BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik, Melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo banyak ditanam sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama bagian yang dimanfaatkan adalah buah dan daunnya (Sunanto, 1990). Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan. Daun dan buah melinjo yang muda dapat diolah sebagai sayuran dan buah melinjo yang sudah tua dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan emping. Emping merupakan produk olahan melinjo yang terkenal digemari masyarakat, juga merupakan komoditi sektor industri kecil yang potensial (Tim Penulis PS, 1999). Emping melinjo merupakan produk olahan dari melinjo yang proses pembuatannya yaitu dengan cara memipihkan buah melinjo tua yang sebelumnya dilakukan proses penyangraian terlebih dahulu (Lestari dan Muharfiza., 2015). Melinjo segar memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan air (Direktorat Gizi Depkes R. I dalam Lestari dan Muharfiza, 2015). Menurut SNI 01-3712-1995, emping memiliki batasan cemaran logam Cu, Pb, Hg, dan Zn dengan batasan maksimum masing masing. Mineral terdapat di dalam tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Keseimbangan mineral di dalam tubuh diperlukan untuk 1
pengaturan kerja enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2004). Jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, tetapi logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap organ yang terdapat dalam tubuh. Gejala keracunan kronis ringan yang ditemukan berupa insomnia. Sedangkan gejala pada kasus keracunan akut ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat badan. Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma dan bahkan kematian (Palar, 1994). Seperti yang tertera dalam SNI 01-3712-1995, batas maksimal logam timbal dalam melinjo yaitu 2 mg/kg. Dalam tubuh manusia terkandung 2 g zink, terutama terdapat pada rambut, tulang, dan mata (Winarno, 2004). Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena fungsi gangguan pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan (Almatsier, 2004). Batas maksimal logam tembaga menurut SNI 01-3712-1995 yaitu 40 mg/kg. Tembaga (Cu) dibutuhkan manusia dalam pembentukan hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu, Cu juga terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme. Toksisitas yang dimiliki Cu baru akan berkerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait (Palar, 1994). Sedangkan batas maksimal logam tembaga menurut SNI 01-3712-1995 yaitu 30 mg/kg. Besi (Fe) mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari paru - paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di 2
dalam sel, dan sebagai bagian reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Kekurangan besi sejak usia tiga puluh tahun dapat mempengaruhi produktivitas kerja, kognitif dan sistem kekebalan (Almatsier, 2004). Kandungan besi dalam melinjo segar menurut Direktorat Gizi Depkes R. I dalam Lestari dan Muharfiza, 2015) yakni 2,8 mg/100 g. Proses pengolahan emping terdiri dari proses penyangraian dengan pasir, pemipihan biji melinjo dengan cara pemukulan saat keadaan biji masih panas, serta proses penjemuran emping. Proses pengolahan emping yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan kadar dari masing-masing mineral pada emping. Pengujian kandungan mineral dapat dilakukan dengan metode kompleksometri, gravimetri dan spektrofotometri serapan atom. Metode spektrofotometri serapan atom dipilih dalam penelitian ini karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007). Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis kandungan besi, seng, tembaga dan timbal pada biji melinjo (Gnetum gnemon L.) secara spektrofotometri serapan atom dimana analisis dilakukan pada biji melinjo segar, emping yang dibuat sendiri dan yang beredar di pasaran. Analisis ini juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar besi, seng, tembaga dan timbal antara biji melinjo segar dan emping yang dibuat sendiri. 3
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Berapakah kadar besi, seng, tembaga dan timbal yang terkandung dalam biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar, emping yang dibuat sendiri dan beredar di pasaran? b. Apakah terdapat perbedaan kadar besi, seng, tembaga dan timbal yang terkandung dalam biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar dan emping yang dibuat sendiri? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar, emping yang dibuat sendiri dan beredar di pasaran memiliki kadar besi, seng, tembaga dan timbal dalam jumlah tertentu. b. Terdapat perbedaan kadar mineral besi, seng, tembaga dan timbal pada biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar dan emping yang dibuat sendiri. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Untuk menentukan kadar besi, seng, tembaga dan timbal yang terkandung dalam biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar, emping yang dibuat sendiri dan beredar di pasaran. 4
b. Untuk menentukan adanya perbedaan kadar besi, seng, tembaga dan timbal yang terkandung dalam biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar dan emping yang dibuat sendiri. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral besi, seng, tembaga dan timbal yang terdapat pada biji melinjo (Gnetum gnemon L.) segar, emping yang dibuat sendiri dan beredar di pasaran. 5