui secara Eksklusif Pengetahuan tentang ASI Eksklusif, Praktik pemberian ASI Eksklusif Sikap dan Perilaku Pendidikan, Pengetahuan, pekerjaan dan Dukungan keluarga Metode Deskriptif Observasio nal Explanator y research pendekatan cross sectional Kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional Analitik dengan pendekata n cross sectional Hasil Terdapat faktor faktor penghambat ibu untuk menyusui secara Eksklusif yaitu sikap yang tidak setuju dengan ASI eksklusif, motivasi kurang, banyak ibu mengalami bengkak payudara, informasi yang kurang, orang terdekat subjek dan masyarakat yang kurang mendukung, dan program PP-ASI eksklusif yang bukan prioritas puskesmas Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif Ada hubungan antara Pendidikan, Pengetahuan, pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif
8 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel terikat, metode dan lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu kegagalan pemberian ASI Eksklusif, metode yang digunakan adalah observasional analitik dan dilakukan di Puskesmas Bangetayu Semarang.