BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

I. PENDAHULUAN. penghayatan nilai - nilai (sikap mental emosional sportivitas spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

2015 PENGARUH GAWANG MINI TERHADAP HASIL KETERAMPILAN LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan model

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuritia Septiantry, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Enjang Risan Solehudin, 2013

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekarang ini

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

PENGARUH METODE PRAKTEK TERHADAP BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET (Peserta ekstrakulikuler siswa SMK Pasundan Subang)

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan artinya bahwa melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aline Noor Fajrina,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting untuk kemajuan dan masa depan suatu bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil bangsa tersebut akan maju. Berbagai cara dilakukan oleh ahli pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dimulai dari mengembangkan pendekatan mengajar, metode pendidikan, model-model pendidikan hingga mengembangkan kurikulum pendidikan. Semua itu dilakukan semata-mata untuk salah satunya menjawab tantangan zaman yang semakin dinamis. Pendidikan juga merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapioleh negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia seperti masalah kuantitas, kualitas, efektivitas, dan masalah relevansi. Proses pendidikan dilaksanakan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Pendidikan sebagai perubahan perilaku sejak usia dini, maka dari itu peran guru harus memberikan kontribusi yang besar terhadap proses pendidikan, seperti pendapat yang diungkapkan Idris (dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 1) pendidikan adalah menanamkan hasrat ingin tahu, eksploratif, berpikir kreatif, bukan sekedar memori salah dan benar. Menurut Piaget (dalam Tite Juliantine, 2012, hlm. 7), tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan (discover). Pendapat lain dikemukakan oleh Tite Juliantine (2012, hlm. 7) menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses menolong, membimbing, mengarahkan, dan mendorong individu agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Ini berarti bahwa guru harus mendidik anak menjadi orang yang mampu melakukan hal-hal baru, dan tidak hanya sekedar 1

2 mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya, dengan tetap tanpa meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya. Dalam proses pembelajaran di sekolah, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Banyak negara di dunia yang menempatkan pendidikan jasmani sebagian bagian yang integral dari sistem pendidikan yang diterapkan di negaranya. Misalnya, di Jepang, Cina, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Kenya, Amerika, dan beberapa negara lainnya telah melaksankan pendidikan jasmani meskipun dengan cara dan prosedur yang berbeda. Pendidikan jasmani merupakan proses yang dapat mengembangkan kegiatan bermain siswa, juga dalam aktivitas jasmani yang dilakukan terdapat nilai-nilai untuk mengembangkan pembentukan kepribadian. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Ateng Abdul Kadir (dalam Sucipto, 2010, hlm. 46) bahwa penjas bukan hanya mengembangkan aspek fisik saja, melainkan akan mengembangkan aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika. Di Indonesia pendidikan jasmani sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Engkos Koswara, 2013, hlm. 1) mengungkap bahwa: Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Berdasarkan uraian tersebut membuktikan bahwa pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan aspek fisik semata, melainkan juga mengembangkan aspek-aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika. Dengan mengembangkan beberapa aspek selain aspek fisik semata bukan tidak mungkin pendidikan jasmani dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa.

3 Peranan guru pendidikan jasmani harus dapat menekankan pada peserta didik bahwa penguasaan keterampilan motorik bukan merupakan satu-satunya tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran, namun ada tujuan-tujuan pendidikan lain yang harus ditumbuhkembangkan dalam diri siswa sebagai individu utuh yang sedang tumbuh dan berkembang. tujuan-tujuan pendidikan tersebut adalah pengembangan seluruh potensi yang dimiliki siswa baik yang melibatkan dimensi kognitif, afektif, psikomotor, maupun sosial dalam pengertian yang lebih luas. Selama ini guru pendidikan jasmani dalam pengajarannya masih banyak menganut sistem pendekatan yang konvensional atau bersifat teacher center, dimana siswa hanya mendapatkan informasi langsung dari guru. Meskipun pengajaran seperti ini dapat meningkatkan penguasaan keterampilan yang akan diajarkan, namun kekurangannya adalah siswa tidak berperan aktif dan hanya mengandalkan guru sebagai pemberi informasi yang baru. Hal ini menyebabkan rendahnya partisipasi dan tidak berkembangnya kreatifitas siswa ketika pembelajaran berlangsung khususnya pembelajaran permainan bolabasket. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal seperti ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menggugah minat dan partisipasi siswa, bahkan ketika mempelajari keterampilan yang kompleks seperti layup shoot dalam permainan bolabasket. Dengan demikian, guru harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitator dan juga mediator ketika proses pembelajaran berlangsung agar dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan sikap aktif, inovatif, kreatif dari siswa tidaklah mudah dan dibutuhkan guru yang profesional. Menurut Bafadal (dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 2), menyatakan bahwa: Guru yang profesional adalah guru yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Guru dengan visi yang tepat berarti guru memiliki

4 pandangan yang tepat tentang pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya dan sama sekali bukan pada aksesoris sekolah; (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan berbagai pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah, media pembelajaran, mengubah status quo agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas; dan (3) harus dilaksanakan atas dasar pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah pengabdian bukan sebagai sebuah proyek. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan sesuatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, dan proses pembelajaran. Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis akan mencoba memberikan salah satu solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, khususnya keterampilan layup shoot dalam permainan bolabasket. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Stahl (dalam Tite Juliantine 2013, hlm. 63) proses pembelajaran dengan model kooperatif mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompokkelompok kecil yang terdiri dari dua sampai enam orang siswa. Pada pembelajaran koopeatif siswa didorong untuk dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan siswa yang lain agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang sedang dilakukan menarik sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), teman dalam kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi ketika dalam permainan merupakan tanggung jawab individual.

5 Dari sekian banyak materi yang harus disampaikan guru pendidikan jasmani salah satunya adalah pembelajaran bolabasket. Permainan bolabasket adalah permainan yang dimainkan dengan tangan, dalam arti bola selalu dimainkan dari tangan ke tangan pemain dalam satu regu. Permainan bolabasket memiliki gerakan yang lengkap, seperti gerakan kaki pada saat berlari dan gerakan tangan pada saat menggiring bola ke keranjang lawan. Hal ini senada dengan pendapat Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 23), yang mengatakan bahwa bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat, dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan lain-lain. Permainan bolabasket terbilang sulit untuk diajarkan karena keterampilan seperti layup shoot begitu kompleks. Dalam melakukan layup shoot dibutuhkan koordinasi antara kaki dan tangan yang baik. Menurut Imam Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 27), menyatakan bahwa bolabasket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya. Artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi rapi sehingga pemain dapat bermain dengan baik. Pada dasarnya teknik dasar permainan bolabasket seperti layup shoot akan dapat dikuasai dengan baik, apabila proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajarannya baik dan tepat. Permasalahan yang sering terjadi ketika mengajarkan permainan bolabasket terutama dalam mengajarkan layup shoot adalah berpusatnya pengajaran pada guru atau teacher center dan juga guru kurang menguasai keterampilan ini. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar, sedangkan untuk menguasai keterampilan layup shoot dibutuhkan model pembelajaran yang tepat agar hasil belajar siswa meningkat. Dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena karakteristik dari model ini seperti bermain dalam sebuah game dengan mempelajari lembar kegiatan dan berdiskusi mengenai kesulitan yang dihadapi untuk dapat menguasai layup shoot.

6 Dari persoalan-persoalan yang telah dijelaskan, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk melihat pengaruh model tersebut terhadap hasil belajar layupshoot. Maka, berdasarkan uraian permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamGames Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Layup Shoot. B. Identifikasi Masalah Penelitian Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu dalam pembelajaran bolabasket terutama ketika mengajarkan keterampilan layup shoot selalu berpusat kepada guru atau teacher center dan model pembelajaran yang digunakan model konvensional sehingga membuat rendahnya hasil belajar layup shoot siswa. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) berpendapat pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini dipilih karena di setiap pertemuan anak diharuskan berkelompok dengan anggota yang berbeda untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Menurut Johnson & Johnson (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 64) yang termasuk indikator dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Saling ketergantungan yang positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok

7 Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 21) ada tahapan gerak yang harus dilakukan dalam pembelajaran lay up shoot, yaitu: (1) Lengan penembak diangkat tinggi sehingga membentuk huruf L, (2) bola dipegang dengan telapak jari pada tangan yang melakukan tembakan, (3) pemain melangkah dengan kaki yang benar dan melompat dengan kaki yang tepat, (4) pemain menjulurkan lengan untuk menembakan kearah titik sasaran pada papan, (5) pemain menggunakan tangan serta lengan yang tidak melakukan tembakan untuk menopang dan melindungi bola, (6) bola menyentuh titik sasaran pada papan. Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok kontrol adalah model pembelajran konvensional. Pembelajaran konvensionalmerupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang mana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar lay up shoot siswa pada kelompok eksperimen yang di treatment dengan model pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah hasil belajar lay up shoot dimana hasil belajar diukur baik sebelum maupun sesudah dilakukan treatment. Menurut Sucipto (2010, hlm. 119) lay up shoot adalah salah satu teknik lanjutan yang perlu dikuasai karena merupakan cara menembak yang paling efektif untuk memasukkan bola ke keranjang. Bentuk tembakan ini memiliki kesempatan masuk yang besar jika dibandingkan dengan tembakan tiga angka. Untuk mengukur hasil belajar lay up shoot dalam penelitian ini yang digunakan adalah tes layup shoot basket permenit menurut Jackson Baumgartner (dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar lay up shoot? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar lay up shoot? 3. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar lay up shoot dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvensional? D. Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar lay up shoot. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar lay up shoot. 3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar lay up shoot dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvensional. E. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian ekperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107): Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), dengan demikian metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. F. Manfaat/Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, bagi guru, dan bagi lembaga pendidikan berupa manfaat teoritis sekaligus manfaat praktis, antara lain:

9 1. Bagi Siswa 1) Meningkatkan pembelajaran anak 2) Meningkatkan rasa percaya diri dan rasa senang terhadap proses pendidikan jasmani 3) Merasanakan suasana kompetitif dalam pembelajaran 4) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemikiran konsep belajar melalui model pembelajaran kooperatif 2. Bagi Guru 1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan model pembelajaran pada siswa 2) Meningkatkan pemahaman tentang penerapan model-model pembelajaran 3) Mengembangkan kemampuan penerapan model-model pembelajaran dalam pendidikan jasmani 3. Bagi Sekolah 1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran 2) Mendorong siswa untuk berprestasi melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan (PAIKEM) 3) Mampu mengembangkan pengdekatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan lingkungan