BAB I PENDAHULUAN. Bank berperan penting dalam pembangunan dunia usaha, berpengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah melakukan mobilisasi dana dari satu pihak kepada pihak lain (financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan perekonomian. Peranan strategis disebabkan oleh fungsi utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. perkonomian. Dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. kelancaran perekonomian (Triandaru dan Budisantoso, 2006:10).

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank berperan penting dalam pembangunan dunia usaha, berpengaruh terhadap sistem perekonomian nasional dan bank juga berperan sebagai agen perantara (financial intermediary) yang mendukung usaha pembangunan terkait dalam berbagai bidang (Rizal, 2013 : 1). Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan dan dana yang telah terhimpun tersebut, disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit (Dendawijaya, 2001 : 190). Kredit yang disalurkan oleh bank merupakan bagian asset terbesar yang dimiliki oleh bank tapi setiap kredit yang disalurkan mengandung berbagai resiko yang disebabkan adanya kemungkinan tidak dilunasi kredit oleh debitur pada akhir masa (jatuh tempo) kredit itu. Sehingga bank harus berhati-hati dalam memberikan pinjaman terhadap calon debitur (peminjam), karena mereka tidak ikut menanggung risiko yang sudah menjadi tanggung jawab manajemen bank. Sehingga dalam menentukan apakah bank akan memberikan suatu pinjaman atau tidak, maka bank harus bisa memperkirakan atau mengukur risiko kredit bermasalah (Darmawi, 2012 : 104). 1

Terjadinya kredit bermasalah pada bank sering disebut sebagai rasio Non Performing Loans (NPL) (Siamat, 2005 : 358). Rasio NPL merupakan salah satu faktor untuk menilai suatu bank dapat dikatakan sehat atau tidak, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Rasio NPL dihitung dengan rumus, jumlah kredit bermasalah (kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet) dibagi jumlah kredit yang disalurkan (SE BI N0 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001). Dalam ketentuannya Bank Indonesia menetapkan ukuran maksimal tingkat rasio NPL adalah 5%. Bank dapat dikatakan mengalami kegagalan kredit apabila memiliki tingkat NPL lebih dari 5%. Widjonarto (dalam Dendawijaya, 2001 : 172) menjelaskan bahwa, krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia termasuk industri perbankan, karena pemerintah melikuidasi 16 bank nasional. Hal ini dikarenakan kinerja dan kesehatan bank tidak baik. Menurut Dendawijaya (2001 : 189), untuk mempercepat pemulihan ekonomi sebagai dampak dari krisis moneter, maka pemerintah melakukan program rekapitalisasi perbankan (perbaikan menyeluruh disektor perbankan). Dalam rekapitalisasi perbankan, kredit yang diberikan (khususnya kredit bermasalah) menjadi pemain utama selain faktor modal. Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan penilaian kesehatan bank, setiap bank umum yang memberikan kredit wajib membentuk cadangan aktiva yang diklasifikasikan. Cadangan dibentuk nilainya harus diambil dari modal bank, semakin besar kredit bermasalah maka modal bank akan digerogoti karena semakin besar cadangan yang 2

dibentuk dari modal dan berakibat modal bank kemungkinan negatif. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank. Meskipun kredit bermasalah berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, namun kegagalan kredit (kredit bermasalah) masih dialami oleh perbankan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Non Performing Loan (NPL) bank pemerintah dan bank asing periode 2006-2012 pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Non Performing Loan (NPL) Bank Pemerintah dan Bank Asing Periode 2006-2012 (Periode Desember) Tahun Rasio NPL (%) Bank Pemerintah Bank Asing 2006 10,70 3,64 2007 6,50 5,23 2008 3,74 5,83 2009 3,46 7,40 2010 2,80 3,14 2011 2,55 2,50 2012 2,21 1,54 Sumber: www.bi.go.id Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rasio NPL bank pemerintah pada tahun 2006 dan 2007, masing-masing sebesar 10,70% dan 6,50%. Sementara bank asing pada tahun 2007, 2008, dan 2009, masing-masing sebesar 5,23%, 5,83% dan 7,40%. Data tersebut menunjukkan bahwa NPL bank pemerintah dan bank asing berada diatas ketentuannya Bank Indonesia. Berdasarkan ketentuannya Bank Indonesia menetapkan ukuran maksimal tingkat rasio NPL adalah 5%, dan Tabel 1.1 juga menunjukkan Non Performing Loans (NPL) seluruh bank pemerintah dan bank asing mengalami fluktuatif pada periode 2006-2012. 3

Peningkatan dan penurunan NPL pada suatu bank dapat dipengaruhi berbagai faktor. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat Non Performing Loans (NPL) adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size, Return on Equity (ROE), Gross Domestic Product (GDP) dan Tingkat Inflasi. Kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Loan (NPL) bank pemerintah dan bank asing selama periode penelitian (2008-2012), dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Rata-rata LDR, NIM, KAP, BOPO dan NPL Bank Pemerintah dan Bank Asing Periode 2008 2012 Rasio (%) Tahun Bank Pemerintah Bank Asing LDR NIM KAP BOPO NPL LDR NIM KAP BOPO NPL 2008 70,27 6,07 3,33 89,92 3,74 88,31 4,29 3,67 83,38 5,83 2009 69,55 5,81 3,03 92,35 3,46 85,05 3,78 4,18 78,78 7,40 2010 71,54 6,11 2,64 88,23 2,80 90,86 3,54 2,40 88,61 3,14 2011 74,75 6,55 2,40 91,94 2,55 96,47 3,62 1,60 83,24 2,50 2012 79,84 5,95 2,60 70,53 2,21 111,21 3,47 1,50 80,78 1,54 Sumber : www.bi.go.id Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa NIM, KAP dan BOPO bank pemerintah selama tahun 2008-2012 mengalami fluktuatif dan LDR mengalami peningkatan. Sedangkan bank asing selama tahun 2008-2012 NIM dan BOPO mengalami fuktuatif, LDR mengalami peningkatan dan KAP mengalami penurunan. 4

Ratio LDR menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank (Dendawijaya, 2001 : 118). Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar kewajibannya. Menurut Irmayanto et al, (2009 : 90), semakin tinggi rasio LDR berarti semakin rendah likuiditas bank, karena terlalu besar jumlah dana masyarakat yang dialokasikan ke kredit. Oleh karena itu maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110% (Riyadi, 2004 : 146), jika lebih maka jumlah kredit yang disalurkan terlampau besar sehingga memungkinkan terjadinya resiko kredit bermasalah. Dengan demikian semakin tinggi presentase LDR maka NPL juga semakin tinggi. LDR bank pemerintah tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 0,72% dan NPL bank pemerintah juga mengalami penurunan sebesar 0,28%. Pada LDR bank asing tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 3,26% tetapi NPL bank asing justru mengalami kenaikan sebesar 1,57%. Teori sesuai bagi bank pemerintah tetapi bertentangan bagi bank asing. NIM adalah rasio yang menggambarkan penghasilan bunga bank dari aktiva produktif, semakin besar NIM maka biaya bunga yang harus dikeluarkan terus meningkat sementara pendapatan bunga kredit tidak meningkat, karena kualitas pembayaran kredit menurun yang nantinya mengarah pada kredit macet (NPL) (Dendawijaya, 2001 : 185). Dengan demikian semakin tinggi presentase NIM maka NPL juga semakin tinggi. NIM bank pemerintah tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 0,26% dan NPL bank pemerintah mengalami penurunan sebesar 0,28%. Pada NIM bank asing tahun 2009-2010 mengalami penurunan sebesar 0,24% dan NPL bank asing juga mengalami penurunan sebesar 4,26% dan hal ini sesuai dengan teori. 5

Menurut Rivai (2013 : 474), Kualitas aktiva produktif (KAP) adalah perbandingan antara aktiva produktif yang dikasifikasikan/classified assets (kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet) dengan total aktiva produktif/earning assets. Semakin kecil rasio ini semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah semakin kecil. Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat tagihannya atau kolektibilitasnya tergolong kurang lancar, diragukan dan macet (Rivai, 2013 : 474). pengertian aktiva produktif dalam hal ini salah satunya adalah kredit bermasalah (NPL). Dengan demikian semakin kecil persentase KAP menggambarkan jumlah NPL semakin menurun. KAP bank pemerintah tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 0,2% dan NPL bank pemerintah juga mengalami penurunan sebesar 0,34%. Pada KAP bank asing tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 0,1% dan NPL bank asing juga mengalami penurunan sebesar 0,96%. Teori sesuai bagi bank asing tetapi bertentangan bagi bank pemerintah. BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya (Rivai, 2013 : 482). Dengan demikian semakin kecil persentase rasio BOPO maka bank dapat menutupi kredit macet yang merupakan salah satu beban operasional bank dengan pendapatan operasionalnya. BOPO bank pemerintah tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 21,41% dan NPL bank pemerintah juga mengalami penurunan sebesar 0,34%. Pada BOPO 6

bank asing tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 2,46% dan NPL bank asing juga mengalami penurunan sebesar 0,96%. Sesuai dengan teori, jika BOPO menurun maka NPL juga mengalami penurunan ataupun sebaliknya. Kondisi Gross Domestic Product (GDP), Tingkat Inflasi dan Non Performing Loan (NPL) Bank Pemerintah dan Bank Asing, dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 1.3 : Rata-rata GDP, Inflasi dan NPL Bank Pemerintah dan Bank Asing Periode 2008 2012 (dalam %) Tahun GDP Inflasi NPL Bank Pemerintah NPL Bank Asing 2008 6,01 11.06 3,74 5,83 2009 4,63 2.78 3,46 7,40 2010 6,22 6.96 2,80 3,14 2011 6,49 3.79 2,55 2,50 2012 6,26 4.30 2,21 1,54 Sumber : www.bi.go.id dan www.bps.go.id Menurut Bakti et al (2010 : 17), pengertian pendapatan domestik bruto (Gross Domestic Product) sebagai total output yang diproduksi didalam negeri termasuk pendapatan dari perusahaan milik asing. Pertumbuhan GDP yang lebih tinggi mengakibatkan pendapatan masyarakat meningkat sehingga kemampuan melunasi hutang semakin tinggi (Klein, 2013). Dengan demikian semakin tinggi persentase GDP maka NPL semakin menurun. Pertumbuhan GDP pada tahun 2009-2010 sebesar 1,59% dan NPL bank pemerintah dan bank asing pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,66% dan 4,26%. Hal ini sesuai dengan teori, jika pertumbuhan GDP meningkat maka NPL menurun. Menurut Rosyidi (2006 : 131), inflasi adalah gejala kenaikan harga yang berlangsung secara terus-menerus. Inflasi yang tinggi melemahkan daya beli masyarakat dan melumpuhkan kemampuan produksi suatu perusahaan yang 7

mengarah pada krisis produksi dan konsumsi, karena tingkat pendapatan menurun (Andjaswati, 2010 : 140). Pendapatan menurun akan mempengaruhi kemampuan baik masyarakat atau perusahaan dalam membayar angsuran kredit yang nantinya mengarah pada kredit macet. Dengan demikian semakin tinggi persentase inflasi maka NPL semakin tinggi. Pertumbuhan inflasi pada tahun 2009-2010 mengalami peningkatan sebesar 4,18% dan NPL bank pemerintah dan bank asing pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,66% dan 4,26%. Hal ini bertentangan dengan teori dimana semakin tinggi inflasi maka NPL semakin tinggi. Soebagio (2005) menemukan bahwa CAR dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap Non Performing Loan, Inflasi dan KAP berpengaruh berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Loan dan GDP berpengaruh positif tidak signifikan. Sedangkan menurut Khemraj dan Sukrishnalall (2005), Size berpengaruh berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Loan, GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap Non Performing Loan, dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan. Menurut Adisaputra (2012), CAR, LDR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Loan dan NIM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Non Performing Loan. Menurut Greenidge dan Grosvenor (2010), pertumbuhan GDP berpengaruh negatif terhadap Non Performing Loan dan Inflasi berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan. Menurut Shingjergji (2013), CAR berhubungan negatif tidak signifikan terhadap Non Performing 8

Loan, NIM berhubungan positif terhadap Non Performing Loan dan ROE berhubungan negatif terhadap Non Performing Loan. Berdasarkan pada fenomena gap dan keragaman argumentasi (research gap) hasil penelitian yang ada mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loans (NPL) perbankan, maka saya ingin melakukan penelitian ini kembali dengan judul Faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) pada Bank Pemerintah dan Bank Asing di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size, dan Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada bank pemerintah dan bank asing di Indonesia? 2. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size, Return on Equity (ROE), Gross Domestic Product (GDP) dan Inflasi berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada bank pemerintah dan bank asing di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis 1. Perbandingan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), 9

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size dan Return on Equity (ROE) terhadap Non Performing Loan (NPL) antara bank pemerintah dan bank asing di Indonesia 2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size, Return on Equity (ROE), Gross Domestic Product (GDP) dan Inflasi terhadap Non Performing Loan (NPL) bank pemerintah dan bank asing di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengambil kebijakan perbankan, khususnya dalam hal Non Performing Loan (NPL). 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai analisis kesehatan bank, khususnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) Bank Pemerintah dan Bank Asing di Indonesia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL), atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan. 10