BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular. Kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia disebabkan oleh morbiditas dan mortalitas yang mengalami pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular. Perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular ini dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 Transisi epidemiologi sangat dipengaruhi oleh transisi demografi dimana pada tahap transisi demografi terjadinya pola penurunan mortalitas sedangkan fertilitas tetap rendah, sehingga menghasilkan dampak mortalitas dan fertilitas relatif stabil, bahkan kadang fertilitas lebih rendah dari mortalitas sehingga pertumbuhan negatif. 2 Bila mengacu pada batasan usia 65 tahun, maka di Indonesia, pada kelompok penduduk berusia 65 tahun ke atas pada tahun 1994 sebesar 7,5 juta jiwa dengan proporsi 4,6%. Dan pada tahun 2010, proyeksi penduduk berusia 65 tahun ke atas di Indonesia menjadi 11 juta jiwa. Sedangkan tahun 2020 proyeksi proporsi 7,2%. 3 Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada tahun 2025 angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka 69,0 tahun pada tahun 2000. Sementara itu
proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) akan meningkat dari 5,0% tahun 2000 menjadi 8,5% di tahun 2025. 4 Menurut Yugiantoro (2006) secara epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah, baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik yang sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. 5 Hipertensi dapat diderita oleh pria maupun wanita. 6 Hipertensi juga disebut sebagai the silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar yang perkembangannya berjalan perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya. 7 Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan sebagai faktor risiko stroke dan penyakit jantung koroner. 8 Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), inaktivitas fisik, dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PerHI) atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), Soenarto, hipertensi sudah menjadi permasalahan dunia, tahun 2000, hipertensi menyumbang Proportionated Mortality Rate (PMR) 12,8% dari seluruh kematian dan proporsi dari semua kecacatan 4,4%. 9 Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa
dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika. 5 Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, di Indonesia prevalensi hipertensi 14% dengan perkiraan 13,4%-14,5%. Peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan pertambahan usia penduduk. Penderita hipertensi lebih banyak pada wanita dengan proporsi 16% dibanding pada pria dengan proporsi 12%. 10 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%. 11 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. 12 Sedangkan berdasarkan penelitian Rasmaliah dkk (2004) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan diketahui bahwa prevalensi hipertensi penduduk usia 26 tahun sebesar 26,4%. 13 Berdasarkan laporan bulanan posyandu lansia bulan Maret 2010 di Puskesmas Sering Medan Tembung diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi yang berkunjung di posyandu lansia pada bulan Maret adalah 11,08% (50 orang dari 451 orang). 14
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Posyandu Lansia, Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Prevalence Rate (PR) hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi lansia berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status obesitas, aktifitas fisik, riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. c. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) umur dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. d. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) jenis kelamin dengan
e. Untuk mengetahui hubungan suku dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. f. Untuk mengetahui hubungan agama dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. g. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering tahun 2010. h. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) pekerjaan dengan i. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) status obesitas dengan j. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) aktivitas fisik dengan k. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) riwayat keluarga dengan l. Untuk mengetahui hubungan dan Ratio Prevalence (RP) kebiasaan merokok dengan m. Untuk mengetahui faktor risiko yang paling dominan yang berhubungan dengan
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah Kecamatan Medan Tembung pada umumnya, petugas Puskesmas Sering serta kader Posyandu Lansia pada khususnya. 1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang berkenaan dengan hipertensi.