BAB I PENDAHULUAN. banyak. Dengan kata lain, bank, dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. biasa yang pola operasinya mengikuti prinsip-prinsip syariah. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB 1 PENDAHULUAN. juga terdapat dalam Al-Qur an surat Al- Baqarah ayat 275, yang potongan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain, bank, dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dimulai tahun 1992 dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Pada tahun yang sama lahir bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia (BMI). Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Namun, setelah diberlakukan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai meningkat. Seiring dengan perbaikan dan reformasi perbankan nasional pasca krisis ekonomi, perbankan syariah yang merupakan bagian dari perbankan nasional mulai memasuki babak baru implementasi sistem perbankan nasional dengan segala hambatan dan perkembangan yang secara berkala terus diperbaiki sesuai

dengan syariat Islam. Perbankan syariah era reformasi dimulai dengan disetujuinya Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan syariah Tabel 1.1 Perkembangan jumlah Perbankan Syariah di Indonesia Kelompok Bank Tahun 1992 1999 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 BUS 1 2 3 3 3 3 5 6 11 11 UUS - 1 15 19 20 26 27 25 23 23 BPRS 9 78 86 92 105 114 131 139 150 154 Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK 2011 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, tampak bahwa perkembangan jumlah perbankan syariah semakin meningkat. Dimana pada tahun 1992, hanya ada satu Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan sembilan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan kelembagaan bank syariah menunjukkan bahwa dilakukannya amandemen UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10 tahun 1998 direspon positif oleh pelaku industri perbankan dengan adanya penambahan satu Bank Umum Syariah dan 1 Unit Usaha Syariah, serta 69 BPRS pada tahun 1999. pada tahun 2011, jumlah Bank Umum Syariah yang beroperasi menjadi 11, diikuti oleh 23 Unit Usaha Syariah, dan 150 BPRS. Peningkatan eksistensi bank syariah di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dan telah berkembang menjadi sebuah tren. Dalam Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (2009) disebutkan berkembangnya tren tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi deposan mengingat nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibanding bunga di bank

konvensional. Selain itu, kinerja perbankan syariah menunjukkan peningkatan yang signifikan tercermin dari permodalan dan profitabilitas yang semakin meningkat (LPPS, 2010). Pada bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Itulah sebabnya penting bagi bank syariah untuk terus meningkatkan profitabilitasnya (Sudarsono, 2008 : 24 ). Kinerja keuangan perbankan syariah periode tahun 2010 hingga 2014 ditunjukkan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel. 1.2 Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia (Miliar Rupiah) Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Laba Sebelum Pajak 1.193 1.786 2,972 3,808 867 Total Pembiayaan 68.181 102.655 147.505 184.120 199.330 Pembiayaan Non Lancar 2.061 2.588 3.269 4.828 8.632 Dana Pihak Ketiga 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 Sumber: Statistika perbankan Syariah tahun 2010-2014 OJK Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat adanya perubahan laba sebelum pajak yang menurun pada tahun 2014. Sedangkan total pembiayaan dan dana pihak ketiga selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Perubahan laba sebelum pajak Bank Umum Syariah pada periode 2010-2014 mencerminkan tingkat kinerja perbankan syariah yang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

perkembangan produk jasa perbankan sehingga menghasilkan fee-based income dan pertumbuhan pembiayaan yang menghasilkan bagi hasil. Pencapaian tujuan pada suatu bank adalah memaksimalkan laba dengan mengelola modal yang dimiliki dan mengatur kewajiban dengan baik. Faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya jumlah kecukupan modal, manajemen pengalokasian dana pada aktiva likuid dalam arti likuiditas, serta efisiensi dalam menekan biaya operasi. Kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan akan bergantung kepada kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mengelola asset dan liabilities yang ada. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004, salah satu alat untuk mengukur kesehatan Bank adalah dengan analisis CAMELS (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity, Sensitivityr to market risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia. Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek Asset Quality meliputi Non Performing Financing (NPF), aspek Earnings meliputi Return on Equity, Return on Asset, dan aspek Liquidity meliputi Financing to Deposit Ratio (FDR). Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi keuangan perbankan syariah. Salah satu rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja bank dalam menghasilkan laba adalah Return on Assets (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Return on Asset (ROA) dipilih sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Menurut Dendawijaya (2003 : 115) semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset. Modal merupakan faktor penting dalam mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank sebesar 8% yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan adanya modal yang cukup memungkinkan suatu bank dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan dan kerugian yang mungkin akan timbul kemudian berdampak pada menaiknya tingkat profitabilitas. CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Kebijakan bank dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh bank, sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Jika

modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) diharapkan akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara CAR dengan ROA adalah positif. Selain masalah CAR yang dialami oleh perbankan di Indonesia, masalah yang sering dihadapi bisnis perbankan adalah adanya persaingan tajam yang tidak seimbang yang dapat menimbulkan ketidakefisienan manajemen yang berakibat pada pendapatan dan munculnya pembiayaan bermasalah yang dapat menimbulkan penurunan laba. pembiayaan bermasalah akan mempengaruhi permodalan yang juga dapat menyebabkan bank mengalami masalah likuiditas. Pertumbuhan pembiayaan yang belum optimal tercermin dari angka - angka FDR. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2003 : 49). Sehingga semakin tinggi FDR maka laba bank semakin meningkat, dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat (Pratiwi, 2012). Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, jika suatu perbankan masih memiliki FDR di bawah 90 persen, dapat dikatakan pengelolaan likuiditas dari perbankan tersebut masih baik. "Kalau berlebihan, itu menunjukkan Pengelolaan likuiditas yang belum baik.

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko pembiayaan yaitu perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin kecil NPF semakin kecil pula risiko pembiayaan yang ditanggung pihak bank. Namun sebaliknya, jika risiko pembiayaan yang ditanggung bank semakin tinggi, profitabilitas akan menurun. Sehingga dikatakan bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Berikut adalah kinerja bank Syariah yang diukur dengan CAR, NPF, FDR, terhadap ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2014 Tabel. 1.3 Rasio Keuangan Perbankan Syariah tahun 2014 (%) Bank CAR NPF FDR ROA Panin Syariah 25,69 0,53 94,04 1,99 Bank Mega Syariah 19,26 3,89 93,61 0,29 BNI Syariah 18,42 1,86 92,58 1,27 Mandiri Syariah 14,76 6,84 82,13 0,17 Bank Muamalat 14,22 6,43 84,14 0,17 Sumber: www.bi.go.id (2014) Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Bank Mega Syariah memiliki nilai CAR sebesar 19,26% dan memiliki nilai ROA sebesar 0.29%. Sementara itu, Bank BNI Syariah yang memiliki nilai CAR lebih rendah dari Bank Mega Syariah, yaitu sebesar 18,42% justru memiliki nilai ROA yang lebih tinggi, yaitu sebesar 1,27%. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar nilai CAR akan berpengaruh kepada semakin besarnya ROA.

Demikian juga dengan teori yang menyatakan bahwa FDR berbanding lurus dengan ROA tidak selalu benar. Bank Mega Syariah memiliki nilai FDR sebesar 93,61%, Dengan ROA 0,29%. Sedangkan Bank BNI Syariah yang memiliki nilai FDR hanya sebesar 92,58%, justru memiliki nilai ROA yang lebih tinggi dari Bank Mega Syariah, yaitu sebesar 1,27%. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa FDR berbanding lurus dengan ROA. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan pada fenomena-fenomena pada paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Dari permasalahan yang muncul tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia? 2. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia? 3. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perbankan Syariah Untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Return on Asset. 2. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan perbankan. 3. Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang manajemen keuangan bank. 4. Peneliti Selanjutnya