BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan mengalami kepailitan. Pembayaran Utang. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi tersebut. Modal yang dimiliki oleh para pengusaha

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. 2

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki peran penting dalam negara Indonesia, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

`BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari pergaulan sehariharinya

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang


AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG No. 37 TAHUN 2004 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. membayar ganti rugi atau disebut dengan penanggung. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik atau wederkerig

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Jika kita telusuri dalam sejarah, bidang perekonomian selalu

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN SKRIPSI OLEH : HENDRIKA S R SINAGA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara. sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaaan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi ( financial intermediary) untuk menunjang kelancaran

Oleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

III. METODE PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DEDY TRI HARTONO / D

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan adalah setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA KEPAILITAN YANG MEMUAT KLAUSULA ARBITRASE SKRIPSI

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN DAN PERUSAHAAN ASURANSI. Kepailitan berasal dari kata pailit dari bahasa Belanda Failliet.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Persoalan yang timbul kemudian adalah apabila dalam waktu yang

KESALAHAN PENERAPAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING VI

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kemakmuran masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 negara negara Asia dilanda krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pertimbangan yuridis..., Riza Gaffar, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

III. METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera demi mewujudkan suatu keadilan sosial, dengan cara pemenuhan. layak bagi seluruh rakyat Indonesia. 1

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. atau jiwa seseorang dengan cara mengalihkan kerugian tersebut kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter telah memberi pengaruh yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian nasional, sehingga menimbulkan kesulitan besar terhadap dunia usaha terutama dalam hal keuangan yang mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kepailitan. Menurut Adrian Sutedi, terjadinya kepailitan adalah apabila dalam jangka waktu tertentu Debitor tidak dapat melakukan pembayaran pokok atau bunganya. 1 Secara lebih jelas tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Seiring dengan perkembangan bisnis di Indonesia, tidak sedikit perusahaan yang diajukan pailit oleh Kreditornya, disebabkan karena adanya utang Debitor terhadap Kreditor yang tidak dibayar sampai pada waktu yang diperjanjikan. Tentu saja dalam kepailitan utang memiliki peran yang sangat penting, tanpa adanya utang maka perusahaan tidak dapat dipailitkan. 1 Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, Hlm.14.

2 Selain utang di dalam hukum kepailitan mengenal istilah concursus creditorum yang juga merupakan syarat wajib dalam kepailitan. Concursus creditorum yaitu merupakan syarat mengenai keharusan Debitor memiliki dua Kreditor atau lebih agar bisa dipailitkan. Jika Debitor hanya memiliki satu Kreditor maka permohonan kepailitan tidak bisa dikabulkan. Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah dipenuhi. 2 Jika sudah terpenuhi maka hakim diharuskan untuk mengabulkan permohonan pailit yang diajukan oleh Kreditor. Namun meskipun telah dijelaskan demikian, terdapat fakta di lapangan mengenai adanya permohonan pailit Kreditor yang ditolak oleh Pengadilan Niaga karena persoalan concursus creditorum yaitu mengenai adanya 2 (dua) Kreditor lain yang tidak setuju dengan adanya upaya kepailitan sehingga Hakim berpendapat bahwa syarat pailit dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak terpenuhi. Seperti contoh kasus pada putusan nomor: 835K/Pdt.Sus/2012, berawal dari Graciana Budhi Hartuti (selanjutnya disebut Kreditor) melakukan 2 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pasal 8 Ayat (4).

3 pembelian unit Apartemen Pancoran Riverside kepada PT. Graha Rayhan Tri Putra (selanjutnya disebut Debitor). Kreditor telah melakukan pelunasan pembayaran kepada Debitor, namun sampai pada waktu yang dijanjikan untuk melakukan penyelesaian pembangunan, Debitor belum juga menyerahkan unit apartemen tersebut. Maka dengan demikian, Debitor memiliki kewajiban membayar utang-utangnya kepada Kreditor. Oleh karena itu, Kreditor mengajukan permohonan pailit terhadap Debitor disertai dengan adanya Kreditor lain yaitu Siti Aminah dan Rita Kurnia Utari guna memenuhi persyaratan pengajuan kepailitan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Meskipun syarat pailit yang diajukan oleh Kreditor telah terpenuhi, namun hakim Pengadilan Niaga berpendapat bahwa permohonan pailit yang diajukan oleh Kreditor ditolak, yang salah satu pertimbangannya adalah karena tidak terpenuhinya asas concursus creditorum. Pada tingkat kasasi Mahkamah Agung dalam amar putusannya juga menguatkan dan membenarkan putusan Pengadilan Niaga sehingga permohonan kasasi Kreditorpun kembali ditolak. Akan tetapi pendapat hakim Mahkamah Agung terdapat beragam penafsiran, sebab terdapat dissenting opinion 3 dalam putusan tersebut. Dengan adanya contoh kasus di atas, Hal inilah yang menarik minat penulis untuk 3 Menurut M. Hadi Subhan dalam buku Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Dissenting Opinion adalah pendapat dari salah satu hakim majelis yang menyatakan berbeda pendapat dari putusan majelis.

4 mengangkat judul ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP ASAS CONCURSUS CREDITORUM DALAM PERMOHONAN PAILIT (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 835K/PDT.SUS/2012) B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam putusan nomor: 835K/Pdt.Sus/2012 bermula dari Kreditor melakukan pembelian unit Apartemen Pancoran Riverside kepada Debitor. Dalam hal ini Kreditor telah melakukan pelunasan pembayaran kepada Debitor, namun sampai pada waktu yang dijanjikan untuk melakukan penyelesaian pembangunan, Debitor belum juga menyerahkan unit apartemen tersebut. Maka dengan demikian, Debitor memiliki kewajiban membayar utang-utangnya kepada Kreditor. Oleh karena itu, Kreditor mengajukan permohonan pailit terhadap Debitor disertai dengan adanya Kreditor lain yaitu Siti Aminah dan Rita Kurnia Utari guna memenuhi persyaratan pengajuan kepailitan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Meskipun syarat pailit yang diajukan oleh Kreditor telah terpenuhi, namun permohonan pailit tersebut ditolak oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dikarenakan 2 (dua) Kreditor lain tidak menyetujui adanya upaya hukum kepailitan.

5 Oleh sebab itu, hakim mengatakan Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak terpenuhi. Kemudian Kreditor berusaha melakukan upaya hukum kembali yang menyatakan keberatan dengan pertimbangan Judex Facti. 4 namun pada putusan Mahkamah Agung permohonan kasasi dari Kreditorpun ditolak. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas penulis adalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan asas concursus creditorum oleh Hakim peradilan Mahkamah Agung dalam perkara nomor 835K/Pdt.Sus/2012? b. Apakah putusan Hakim Mahkamah Agung nomor 835K/Pdt.Sus/2012 tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip umum hukum kepailitan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penulisan ini adalah : 4 Menurut Sudarsono dalam kamus hukumnya mengatakan bahwa Judex Facti adalah hakim yang memeriksa tentang duduknya permasalahan perkara yang berhubungan langsung dengan fakta-faktanya yaitu hakim tingkat pertama dan hakim tingkat banding (tidak termasuk hakim kasasi).

6 a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asas concursus creditorum oleh Hakim peradilan Mahkamah Agung dalam perkara nomor 835K/Pdt.Sus/2012. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian putusan Hakim Mahkamah Agung nomor 835K/Pdt.Sus/2012 dengan prinsip-prinsip umum hukum kepailitan. 2. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Diharapkan penulisan skripsi ini dapat menambah informasi, wawasan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya ilmu Hukum Kepailitan. b. Manfaat Praktis 1) Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan dan penerapan hukum kepailitan di Indonesia. 2) Memberikan informasi mengenai gambaran salah satu contoh permasalahan yang terjadi dalam hukum kepailitan.

7 D. Kerangka Teoritis, Kerangka Konseptual dan Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teoritis Untuk memberikan landasan operasional penulisan ini, penulis menguraikan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan yaitu : Asas Concursus Creditorum adalah asas yang menyatakan bahwa dalam permohonan pailit Debitor harus memiliki 2 (dua) Kreditor atau lebih agar Debitor bisa dinyatakan pailit. Mengenai asas ini diuraikan secara lebih jelas bahwa concursus creditorum merupakan asas mengenai Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih Kreditornya. 5 2. Kerangka Konseptual Selain didukung dengan kerangka teoritis, penulisan ini juga didukung oleh kerangka konseptual yang merumuskan definisidefinisi tertentu yang berhubungan dengan judul yang diangkat, yaitu: 5 Republik Indonesia. Op. Cit., Pasal 2 ayat (1).

8 a. Perusahaan Menurut Prof. Molengraaff perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan,dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan. 6 b. Debitor Dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. c. Kreditor Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karna perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 6 HM.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1999, Hlm.15.

9 d. Utang Dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, utang merupakan kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. e. Kepailitan Menurut HM.N Purwosujipto kepailitan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa pailit, pailit itu sendiri adalah keadaan berhenti membayar utang-utangnya dan dalam kepailitan ini terkandung sifat adanya penyitaan umum atas seluruh harta kekayaan debitor untuk kepentingan semua Kreditor yang bersangkutan, yang dijalankan dengan pengawasan pemerintah. 7 7 Ibid., Hlm.32.

10 3. Kerangka Pemikiran UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN & PKPU PASAL 2 AYAT (1) ASAS CONCURSUS CREDITORUM PRINSIP-PRINSIP UMUM HUKUM KEPAILITAN Putusan Nomor: 835K/Pdt.Sus/2012 ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP ASAS CONCURSUS CREDITORUM DALAM PERMOHONAN PAILIT E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun analisis hasil penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, mengelola data, dan menganalisisnya

11 kemudian dituangkan dengan cara menggunakan kalimat sehingga pembaca lebih mudah memahami penelitian. 8 2. Metode Penelitian Metode penelitian hukum yang digunakan adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif yaitu penelitian kepustakaan terhadap data sekunder, atau berdasarkan logika dan peraturan perundang-undangan 9 yang terkait dengan putusan nomor 835K/Pdt.Sus/2012. Penelitian yuridis normatif tidak memerlukan lokasi penelitian. Sebab bahan-bahan hukum sudah didokumentasikan dalam perpustakaan, pengadilan, kantor-kantor pemerintah, kantor-kantor lembaga negara atau tempat-tempat lain yang berfungsi untuk menyimpan data kepustakaan. Data sekunder tersebut penulis dapatkan dari Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. 2. Pendekatan Sebagai penelitian hukum dengan metode penelitian yuridis normatif, pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan perundangundangan. 10 Penelitian hukum dengan pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan cara memahami, mengungkap dan menafsirkan makna 8 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005, Hlm.132. 9 AA Oka Dhermawan, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Ilmu Hukum, Jakarta: FH-Ubhara Press, 2015, Hlm.19. 10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, hlm.96.

12 norma-norma hukum yang menjadi bahan hukum penelitian. Norma-norma hukum itu dipahami, diungkap dan ditafsirkan maknanya dengan penafsiran yang ada dalam ilmu hukum. 11 3. Bahan Hukum Penelitian hukum bertujuan untuk mengumpulkan bahan-bahan hukum guna menjawab masalah hukum yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Adapun bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Pancasila, Undang- Undang Dasar 1945, traktat, doktrin, yurisprudensi 12 yang berkaitan dengan hukum kepailitan, yaitu: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Burgerlik Wetboek 2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan 3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, diktat, jurnal, makalah yang berkaitan dengan penelitian. 13 11 Septiayu Restu Wulandari, Kedudukan Hukum Perkawinan Beda Agama Dan Beda Kewarganegaraan Di Indonesia Skripsi (untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya), 2013, Hlm.12. 12 AA Oka Dhermawan, Op. Cit., Hlm.21. 13 Ibid.

13 c. Data Tersier, yaitu data yang diperoleh dari Koran, keliping, majalah, internet yang berkaitan dengan penelitian. 14 G. Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis, yaitu keseluruhannya ada pada 5 (lima) bab yang terperinci sebagai berikut: BAB 1 : PENDAHULUAN Pada Bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, kerangka konseptual dan kerangka pemikiran, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab ini memberikan bahan-bahan pustaka terkait secara sistematis dengan isi yang berhubungan langsung dengan hukum kepailitan. Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian kepailitan, pengertian debitor-kreditor, syaratsyarat kepailitan, asas-asas umum hukum kepailitan. BAB III : HASIL PENELITIAN Dalam Bab ini berisikan uraian mengenai hasil penelitian melalui studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum. 14 Ibid., Hlm.22.

14 Serta fakta-fakta mengenai hukum kepailitan. hasil penelitian tersebut akan dihubungkan dengan studi kasus putusan Hakim Mahkamah Agung nomor 835k/Pdt.Sus/2012, dan pada bab ini diuraikan mengenai kasus posisi, para pihak, amar putusan Hakim Pengadilan Niaga, memori kasasi, pendapat Hakim Mahkamah Agung, dissenting opinion Hakim Mahkamah Agung, amar putusan Hakim Mahkamah Agung. BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam Bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai penerapan asas concursus creditorum oleh hakim peradilan Mahkamah Agung dalam perkara putusan nomor 835K/Pdt.Sus/2012 dan hubungan antara studi kasus putusan Hakim Mahkamah Agung dengan prinsip-prinsip umum hukum kepailitan. BAB V : PENUTUP Dalam Bab ini akan menguraikan penyimpulan dari seluruh Bab yang tedapat dalam penulisan skripsi kemudian dibuat saran-saran yang merupakan sumbangan pemikiran penulis dalam permasalahan yang ada dalam skripsi ini.