PESANTREN SEBAGAI PENYELENGGARA PENDIDIKAN Achmad Muchaddam Fahham

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELENGGARAAN IBADAH UMRAH: AKAR MASALAH DAN PENANGANANNYA 13

No.972, 2014 KEMENAG. Muadalah. Pondok Pesantren. Satuan Pendidikan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Tahun Akademik

DAFTAR ISI. Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

PERATURAN MENTER! AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SATUAN PENDIDIKAN MUADALAH PADA PONDOK PESANTREN

BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

KEMENTERIAN AGAMA R.I Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DAN PESANTREN

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

Rapat Koordinasi Pendataan Ujian Nasional Tahun 2018 Jakarta, 21 November 2017

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. adalah : Kuttab/maktab, aljami, majelis ilmu atau majelis adab, dan. mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN AGAMA R.I. Bagian Perencanaan dan Data

BAB I PENDAHULUAN. demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN)

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB IV ANALISIS DATA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

EDISI REVISI BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

2. BAB II TINJAUAN UMUM

EDARAN DIREKTUR PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

-1- QANUN ACEH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun Pendidikan yang terjadi di Negara Indonesia begitu terasa di masyarakat.

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. XI, No.15/I/Puslit/Agustus/2019 13 PESANTREN SEBAGAI PENYELENGGARA PENDIDIKAN Achmad Muchaddam Fahham Abstrak RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan saat ini sedang dalam tahap pembahasan dengan pemerintah di Komisi VIII DPR RI. Pengesahan RUU tersebut menjadi UU ditargetkan pada September 2019. Tulisan ini menelaah fungsi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan keagamaan sebagaimana diatur dalam RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan. Kurikulum pendidikan keagamaan yang diatur dalam RUU pesantren, baik pada satuan pendidikan muadalah yang berbasis dirasah islamiyah maupun pada satuan pendidikan diniyah formal yang berbasis kitab kuning, tidak menghilangkan ciri khas pesantren. Pendidikan keagamaan formal dan/atau nonformal yang diselenggarakan oleh pesantren diakui oleh Negara sebagai satuan pendidikan keagamaan yang setara dengan satuan pendidikan lain, seperti madrasah atau sekolah. Lulusan satuan pendidikan keagamaan formal berhak melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sementara lulusan pendidikan keagamaan nonformal juga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi dengan syarat lulus ujian. PUSLIT BKD Pendahuluan Panitia Kerja Rancangan Undang- Undang (Panja RUU) Pesantren dan Pendidikan Keagamaan dari Komisi VIII DPR RI beberapa waktu lalu melakukan uji publik tentang Pesantren dan Pendidikan Keagamaan. Panja juga melakukan pertemuan dengan beberapa pimpinan pesantren dan sekolah keagamaan di beberapa daerah. Dua kegiatan ini dimaksudkan untuk menyerap aspirasi masyarakat (Republika. co.id, 13/5/2019). Kehadiran RUU ini sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pesantren. Mereka khawatir RUU ini akan mengubah ciri khas pesantren. Namun di sisi lain, RUU ini memiliki makna penting bagi kalangan pesantren. Melalui RUU ini, mereka berharap Negara hadir untuk memperhatikan aspek satuan pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh pesantren, aspek sarana prasana,

pembiayaan, dan peningkatan kualitas tenaga kependidikan yang ada di pesantren (cnnindonesia. com, 26/3/2019). Atas dasar itu, Panja RUU tentang Pesantren dan Pendidikan Keagamaan bertekad untuk segera menyelesaikan pembahasan dan menargetkan pengesahan RUU ini menjadi undang-undang pada September 2019 atau sebelum masa keanggotan DPR periode 2014-2019 berakhir (Republika.co.id, 13/5/2019). Ada beberapa masalah dalam RUU tersebut yang menarik untuk dikaji, antara lain masalah fungsi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan keagamaan, akreditasi pesantren, dan alokasi anggaran pendidikan untuk pesantren. Dari tiga masalah tersebut, penulis membatasi kajian ini pada fungsi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan keagamaan. Pertanyaan yang hendak dijawab adalah apakah kurikum pendidikan keagamaan yang diatur dalam RUU tersebut dapat menghilangkan ciri khas pesantren? Apakah satuan pendidikan keagamaan ditempatkan sebagai satuan pendidikan keagamaan yang setara dengan satuan pendidikan lainnya seperti madrasah dan sekolah? apakah lulusan satuan pendidikan keagamaan juga memperoleh perlakukan yang setara? Pendidikan Keagamaan di Pesantren Pesantren adalah institusi pendidikan keagamaan khas masyarakat Muslim Indonesia. Pesantren hadir di hampir seluruh wilayah nusantara jauh sebelum Indonesia merdeka. Di Jawa, institusi ini dikenal dengan sebutan pondok pesantren, di Aceh dikenal dengan istilah dayah dan meunaasah, dan di Sumatera Barat dikenal dengan surau. Pada umumnya, pesantren didirikan untuk menyelenggarakan pendidikan Islam dan dakwah Islam. Namun dalam perkembangannya, pesantren tidak saja difungsikan sebagai institusi pendidikan dan dakwah, tetapi juga sebagai agen pemberdayaan sosial. Dapat dikatakan ada tiga fungsi yang selama ini diperankan oleh pesantren, yaitu fungsi pendidikan, dakwah Islam, dan pemberdayaan sosial (nuonline, Rabu, 3/10/2018). Pada fungsi pendidikan, pesantren menyelenggarakan satuan pendidikan formal seperti madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Ketiga jenjang madrasah tersebut bernaung di bawah Kementerian Agama. Tapi banyak juga pesantren yang menyelenggarakan satuan pendidikan formal yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti SD, SMP, dan SMA. Pesantren yang menyelenggarakan satuan pendidikan formal seperti itu nyaris tidak menghadapi banyak masalah. Hal ini dikarenakan satuan pendidikan formal yang diselenggarakannya memiliki pijakan yang jelas dan satuan pendidikan madrasah dibina, disupervisi dan diberi bantuan dana oleh Kemeterian Agama. Sementara satuan pendidikan sekolah dibina, disupervisi dan diberi bantuan dana oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan banyak pesantren yang memiliki perguruan tinggi, baik perguruan tinggi agama maupun perguruan tinggi umum. 14

15 Selain menyelenggarakan satuan pendidikan formal seperti di atas, ada juga pesantren yang hanya menyelenggarakan pendidikan formal keagamaan Islam, yang diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan diniyah. Ciri dari satuan pendidikan diniyah adalah materi ajarnya murni agama, kitabkitab rujukannya dikenal dengan kitab kuning, yakni buku-buku ilmu agama Islam berbahasa Arab yang ditulis oleh ulama-ulama Islam klasik. Satuan pendidikan diniyah ini berjenjang, yakni awaliyah (dasar), wustha (menengah) dan ulya (atas). Masalahnya, peserta didik yang menempuh satuan pendidikan diniyah hanya menguasai ilmu-ilmu agama Islam, dan tidak menguasai materi-materi pengetahuan umum karena materi-materi pengetahuan umum memang tidak diajarkan pada satuan pendidikan diniyah. Meskipun telah lulus dari satuan pendidikan diniyah, mereka tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada jenis pendidikan lain. Ijazahnya tidak diakui oleh Negara sebagai ijazah yang setara dengan ijazah yang diperoleh dari satuan pendidikan madrasah. Lulusan pendidikan diniyah ulya hanya bisa melanjutkan studi ke ma had aly, yakni pendidikan keagamaan (nonformal) tingkat tinggi yang diselenggarakan di pesantren untuk menghasilkan ahli agama Islam dengan kekhususan bidang kelimuan tertentu berbasis kitab kuning. Selain itu, ada juga pesantren yang menyelenggarakan satuan pendidikan keagamaan, tetapi kurikulumnya bersifat integratf. Satuan pendidikan keagamaan seperti ini dikenal dengan sistem mu allimin, yaitu memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum, serta memadukan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler secara komprehensif. Masa studi di pesantren seperti ini, antara 4-6 tahun, 4 tahun bagi mereka lulus SMP/MTs, 6 tahun bagi mereka yang lulus SD/ MI. Meskipun satuan pendidikan keagamaan ini bersifat integratif dan komprehensif, dan setara dengan satuan pendidikan tingkat SMU/ MA, tetapi lulusannya juga tidak bisa diterima untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Ijazah yang dikeluarkan oleh pesantren sistem mu allimin tidak diakui oleh Negara. Lulusan pesantren dengan sistem itu, baru bisa diterima di perguruan tinggi agama atau umum, jika memiliki ijazah setingkat SMU/ MA. Untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, mereka harus mengikuti ujian Paket C. Negara sejatinya telah mengakui pesantren sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional seperti diatur dalam Pasal 30 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tapi belum mengakui satuan pendidikan diniyah atau mu allimin sebagai satuan pendidikan yang setara dengan satuan pendidikan lainnya seperti madrasah atau sekolah. Padahal satuan pendidikan keagamaan tersebut memiliki andil yang besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyetaraan Pendidikan Diniyah dan Muadalah Pengakuan Negara terhadap satuan pendidikan diniyah, muncul tahun 2012 dengan lahirnya Peraturan Menteri

Agama (PMA) No. 3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Agama Islam yang memasukkan satuan pendidikan diniyah sebagai satuan pendidikan diniyah formal. Kurikulumnya terdiri dari kurikulum keagamaan Islam dan kurikulum pendidikan umum. Jenjang pendidikannya terdiri dari diniyah dasar dan diniyah menengah. Dalam PMA tersebut juga diatur penilaian kelulusan peserta didik melalui ujian nasional yang diselenggarakan pemerintah. Lulusan satuan pendidikan diniyah formal pada jenjang dasar dan menengah sudah diberi hak untuk melanjutkan ke satuan pendidikan yang lebih tinggi pada jenis pendidikan lain. Namun PMA No. 3 Tahun 2012 dipandang belum dapat menjadi payung hukum bagi pesantren yang menyelenggarakan satuan pendidikan keagamaan dalam bentuk muállimin. Lahirlah kemudian PMA Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren. Pendidikan muadalah adalah satuan pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di lingkungan pesantren, mengembangkan kurikulum khas pesantren, berbasis kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu allimin secara berjenjang dan disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan Kementerian Agama. Peserta didik yang dinyatakan lulus pada satuan pendidikan muadalah berhak melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Pendidikan Keagamaan dalam RUU Pesantren Pesantren dapat menyelenggarakan pendidikan formal dan/atau nonformal. Pendidikan formal terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan tingkat dasar berbentuk satuan pendidikan muadalah ula atau satuan pendidikan diniyah formal ula. Pendidikan tingkat menengah dibagi dua, yakni pertama, berbetuk satuan pendidikan muadalah wustha atau satuan pendidikan diniyah formal wustha, kedua, berbentuk satuan pendidikan muadalah ulya atau satuan pendidikan diniyah formal ulya. Penyelenggaraan pendidikan tinggi dilakukan dalam bentuk ma had aly. Kurikulum pendidikan muadalah terdiri atas kurikulum keagamaan Islam dan kurikulum pendidikan umum. Kurikulum keagamaan Islam yang dikembangkan pada satuan pendidikan muadalah berbasis pada kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu allimin. Lulusan satuan pendidikan muadalah berhak melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Kurikulum pada satuan pendidikan diniyah formal terdiri atas kurikulum keagamaan Islam dan kurikulum pendidikan umum. Berbeda dengan kurikulum keagamaan Islam pada pendidikan muadalah yang agak longgar karena tidak harus dikembangkan oleh kementerian. Kurikulum keagamaan Islam yang digunakan oleh satuan pendidikan diniyah 16

17 formal merupakan kurikulum yang telah dikembangkan oleh kementerian, kurikulum keagamaan Islam khas pesantren dan berbasis pada kitab kuning. Lulusan pendidikan diniyah formal berhak melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Ma had aly menyelenggarakan pendidikan akademik pada program sarjana, magister, dan doktor, serta mengembangkan rumpun ilmu agama Islam berbasis kitab kuning dengan pendalaman bidang ilmu keislaman tertentu. Pendalaman ilmu keislaman oleh ma had aly dikembangkan berdasarkan tradisi akademik pesantren dalam bentuk konsentrasi kajian. Ma had aly hanya dapat menyelenggarakan satu konsentrasi kajian pada satu rumpun ilmu agama Islam. Ma had aly memiliki otonomi untuk mengelola lembaganya. Lulusan ma had aly berhak menggunakan gelar dan mendapatkan ijazah serta berhak melanjutkan pendidikan pada program yang lebih tinggi. Pesantren dapat menyelenggarakan pendidikan nonformal dalam bentuk pengajian kitab kuning. Jalur pendidikan nonformal ini dapat diselenggarakan secara berjenjang atau tidak berjenjang. Jalur pendidikan nonformal dapat mengeluarkan syahadah/ ijazah sebagai tanda kelulusan. Lulusan pesantren jalur pendidikan nonformal diakui sama dengan pendidikan formal pada jenjang tertentu setelah lulus ujian. Lulusan pesantren jalur pendidikan nonformal yang dinyatakan lulus ujian dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi, baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Penutup Satuan pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh pesantren terdiri atas satuan pendidikan keagamaan formal dan/atau nonformal. Satuan pendidikan keagamaan formal dibagi tiga jenjang, yakni tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pada tingkat dasar dan menengah, pesantren dapat menyelenggarakan satuan pendidikan keagamaan formal dalam bentuk muadalah dan/atau diniyah formal. Satuan pendidikan keagamaan pada tingkat tinggi diselenggarakan dalam bentuk ma had aly. Satuan pendidikan keagamaan pada jalur nonformal dapat diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab kuning. Pendidikan keagamaan yang diselenggarakan pada jalur formal maupun nonformal sebagaimana diatur dalam RUU Pesantren diakui oleh Negara sebagai satuan pendidikan keagamaan yang setara dengan satuan pendidikan lain, seperti madrasah atau sekolah. Lulusan satuan pendidikan keagamaan formal berhak melanjutkan ke jenjang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Lulusan pendidikan keagamaan nonformal juga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi syarat telah lulus ujian. Kurikulum keagamaan yang dikembangkan baik pada satuan pendidikan muadalah berbasis dirasah islamiyah, maupun pada satuan pendidikan diniyah formal yang berbasis kitab kuning, tidak menghilangkan ciri khas pesantren. Oleh karenanya, Panja RUU dan

Anggota Komisi VIII DPR RI perlu mempercepat pembahasan dengan pemerintah dan mengesahkan RUU menjadi UU sebelum periode anggota berakhir pada September 2019. Referensi Anonim (2019). DPR Targetkan RUU Pesantren Disahkan Agustus Ini, dalam cnnindonesia.com, Selasa, 26 Maret 2019, diakses 4 Agustus 2019. Dhofier, Z., (2014). Tradisi Pesantren, Jakarta, LPES. Fahham, A.M. (2015). Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan, Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak, Jakarta, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Fathoni, "RUU Pesantren Kembalikan Fungsi dan Peran Penting Pesantren", dalam nuonline https://www.nu.or. id/post/read/96680/ruupesantren-kembalikan-fungsidan-peran-penting-pesantren, Rabu, 3 Oktober 2018, diakses 5 Agustus 2019. Oktaviani, Zuhrotul dan Hasanul Rizqa (2019). DPR Uji Publik RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan dalam Republika. co.id, Selasa, 14 Mei 2019, diakses 4 Agustus 2019. 18 Achmad Muchaddam Fahham achmad.fahham@dpr.go.id Achmad Muchaddam Fahham, Peneliti Bidang Agama dan Masyarakat pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Doktor Ilmu Agama Islam Universitas Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Magister Filsafat Islam Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sarjana Syariáh (Hukum Islam) IAIN Sunan Ampel Surabaya. Mengawali karirnya sebagai dosen di lingkungan PTAIN Kementrian Agama RI. Tulisan yang pernah diterbitkan antara lain: Mengkaji Konflik Suriah (review buku) dan Pengelolaan Wakaf Tunai di Lembaga Pengelola Wakaf dan Pertanahan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta. Info Singkat 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit.