BAB I : PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dengan rentang usia tahun. (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia


BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

Transkripsi:

1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun. (1) Remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses kematangan manusia dewasa ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) dan perkembangan. (2) Pada middle adolescent (remaja tengah, usia 15-17 tahun) terjadi peningkatan kecepatan tumbuh yang disebut dengan growth spurt dimana growth spurt ini mengawali periode percepatan pertumbuhan. (3) Menurut Khomsan (2004) pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. (4) Almatsier (2009) menyatakan asupan gizi yang cukup dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Masalah gizi akan timbul ketika susunan makanan yang salah dalam kuantitas atau kualitas dan ketidakseimbangan antara konsumsi makanan dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. (5) Menurut Pudjiadji (2005) kelompok yang rentan untuk mengalami masalah gizi adalah remaja. (6) Perhatian khusus pada masalah gizi remaja perlu didapatkan seiring dengan peningkatan populasi remaja di Indonesia karena hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta akan berdampak pada masalah gizi dewasa. (6) Indonesia mengalami beban gizi ganda (double burden), yaitu keadaan dimana masalah gizi kurang belum sepenuhnya terselesaikan tetapi masalah gizi lebih sudah menunjukkan peningkatan. (7) Masalah gizi pada remaja, baik gizi kurang maupun

2 gizi lebih nantinya akan berdampak tidak baik pada tingkat kesehatan masyarakat. (8) Masalah gizi kurang pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan kesegaran jasmani, penurunan produktivitas sampai berpengaruh pada reproduksi remaja itu sendiri, khusunya remaja perempuan. (8) Kekurangan energi kronis (KEK) banyak dijumpai pada wanita usia subur (WUS) dengan risiko KEK cukup tinggi pada usia 15-19 tahun. (8) Kondisi KEK ini memprihatinkan karena WUS KEK memiliki risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (8) Masalah gizi lebih akan sejalan dengan terjadinya peningkatan risiko obesitas dan penyakit tidak menular (non communicable diseases NCD) yang berhubungan dengan pola makan seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes tipe 2, dan lain-lain di masa yang akan datang. (9) Penyakit tidak menular merupakan penyebab sebagian besar kematian di seluruh dunia, dan angkanya sangat tinggi pada negara yang memiliki pendapatan rendah hingga menengah, dimana hampir 80% dari seluruh kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular. (9) Gizi lebih sudah menjadi masalah di dunia. (10) World Health Organization (WHO) menyebutkan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun dikarenakan gizi lebih dan obesitas. (10) Sedangkan untuk prevalensi gizi kurang di dunia adalah 14,9% dan regional dengan prevalensi tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3%. (10) Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan bahwa sekitar 800 juta penduduk di dunia menderita gizi kurang dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. (11) Jumlah anak yang mendrita kurang gizi di dunia sudah mencapai 104 juta anak, prevalensi kurang gizi terbesar di dunia terjadi di Asia Selatan yaitu sebesar 46%, disusul sub-sahara Afrika 28% dan Amerika Latin/ Caribbean 7%. (11)

3 Menurut data Riskesdas 2013, di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4 %(1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). (12) Sedangkan untuk prevalensi sangat kurus yaitu sebesar 2,7% pada remaja laki-laki dan 4% pada remaja putri, serta prevalensi kurus untuk remaja putra yaitu sebesar 9,1% dan remaja putri sebesar 6,4%. (12) Sedangkan untuk remaja kelompok umur 16-18 tahun penilaian status gizi berdasarkan IMT, prevalensi status gizi lebih pada remaja 16-18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6 % obesitas. (12) Lima belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta. (12) Sumatera Barat termasuk kedalam dua puluh provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu sebesar 6,9 %. Kecenderungan prevalensi remaja kurus cenderung sama pada tahun 2007 dan 2013, namun terjadi kenaikan 0,4% pada prevalensi status gizi sangat kurus. (12) Sedangkan untuk prevalensi gemuk naik dari 1,4% pada tahun 2007 menjadi 7% pada tahun 2013. (12) Menurut Data Hasil Penilaian Status Gizi pada Remaja umur 16 18 tahun pada tahun 2016, Sumatera Barat berada pada angka 0,6% untuk kategori masalah gizi sangat kurus dan sebesar 7,1% untuk kategori masalah gizi kurus. (13) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 mengenai hasil skreening status gizi remaja SMA kelas X, didapatkan masalah gizi gemuk sebesar 4,51%, angka tersebut menurun 1,17% dari tahun 2016 yaitu sebesar 5,68%

4 dan untuk masalah gizi kurus sebesar 5,3%, angka tersebut meningkat 0,01% dari tahun 2016 yaitu sebesar 5,2%. (13) Pada tahun 2016, data dari Dinas Kesehatan Kota Padang mengenai status gizi remaja di kota Padang SMAN 2 Padang dan SMAN 9 Padang masuk ke dalam tiga besar sekolah menegah atas yang memiliki remaja dengan masalah status gizi kurang. (14) Berdasarkan studi awal yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Padang pada anak kelas X, yaitu SMAN 2 Padang dan SMAN 9 Padang didapatkan angka status gizi kurang dari dua sekolah tersebut adalah SMAN 9 Padang dengan angka 20% (4 dari 20 anak mengalami kejadian gizi kurang) dan diikuti dengan SMAN 2 Padang dengan angka 20% (3 dari 15 anak mengalami kejadian gizi kurang.). Sementara untuk kejadian status gizi lebih pada SMAN 9 Padang di dapatkan angka 30% (6 dari 20 anak mengalami kejadian gizi lebih) dan diikuti dengan SMAN 2 Padang 13,3% (2 dari 15 anak mengalami gizi lebih). Penanganan yang serius dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan gizi ini. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan gizi yaitu pendidikan tentang gizi seimbang. (15) Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam ragam dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Konsumsi pangan seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tersebut. Pengetahuan dapat diperoleh melalui banyak sumber seperti media masa, pendidikan, pengalaman, hubungan sosial, dan budaya. (16) Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan seseorang adalah pengetahuan kognitif. (17) Perilaku yang diharapkan akan tumbuh ketika pengetahuan didasari dengan pemahaman yang tepat. (17) Pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi adalah pemahaman remaja

5 terhadap ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. (17) Jika remaja memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gizi, maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan hal ini dapat menyebabkan masalah gizi kurang atau gizi lebih. (17) Status gizi remaja juga dipengaruhi oleh pola konsumsi. Pola konsumsi pada remaja sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan gizi remaja tersebut. Pola konsumsi ini dapat meliputi pola konsumsi zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak juga meliputi pola konsumsi zat mikro seperti vitamin dan mineral. (18) Faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah aktifitas fisik. (19) WHO (2010) menyebutkan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi disebut dengan aktifitas fisik. (19) Kurang aktifitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk kematian global (6% dari kematian global). (19) Obesitas dapat disebabkan karena konsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang selanjutnya akan membawa risiko masalah kesehatan terutama pada penyakit degeneratif dan sindroma metabolik. (20) Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit sudah cukup untuk membantu mengurangi dan menjaga berat badan. (20) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vicennia Serly, dkk (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara penilaian aktivitas fisik dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014 tahun 2014. (21) Faizzatur Rokhmah, dkk (2016) melakukan penelitian pada siswi di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu menunjukkan bahwa status gizi siswi di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu dipengaruhi oleh tingkat kecukupan energi dan zat gizi

6 makro. (22) Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Muchlisa (2013) yang menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat dengan status gizi. (23) Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Grace Florence (2017) tentang hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan status gizi pada mahasiswa TPB di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada mahasiswa TPB di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung. (24) Fasella (2016) melakukan penelitian dengan responden remaja putri di pondok pesantren menjelaskan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan remaja putri tentang pedoman umum gizi seimbang maka akan diikuti dengan status gizi yang baik. (25) Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro, tingkat pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 kota Padang tahun 2018. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan asupan zat gizi makro, tingkat pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 kota Padang tahun 2018?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan asupan gizi zat makro, tingkat pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 2. Mengetahui distribusi asupan karbohidrat siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 3. Mengetahui distribusi asupan protein siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 4. Mengetahui distribusi asupan lemak siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 5. Mengetahui distribusi tingkat pengetahuan siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 6. Mengetahui distribusi aktifitas fisik siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 7. Mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 8. Mengetahui hubungan antara asupan protein dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 9. Mengetahui hubungan antara asupan lemak dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018.

8 10. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan siswa tentang gizi seimbang dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 11. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik siswa dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 Padang tahun 2018. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaaat dan dijadikan bahan referensi bacaan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama masa perkuliahan, di lapangan, dan menambah wawasan peneliti. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Data penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat serta dapat menjadi dasar bagi perencanaan program kesehatan terutama program promotif dan preventif. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk memberikan pengetahuan terhadap siswanya bahwa status gizi remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor juga dapat menimbulkan masalah kesehatan pada remaja sehingga siswa dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan dan gizi tubuhnya.

9 4. Bagi Institusi Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan referensi serta dapat memberikan gambaran tentang hubungan asupan zat gizi makro, tingkat pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa SMAN 2 dan SMAN 9 di kota Padang tahun 2018. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini peneliti ingin dibatasi pada hubungan asupan zat gizi makro yang teridiri dari karbohidrat, protein, lemak lalu tingkat pengetahuan gizi seimbang dan aktivitas fisik dengan status gizi remaja di SMAN 2 dan SMAN 9. Kota Padang selama bulan April sampai dengan Juli 2018 dengan objek siswa kelas X SMAN 2 dan SMAN 9 Padang. Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan judul hubungan asupan zat gizi makro yang teridiri dari karbohidrat, protein, lemak lalu tingkat pengetahuan gizi seimbang dan aktivitas fisik dengan status gizi remaja di SMAN 2 dan SMAN 9. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional yang terdiri dari variabel bebas yang tediri dari asupan karbohidrat, protein, lemak lalu tingkat pengetahuan gizi seimbang dan aktivitas fisik dengan variabel terikat status gizi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat.