BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Obesitas merupakan salah satu masalah epidemik dunia dengan lebih dari 1,9 miliar orang mengalami kelebihan berat badan dan lebih dari 650 juta diklasifikasikan ke dalam obesitas.1 Menurut Riskesdas (2013), prevalensi obesitas pada pria dewasa sebesar 15,4% di beberapa wilayah Indonesia. Penyumbang terbesar berasal dari Sulawesi Utara sebesar 24% dan terendah berasal dari Nusa Tenggara Timur sebesar 6,2%. Jawa Barat termasuk pada enam belas provinsi dengan prevalensi obesitas diatas rata-rata prevalensi nasional.2 Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang bisa menyebabkan berbagai penyakit dan dinyatakan dengan IMT >25 Kg/m2. Indeks Masa Tubuh (IMT) sendiri dinyatakan dengan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan.3 Selanjutnya dibuat kriteria yang berbeda untuk orang-orang Asia dibanding negara Eropa oleh WHO, yakni pada negara-negara di Asia Pasifik memiliki kriteria lebih rendah dibandingkan kriteria WHO Eropa.4 Penyebab utama obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dan dikeluarkan, seperti konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh ataupun kurangnya aktivitas yang disebabkan sedentary life. Hal ini bisa menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya seperti penyakit kardiovaskular (hipertensi, stroke, jantung koroner), muskuloskeletal (osteoartritis), dan 1 keganasan. Aktivitas fisik yang rendah berhubungan dengan kemajuan teknologi, seperti kemajuan teknologi dibidang transportasi telah mengurangi aktivitas berjalan kaki yang berakibat ketergantungan pada kendaraan bermotor.5 Menurut survei United States National Health (2008), sekitar 36% orang dewasa kurang melakukan aktivitas fisik dan 59% tidak pernah melakukan aktivitas fisik berat.6 1
2 Pola makan di kota-kota besar juga telah bergeser yakni dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat, serat, dan sayuran ke pola makan barat seperti makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh, gula, dan garam dengan miskin serat dan vitamin sehingga memiliki mutu gizi yang tidak seimbang.5 Para pekerja kantor akhir-akhir ini lebih memilih makanan cepat saji karena waktu yang tersedia kurang. Hal ini menyebabkan banyak rumah makan yang mutu gizinya kurang baik menjamur disekitaran perkantoran. Obesitas erat kaitannya dengan kondisi hipertensi seseorang. Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas (2013) pada usia lebih dari 18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 30,9%, diikuti Kalimantan Timur sebesar 29,6%, dan Jawa Barat sebesar 29,4%.2 Menurut penelitian yang dilakukan Wilson et al. (2002) dari Framingham Heart Study, dimana dari 5209 partisipan yang didominasi oleh ras kulit putih, dua pertiganya berusia diatas 35 tahun dan didapatkan juga bahwa risiko kejadian hipertensi meningkat 2,2 kali pada subjek wanita dan 2,6 kali pada subjek lakilaki obesitas dibandingkan dengan berat badan normal.7 pada wanita peningkatan risiko hipertensi berhubungan dengan menopause yang mengakibatkan peningkatan lemak visceral dan hipertensi.8 Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmhg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmhg, atau sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi.9 Hipertensi dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, dan gangguan kesuburan pada pria maupun wanita.10 Usia sangat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah, itu sebabnya dalam meneliti pengaruh obesitas perlu diperhitungkan faktor usia. Terdapat beberapa pembagian usia seorang dewasa, karena terdapat perbedaan dalam nutrisi dan metabolisme. Ada yang membagi menjadi 3 stadium yaitu early adulthood (19-30 tahun), middle age (31-50 tahun) dan golden years (di atas 50 tahun). Namun ada juga yang membaginya menjadi 2 stadium yaitu early adulthood (18-35 tahun) dan middle adulthood (36-50 tahun).11,12
3 Usia merupakan salah satu faktor penting penyebab gangguan metabolisme terutama pada dewasa madya karena terjadi peningkatan jaringan adiposa, namun pada dewasa muda cenderung belum terjadi peningkatan jaringan adiposa disebabkan tubuh masih dapat mengkompensasi atau dalam keadaan baik sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas dan gangguan metabolisme.13 Pada penelitian Wilson et al. (2002) dari Framingham Heart Study menggunakan subjek yang didominasi oleh ras kulit putih dan menggunakan kriteria IMT WHO Eropa yang berbeda dengan kriteria IMT Asia. Karena hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap tekanan darah pada laki-laki dewasa muda dengan usia di bawah 35 tahun dan dewasa madya yaitu di atas sama dengan 35 tahun di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah tekanan darah pada pria dewasa muda (<35 tahun) dengan IMT obesitas, sama dengan tekanan darah pada IMT tidak obesitas. 2. Apakah tekanan darah pada pria dewasa madya ( 35 tahun) dengan IMT obesitas, lebih tinggi daripada tekanan darah pada IMT tidak obesitas. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan KTI ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh obesitas terhadap tekanan darah pada pria dewasa berdasarkan kelompok umur dibawah 35 tahun dan di atas sama dengan 35 tahun. Dan untuk memberi masukan bagi karyawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan mengenai pentingnya mempunyai berat badan ideal dan aktivitas fisik secara rutin agar terhindar dari risiko penyakit hipertensi.
4 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademik Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh obesitas terhadap tekanan darah pria dewasa muda dan dewasa madya. 1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan wawasan kepada masyarakat agar memiliki berat badan yang ideal karena obesitas memiliki risiko tinggi untuk terkena berbagai penyakit, khususnya hipertensi dikemudian hari. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Terjadinya hipertensi pada obesitas dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain oleh hormon leptin yang dihasilkan oleh jaringan adiposa. Leptin sendiri berfungsi untuk menahan nafsu makan namun pada penderita obesitas terjadi resistensi hormon leptin sehingga menyebabkan obesitas. Leptin akan meningkatkan produksi katekolamin yang selanjutnya akan mempengaruhi reseptor α1 dan β di endotel, sehingga meningkatkan tekanan darah dan bisa menyebakan hipertensi.14 Aktivasi renin angiotensin aldosterone system (RAAs) yang diduga berperan karena jaringan adiposa merangsang RAAs karena terjadi kompresi pada medulla adrenal dan ginjal sehingga akan mempengaruhi sistem tersebut.15 Aldosteron akan menyebabkan terjadinya peningkatan retensi natrium, sehingga akan menyebabkan hipertensi.16 Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan darah terhadap satuan dinding pembuluh darah dan merupakan gaya utama untuk mendistribusikan darah ke seluruh jaringan tubuh.17 Tekanan ini harus diatur dengan ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang
5 memadai. Hal ini untuk menjamin otak dan seluruh organ lainnya untuk mendapatkan aliran yang memadai. Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan tambahan kerja jantung dan tidak menyebabkan jejas pembuluh darah.18 Mekanisme yang mengatur tekanan darah didapat melalui perkalian antara curah jantung (Cardiac Output=CO) dan resistensi perifer total (Total Peripheral Resistance=TPR).18 TPR adalah gabungan tahanan pembuluh-pembuluh perifer dari tubuh.17 Pada penderita obesitas terjadi perubahan endotel yaitu penebalan tunika intima, tunika media dinding pembuluh darah, dan menurunnya responsivitas terhadap nitric oxide dan endothelin-1 yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan TPR sehingga diperlukan tekanan lebih untuk menyuplai aliran darah ke seluruh tubuh.14 Curah jantung didapatkan melalui perkalian denyut jantung (Heart Rate= HR) dan isi sekuncup (Stroke Volume= SV).18 Curah jantung adalah sejumlah darah yang dipompa per menit oleh ventrikel kiri (atau kanan) ke dalam aorta (atau trunkus pulmonal).17 Usia merupakan salah satu faktor penting penyebab gangguan metabolisme dan homeostatik pada manusia seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Pada manusia peningkatan jaringan adiposa biasanya meningkat pada dewasa madya dan pada dewasa muda cenderung belum terjadi peningkatan jaringan adiposa disebabkan keadaan matabolisme masih dapat mengkompensasi atau dalam keadaan baik sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas dan gangguan kardiovaskular.13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chobanian et al. (2003) terjadi peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dimulai dari usia 40 keatas.13,9 Dalam Framingham Heart Study pembagiannya adalah kurang dari 35 tahun dan lebih besar sama dengan 35 tahun.7 Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh obesitas terhadap terjadinya hipertensi dengan membaginya menjadi kelompok dewasa muda (<35 tahun) dan dewasa madya ( 35 tahun).
6 1.5.2 Hipotesis Penelitian a. Tekanan darah pada pria dewasa muda (<35 tahun) dengan IMT obesitas sama dengan IMT tidak obesitas. b. Tekanan darah pada pria dewasa madya ( 35 tahun) dengan IMT obesitas lebih tinggi daripada IMT tidak obesitas.