BAB I PENDAHULUAN. kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah merupakan gangguan musculoskeletal yang sering terjadi pada. yang dialami pekerja adalah sikap kerja yang tidak alamiah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Keluhan yang sering dijumpai pada pekerja biasanya adalah musculosceletal

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI PANGKALAN CV. TOTABUAN INDAH MANADO

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. berfluktuasi selama periode mencapai US$ 6,24 milyar (atau

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 5% per tahun. Sementara pada anak-anak dan remaja kejadiannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan suatu upaya pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggitingginya pada tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja sangat sering ditemukan, kedua masalah tersebut umumnya kurang mendapat perhatian karena hubungan antara penyakit dan pekerjaan sering kali tidak terdeteksi, baik oleh penderita sendiri atau bahkan oleh dokter yang memeriksanya serta ketidakmaun para penderita penyakit akibat kerja untuk melaporkan penyakitnya karena takut diberhentikan. Salah satu jenis gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja adalah penyakit gangguan otot rangka (Musculoskeletal diosders). Pelepasan energi mekanik yang berulang-ulang atau akibat posisi kerja yang kurang ergonomis untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan gangguan musculoskeletal, seperti repetitive strain injury, nyeri pinggang bagian bawah, dan hand arm vibration syndrome. 1

2 World Health Organization (WHO) melaporkan gangguan otot rangka (Musculoskeletal diosders) merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60 % dari semua penyakit akibat kerja. Menurut Depkes RI tahun 2005, sebanyak 40,5 % pekerja di Indonesia mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan di antaranya adalah gangguan otot rangka sebanyak 16 % (Depkes RI, 2007). Semua sektor usaha formal dan informal diharapkan dapat memperhatikan dan memberikan jaminan kesehatan para pekerja, agar mereka merasa aman dan nyaman dalam bekerja, sehingga bebas dari penyakit akibat kerja khususnya dalam hal gangguan otot rangka (Musculoskeletal diosders). Salah satu pekerjaan yang memiliki risiko besar terhadap gangguan otot rangka adalah pengemudi atau sopir bus. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara mata, tangan, kaki, dan otak, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang berisiko tinggi mengalami kelelahan dan berbagai gangguan kesehatan khususnya gangguan otot rangka. Salah satu sopir bus yang intensif dalam mengemudi di Yogyakarta dan dikelola secara baik serta diawasi pemerintah adalah pengemudi bus Trans Jogja. Trans jogja merupakan angkutan masal berbasis perkotaan yang disediakan pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan angkutan masal yang aman, murah dan nyaman. Semenjak beroperasinya

3 Trans Jogja pada tahun 2008, pemerintah berusaha untuk terus menambah jumlah armada agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Penambahan jumlah armada ini disesuaikan dengan penambahan jumlah pengemudi bis Trans Jogja. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengelola Trans Jogja jumlah pengemudi Trans Jogja di jalur lama yakni jalur 1A hingga 3A dimana yang dikelola oleh PT Jogja Tugu Trans telah mencapai 136 orang sopir. Sistem kerjanya dibagi menjadi 2 shift, shift pertama mulai pukul 05.30-12.30 WIB kemudian shift kedua pukul 12.30-21.00 WIB. Untuk formasi hari kerja sopir sendiri adalah 5 hari kerja siang 1 hari libur dan 5 hari kerja malam 1 hari libur. Untuk jam istirahat dilakukan oleh pengemudi ketika telah menyelesaikan satu putaran yaitu sekitar 1-1,5 jam. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan dengan beberapa sopir Trans Jogja mereka menyatakan bahwa dalam satu shift kerja belum tentu dapat melakukan istirahat setiap putarannya. Hal tersebut tergantung kondisi jalanan. Apabila keadaan jalan macet untuk menyelesaikan satu putaran mereka bisa menghabiskan waktu hingga 2 jam, hal ini yang menyebabkan waktu istirahat mereka hilang, sehingga mereka harus menyelesaikan satu putaran lagi untuk mengejar target, yang artinya harus mengemudi selama lebih dari 3 jam. Hasil wawancara dengan 7 pengemudi, 100% pengemudi menyatakan kelelahan serta keluhan nyeri otot rangka. Keluhan nyeri otot yang sering dirasakan sebagai berikut: 4 orang (57,2 %) menyatakan keluhan pada bagian pada bahu, leher, punggung, pinggang dan betis, 2 orang (28,5

4 %) mengeluhkan pada paha, betis dan pergelangan kaki, 3 orang (42,8 %) mengeluhkan pada bahu kiri, lengan kiri, pinggang dan betis kiri. Dari wawancara tersebut keluhan nyeri otot yang muncul adalah leher, bahu, punggung, lengan, pinggang, paha, betis dan pergelangan. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian Dalope (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir bus trayek Manado-Langowan di terminal Karombasan. Nilai OR (8,500) menunjukkan bahwa responden dengan durasi mengemudi yang lama memiliki peluang terjadinya keluhan nyeri pinggang 8,500 kali lebih besar, dibandingkan responden dengan durasi mengemudi yang singkat. Salah satu upaya untuk mengurangi gangguan otot rangka adalah dengan penerapan ergonomi. Ergonomi merupakan keterbatasan, kelebihan, dan karakteristik manusia untuk memanfaatkan informasi tersebut dalam merancang produk, mesin, fasilitas, lingkungan, dan bahkan sistem kerja, dengan tujuan utama agar tercapainya kualitas kerja yang terbaik tanpa mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan, serta kenyamanan manusia penggunananya. The International Ergonomics Association (2000) mengidentifikasi kategori spesialisasi ergonomi, yaitu (1) ergonomi fisik; (2) ergonomi kognitif; (3) ergonomi organisasi; dan (4) ergonomi lingkungan. Ergonomi fisik berkaitan dengan anatomi manusia, seperti antropometri, karakteristik mekanik fisiologi dan biologi yang berkaitan dengan aktivitas fisik.

5 Pendekatan praktis yang digunakan untuk mengaplikasikan prinsipprinsip ergonomi di tempat kerja adalah dengan mempertimbangkan keseimbangan dan keselarasan antara pekerja dan komponen sistem kerja tersebut. Dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pekerja, kondisi fisik, dan kebiasaan bekerja, maka perancangan berbagi sistem kerja yang mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomi dapat mengurangi stres fisik yang berlebihan dan tercapainya penampilan yang optimal demi terciptanya peningkatan produktivitas kerja, serta mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan musculoskeletal dan gangguan kesehatan lainnya pada pekerja (Ridwan, 2008). Produktivitas kerja seseorang ditentukan juga oleh kapasitas kerja fisik dan beban kerja. Kapasitas kerja fisik merupakan kemampuan fungsional untuk melakukan suatu tugas yang memerlukan kerja otot untuk suatu periode waktu tertentu. Dalam kapasitas kerja fisik terdapat beberapa unsur-unsur penting ditinjau dari gerak tubuh, salah satunya adalah kelenturan (flexibility). Tingkat fleksibilitas tubuh individu diukur dan dihitung dengan melakukan tes yang hasilnya didefinisikan sebagai nilai fleksibilitas pribadi. Secara anatomi beberapa bagian penting dari kelenturan dapat ditingkatkan dengan peregangan (stretching). Peregangan (stretching) adalah aktivitas fisik yang paling sederhana dan merupakan penyeimbang sempurna untuk keadaan diam dan tidak aktif bergerak dalam waktu lama. Peregangan teratur di sela pekerjaan akan mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan, membuat pekerja

6 merasa lebih baik (Anderson, 2010). Berdasarkan penelitian Dinda, dkk (2010) menyatakan bahwa adanya perbedaan signifikan antara nilai kesegaran punggung responden sebelum dan sesudah diberikan pelatihan peregangan atau stretching dengan metode MC. Kenzie extention selama lima hari berturut-turut dengan rincian dua kali perlakuan setiap harinya pada pagi dan sore. Pada kesempatan ini peneliti bermaksud untuk mengatasi keluhan otot rangka pada sopir Trans Jogja dengan Aplikasi Peregangan Otot untuk Mengurangi Keluhan Nyeri Otot Rangka (Musculoskeletal disorders) pada Sopir Trans Jogja. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar masalah diatas, maka pertanyaan yang peneliti ajukan adalah: Apakah ada pengaruh aplikasi peregangan otot untuk mengurangi keluhan gangguan otot rangka (Musculoskeletal disorders ) pada Sopir Trans Jogja? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengurangi keluhan nyeri otot rangka (Musculoskeletal disorders) pada Sopir Trans Jogja dengan penerapan peregangan otot.

7 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya pengaruh penerapan peregangan otot terhadap pengurangan keluhan nyeri otot rangka (Musculoskeletal disorders) pada Sopir Trans Jogja. b. Diketahuinya bagian-bagian keluhan nyeri otot rangka yang mampu dikurangi dengan peregangan otot pada Sopir Trans Jogja. D. Ruang Lingkup 1. Lingkup Materi Materi ini adalah di bidang kesehatan lingkungan cakupan penelitian bidang kesehatan keselamatan kerja yaitu faal kerja dan ergonomi. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah Sopir Trans Jogja memiliki keluhan otot rangka. 3. Waktu penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai 29 Mei 2018. 4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada pool Wonosari yang berada di Jalan Wonosari, Pinggolayan, Banguntapan, Bantul dan pool Purosani yang berada di Jalan Wates km 7 Dusun Pereng Kembang, Balecatur, Gamping, Sleman.

8 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dalam mengembangkan ilmu kesehatan lingkungan khususnya dalam bidang Ergonomi. 2. Bagi Sopir Trans Jogja a. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang peregangan otot dalam mengurangi kejadian Musculoskeletal disorders karena mengemudi. b. Mengurangi keluhan otot rangka pada Sopir Trans Jogja. 3. Bagi Peneliti sendiri dan peneliti lain Menambah pengalaman langsung dalam melaksanakan penelitian dan menambah pengetahuan mengenai Ergonomi. F. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis mengenai aplikasi peregangan otot untuk mengurangi keluhan nyeri otot rangka (Musculoskeletal disorders) pada Sopir Trans Jogja belum pernah dilakukan. Penelitian serupa yang pernah dilakukan: 1. Ningsih (2016), meneliti tentang penggunaan kursi ergonomis pada pekerja laundry untuk mengurangi keluhan nyeri otot rangka (musculosketal disorders) di Wilayah Kota Yogyakarta, hasil penelitiannya yaitu:

9 Ada pengaruh bermakna antara penggunaan kursi ergonomis dengan keluhan nyeri otot rangka (Musculosketal disorders) pada pekerja laundry di wilayah Kota Yogyakarta dengan p value 0,0001 (p< 0,05). Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel bebas yang menggunakan kursi ergonomis serta sasaran penelitian adalah pekerja laundry. 2. Anggraeni (2015), meneliti tentang manfaat peregangan otot terhadap keluhan nyeri otot punggung bawah pada pekerja bagian knitting gantungan PT. Royal Korindah Purbalingga, hasil penelitian yaitu: Ada manfaat peregangan otot terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian knitting gantung PT. Royal Korindah Purbalingga dengan p value 0,000. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yakni hanya pada nyeri punggung saja dan sasaran penelitiannya adalah pekerja bagian knitting gantung. 3. Mardi (2014), meneliti tentang Pengaruh Stretching Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Perawat Di Ruang Ratna Dan Medical Surgical Rsup Sanglah, hasil penelitaian adalah : Terdapat pengaruh dari stretching terdapat keluhan muskuloskleletal pada perawat di Ruang Ratna dan Medical Surgical RSUP Sanglah. Hal tersebut telah diuji dengan uji beda Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, yang artinya terdapat pengaruh stretching terhadap keluhan muskuloskeletal pada perawat di ruang Ratna dan Medical Surgical RSUP Sanglah. Perbedaan penelitian ini adalah pada sasaran penelitian yakni perawat pada RSUP Sanglah.