BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah penduduk dunia. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia periode 2000-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun pengelolaannya, tetapi juga karena sebab-sebab bukan maternal kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun Jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia,

1. BAB I PENDAHULUAN

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu negara berkembang yang memiliki beban jumlah penduduk yaitu

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. masa mendatang), keterjangkauan pelayanan kontrasepsi (lokasi tempat tinggal,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat didunia yaitu sekitar 260.580.739 jiwa atau 3,51 % dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia periode 2000-2010 yaitu sebesar 1,49 %, ditargetkan menurun menjadi 1,19 % pada tahun 2019 (CIA World Factbook, 2017;Fadhila, 2016). Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan terus mengalami peningkatan yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035 (BPS, 2013). Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk akan menimbulkan banyak masalah kependudukan. Keadaan tersebut akan menghambat proses pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional didalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2010-2025 yaitu mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Untuk itu, perlu dilakukan usaha meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, sesuai dengan Agenda Prioritas No. 5 (Nawa Cita). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) diberikan mandat untuk mewujudkan Agenda Prioritas No. 5 (Nawa Cita) yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui pembangunan kependudukan dan keluarga berencana. Salah satu cara yang dilakukan yaitu menggencarkan program Keluarga Berencana (KB). Program KB bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga dapat mencapai keseimbangan antara kuantitas dan kualitas penduduk. Pertumbuhan penduduk 1

yang seimbang dan keluarga berkualitas ditandai dengan menurunnya Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1 dari 2,6 pada SDKI 2012 dan nilai Net Reproductive Rate (NRR) adalah 1 pada tahun 2025, serta ditandai dengan keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan memiliki jumlah anak yang ideal (Renstra BKKBN 2015-2019). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menjelaskan bahwa program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB juga merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan keluarga, keselamatan ibu dan anak sehingga bisa menekan Angka Kesakitan dan Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akibat kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik. Pelayanan KB meliputi pemberian informasi, cara-cara bagi keluarga untuk merencanakan kehamilan, serta mengatur jumlah anak dan jarak usia anak. Sasaran program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan pasangan suami istri dengan perkawinan yang sah, dan istri berumur antara 15 sampai 49 tahun. Cakupan penggunaan KB di Indonesia atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) berdasarkan SDKI 2012 adalah 61,9 % sedangkan target CPR yang ingin dicapai yaitu 66 %. Artinya terdapat sebagian PUS yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program tersebut dengan berbagai alasan diantaranya karena Ingin Anak Segera (IAS), Ingin Anak Tunda ( IAT ), Tidak Ingin Memiliki Anak Lagi ( 2

TIAL ), dan hamil. Kelompok PUS yang tergolong IAT dan TIAL disebut sebagai unmet need. Menurut Demographic and Health Survey (DHS) unmet need adalah wanita usia subur yang sudah menikah, aktif secara seksual, dan tidak ingin memiliki anak lagi atau ingin menunda memiliki anak selama 2 tahun tetapi tidak menggunakan kontrasepsi apapun. (Nanlohy, 2017; Fadhila, 2016) Kejadian unmet need ini akan menyebabkan beberapa hal diantaranya ledakan penduduk, jarak kelahiran yang terlalu dekat, dan kehamilan yang tidak diinginkan sehingga meningkatkan resiko terhadap kematian ibu dan bayi. Berdasarkan SDKI 2012, tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 57% dibandingkan dengan SDKI 2007 dengan jumlah AKI sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi tersebut masih sangat jauh dari target capaian Suitainable Development Goals (SDGs) yaitu menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menurunkan AKI tersebut adalah meningkatkan cakupan pelayanan KB atau dengan kata lain menurunkan angka unmet need. (Fadhila, 2016) Di Indonesia persentase PUS yang merupakan unmet need sebesar 12,77% dengan alasan IAT sebanyak 6,22% dan sisanya 6,55% beralasan TIAL. Sumatera Barat memiliki angka unmet need tertinggi ketiga di Indonesia yaitu sebesar 18,54 % setelah Papua (31,09 %) dan NTT (20,16%) (Kemenkes, 2016). Di Sumatera Barat sendiri daerah yang menempati urutan unmet need tertinggi yaitu Kepulauan Mentawai dengan persentase 28,78%, Pasaman Barat sebanyak 21,07%, dan Kota Padang sebanyak 20,25%. Angka unmet need di Kota Padang mengalami fluktuasi pada tiga tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2015 angka 3

unmet need di Kota Padang sebanyak 12,88%, tahun 2016 sebanyak 27,46%, dan tahun 2017 sebanyak 20,25%. Angka tersebut masih jauh dari target yang ingin dicapai per tahunnya dimana pada tahun 2015 target yang ditetapkan adalah 9,1%, tahun 2016 adalah 8,3% dan tahun 2017 adalah 7,6% (BKKBN SUMBAR, 2017). Daerah yang memiliki angka unmet need tertinggi di Kota Padang yaitu Kecamatan Nanggalo dengan persentase 30,05%, Bungus 29,74%, Padang Timur 28,68%, dan yang terendah yaitu Koto Tangah 9,65%. Dari 7.796 PUS di Kecamatan Nanggalo terdapat 3.732 PUS bukan peserta KB yang terdiri dari 2.343 unmet need (1.206 IAT dan 1.137 TIAL), 157 hamil, 1.232 ingin anak segera. Dari 6 Kelurahan di Kecamatan Nanggalo, Kelurahan Gurun Laweh merupakan Kelurahan dengan unmet need tertinggi yaitu sebanyak 43,51% (BKKBN SUMBAR, 2017). Tingginya angka unmet need tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan suami dan informasi efek samping (Lailani, 2017 ; Yulhemapiko, 2016). Sedangkan menurut BKKBN, alasan PUS tidak ber-kb yaitu tidak menyetujui KB, sedang hamil, alasan fertilitas, tidak tahu tentang KB, takut efek samping, pelayanan KB jauh, tidak mampu / mahal, dan lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rachmayani (2015), faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need keluarga berencana adalah umur, pendidikan, jumlah anak, tingkat kekayaan, dan kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir. Pengetahuan tentang KB berkaitan erat dengan sikap dalam memutuskan penggunaan KB. Pengetahuan yang baik tentang KB seperti keuntungan, kerugian, manfaat, dan sebagainya, akan menimbulkan sikap yang 4

positif terhadap KB. Selain itu dukungan suami juga berperan penting dalam memutuskan penggunaan KB (Yarsih, 2014). Dari survei awal yang telah dilakukan di Kelurahan Gurun Laweh melalui wawancara langsung dengan 10 orang Wanita Usia Subur (WUS) ditemukan 6 orang diantaranya tidak menggunakan KB, 1 dari 6 orang tersebut tidak berencana ingin punya anak lagi, 3 orang lainnya ingin menunda memiliki anak, dan 2 orang sedang merencanakan kehamilan. Yang termasuk kategori unmet need diantara 6 orang yang tidak menggunakan KB tersebut adalah 4 orang dengan alasan masing-masing tidak ingin punya anak lagi dan ingin menunda memiliki anak. Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut terhadap 4 orang tersebut dapat diketahui penyebab ibu tidak menggunakan KB karena tidak mendapat dukungan dari suami, takut tidak bisa mendapatkan anak, KB adalah program orang Yahudi sehingga tidak boleh diikuti, dan pernah mengalami kegagalan KB sebelumnya. Kecamatan Nanggalo berada di wilayah Kota Padang dan berdekatan dengan pusat kota, memiliki akses transportasi yang relatif mudah, memiliki beberapa fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan pustu yang bisa dijangkau. Selain itu, Kecamatan Nanggalo juga memiliki Kampung KB yang mendukung peningkatan pelayanan KB di Kecamatan Nanggalo. Untuk itu, keterjangkauan fasilitas pelayanan KB, ketersediaan alat kontrasepsi, dan informasi tentang KB tidak lagi menjadi kendala. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka penulis sebagai peneliti pemula tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami dengan Kejadian Unmet Need Keluarga Berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo. 5

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan kejadian unmet need keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan kejadian unmet need pada program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 1.3.1 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan suami terhadap program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi unmet need pada program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 6

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang program keluarga berencana dengan unmet need pada program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 6. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu tentang program keluarga berencana dengan unmet need pada program keluarga berecana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 7. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan unmet need pada program keluarga berencana di Kelurahan Gurun Laweh, Kecamatan Nanggalo Tahun 2018. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap ibu dan dukungan suami dengan kejadian unmet need keluarga berencana dan menerapkan ilmu pengetahuan tentang metodelogi penelitian. 1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan Dapat memberi masukan dan memacu petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan keluarga berencana sehingga angka unmet need dapat menurun. 1.4.3 Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB dan meningkatkan cakupan penggunaan KB di masyarakat. 7