BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

2017, No Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan rekonsiliasi dalam penyusunan La

Perhubungan Udara perlu dibuat petunjuk teknis sebagai

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.02/2014 TENTANG

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 02/PER/SM/IV/2010

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134/PMK.010/2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN DARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

2017, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, telah tersedia pagu anggaran untuk subsidi Pajak Penghasilan ditanggung o

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No.38 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

2016, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016 tentang

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 54);

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No dan Gas Bumi kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagaimana ditetapkan dalam Pera

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri (Lembaran Negara

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA

2011, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.05/2011 tentang Pelaksanaan Uji Co

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

Transkripsi:

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan sistem akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual, diperlukan penyesuaian pengaturan mengenai penatausahaan dan pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Fungsional di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; b. bahwa ketentuan mengenai penatausahaan dan pelaporan penerimaan negara bukan pajak sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Badan Pengawas Obat dan Makanan sudah tidak sesuai sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pengelolaan Penerimaan Negara

-2- Bukan Pajak Fungsional di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6245); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

-3-2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 198); 8. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); 9. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745); 10. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 784); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi

-4- penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara. 2. PNBP Fungsional adalah PNBP yang dihasilkan dari pelaksanaan layanan publik yang menjadi tugas dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan. 3. Kewajiban PNBP adalah kewajiban Badan Pengawas Obat dan Makanan yang timbul karena wajib bayar telah melakukan penyetoran PNBP Fungsional namun sampai dengan periode pelaporan Badan Pengawas Obat dan Makanan belum dapat memberikan jasa/layanan. 4. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna Anggaran untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab Penggunaan Anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga. 5. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara. 6. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untuk melaksanakan sebagian fungsi BUN. 7. Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disingkat SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang meliputi modul penganggaran, modul komitmen, modul pembayaran, modul penerimaan, modul kas, dan modul akuntansi dan pelaporan. 8. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan keuangan pemerintah.

-5-9. Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online yang selanjutnya disingkat SIMPONI adalah sistem informasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran, yang meliputi Sistem Perencanaan PNBP, Sistem Billing dan Sistem Pelaporan PNBP. 10. Sistem Billing SIMPONI adalah sistem yang merupakan bagian dari SIMPONI yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka pembayaran/penyetoran penerimaan nagara. 11. Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib bayar. 12. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban membayar PNBP Fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat NTPN adalah nomor tanda bukti pembayaran/ penyetoran ke Kas Negara yang tertera pada Bukti Penerimaan Negara yang diterbitkan oleh Settlement. 14. Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran/ penyetoran penerimaan negara dan pemberian NTPN. 15. Unit Kerja Penghasil PNBP yang selanjutnya disebut Unit Kerja adalah biro, pusat, direktorat, dan balai besar/balai di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang menghasilkan PNBP. 16. Surat Perintah Bayar yang selanjutnya disingkat SPB adalah dasar yang digunakan oleh Wajib Bayar untuk melakukan pembayaran PNBP Fungsional dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang dibuat oleh kepala satuan kerja atau petugas yang ditunjuk. 17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara

-6- dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Badan Pengawas Obat dan Makanan. 18. Atasan Langsung Bendahara adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan pengendalian penatausahaan PNBP Fungsional. 19. Petugas Pengelola PNBP adalah pegawai/pejabat yang ditunjuk untuk mencatat dan menyimpan dokumen sumber PNBP Fungsional, serta melakukan pengunggahan data PNBP Fungsional ke Aplikasi PNBP. 20. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh menteri yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara. 21. Nomor Transaksi Bank yang selanjutnya disingkat NTB adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh bank sebagai bank persepsi. 22. Bank Persepsi adalah penyedia layanan penerimaan setoran penerimaan negara sebagai collecting agent dalam sistem penerimaan negara menggunakan surat setoran elektronik. 23. Bukti Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan NTB sebagai sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan surat setoran. 24. Surat Ketetapan Keterlanjuran Setoran Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat SKKSPN adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KPA atau KPPN Khusus Penerimaan. 25. Surat Keterangan Telah Dibukukan yang selanjutnya disingkat SKTB adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan bahwa pendapatan dan/atau Penerimaan Negara telah dibukukan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 26. Surat Perintah Membayar Pengembalian Penerimaan yang selanjutnya disingkat SPMPP adalah dokumen yang

-7- diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar untuk mencairkan dana berdasarkan SKKSPN dan SKTB. 27. Aplikasi PNBP adalah aplikasi yang digunakan untuk pencatatan, penatausahaan, dan pelaporan PNBP Fungsional. 28. Aplikasi Layanan Publik adalah aplikasi yang digunakan oleh unit kerja dalam melakukan layanan publik. 29. e-payment adalah aplikasi untuk memfasilitasi proses pembuatan billing dan transaksi pembayaran PNBP Fungsional yang sudah terintegrasi dengan SIMPONI. 30. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pasal 2 (1) Pengelolaan PNBP Fungsional di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan meliputi: a. pembayaran PNBP; b. penatausahaan PNBP; c. rekonsiliasi PNBP; d. kebijakan akuntansi PNBP; e. pelaporan PNBP; dan f. pengembalian dan koreksi data PNBP. (2) Jenis dan tarif atas PNBP di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB II PEMBAYARAN PNBP FUNGSIONAL Pasal 3 (1) Pembayaran PNBP Fungsional dilakukan dengan sistem pembayaran di muka sebelum pekerjaan dilaksanakan. (2) Pembayaran PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi penerimaan dari satuan kerja sekretariat utama.

-8- Pasal 4 (1) Pembayaran PNBP Fungsional oleh Wajib Bayar dilaksanakan melalui Unit Kerja setelah diterbitkan SPB. (2) Pembayaran PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan menggunakan e-payment. Pasal 5 (1) Akun PNBP Badan Pengawas Obat dan Makanan menggunakan pendapatan jasa pengawasan obat dan makanan dengan kode yang ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. (2) Wajib Bayar menyetorkan PNBP Fungsional ke Bank Persepsi menggunakan Kode Billing yang diterbitkan oleh biller SIMPONI. (3) Wajib Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan 1 (satu) Kode Billing untuk 1 (satu) jenis layanan. (4) Jenis layanan pengujian Wajib Bayar menggunakan 1 (satu) Kode Billing untuk 1 (satu) sampel. Pasal 6 (1) Tahapan pembayaran PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) sebagai berikut: a. Wajib Bayar menyerahkan kelengkapan dokumen permohonan layanan ke Unit Kerja; b. Unit Kerja menerbitkan SPB; c. aplikasi layanan publik Unit Kerja meminta Kode Billing ke SIMPONI melalui aplikasi e-payment; d. SIMPONI menerbitkan Kode Billing dan menyampaikan ke aplikasi layanan publik Unit Kerja melalui e-payment dan Settlement; e. operator aplikasi layanan publik Unit Kerja menyampaikan Kode Billing ke Wajib Bayar; f. Wajib Bayar melakukan pembayaran melalui Bank Persepsi;

-9- g. Bank Persepsi menyampaikan data transaksi ke settlement; h. settlement menerbitkan NTPN dan menyampaikan ke Bank Persepsi dan SIMPONI; i. SIMPONI memberikan notifikasi status pembayaran beserta NTPN ke aplikasi layanan publik Unit Kerja melalui e-payment; j. masa berlaku Kode Billing paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak penerbitan Kode Billing; k. dalam hal masa aktif Kode Billing kedaluarsa dapat diterbitkan Kode Billing baru;. l. setelah melakukan pembayaran Wajib Bayar menyampaikan bukti bayar kepada Unit Kerja kecuali untuk jenis layanan surat keterangan impor dan surat keterangan ekspor; dan m. selesai proses pembayaran oleh Wajib Bayar, Unit Kerja melanjutkan proses layanan publik. BAB III PENATAUSAHAAN PNBP FUNGSIONAL Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan penatausahaan PNBP Fungsional, Kepala Badan menetapkan pejabat pengelola PNBP. (2) Penetapan pejabat pengelola PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada Sekretaris Utama. (3) Pejabat pengelola PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Atasan Langsung Bendahara Penerimaan; b. Bendahara Penerimaan; dan c. Petugas Pengelola PNBP (4) Atasan Langsung Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a yaitu KPA. (5) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b yaitu Bendahara Penerimaan satuan kerja Sekretariat Utama.

-10- (6) Petugas Pengelola PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c terdiri atas: a. Petugas Pengelola PNBP satuan kerja sekretariat utama; dan b. Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. (7) Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b terdiri atas Petugas Pengelola PNBP: a. Direktorat Registrasi Obat; b. Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor; c. Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor; d. Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu dan Ekspor Impor Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif; e. Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik; f. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan; g. Direktorat Pengawasan Kosmetik; h. Direktorat Registrasi Pangan Olahan; i. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang; j. Direktorat Standardisasi Pangan Olahan; k. Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional; dan l. Unit Kerja Balai/Balai Besar di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pasal 8 (1) Atasan Langsung Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a bertanggung jawab terhadap Sistem Penerimaan PNBP.

-11- (2) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf b bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang pendapatan negara yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN. (3) Petugas Pengelola PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c bertanggung jawab terhadap penatausahaan PNBP Fungsional. Pasal 9 (1) Penatausahaan PNBP Fungsional dilakukan dengan menggunakan aplikasi PNBP Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Penatausahaan dilakukan terhadap dokumen sumber PNBP Fungsional. (3) Dokumen sumber PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. berkas permohonan dan atau berkas penerimaan dokumen layanan publik; b. BPN yang telah tertera NTPN; dan c. dokumen kemajuan penyelesaian pekerjaan mengacu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (4) Penggunaan aplikasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Petugas Pengelola PNBP dengan cara merekam data melalui input atau unggah setiap terdapat transaksi pembayaran. (5) Data yang diunggah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (6) Dalam hal terjadi kemajuan pekerjaan atas layanan publik, Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja memasukkan data ke aplikasi PNBP pada setiap tahap penyelesaian pekerjaan.

-12- BAB IV REKONSILIASI PNBP FUNGSIONAL Pasal 10 (1) Rekonsiliasi PNBP di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan terdiri atas: a. rekonsiliasi internal antara pengelola PNBP Fungsional Unit Kerja dan bendahara penerimaan; dan b. rekonsiliasi eksternal antara Bendahara Penerimaan dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2) Data PNBP Fungsional yang diakui dalam rekonsiliasi PNBP Fungsional yaitu data SPAN yang didasarkan pada dokumen sumber yang sah. Pasal 11 (1) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya. (2) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membandingkan data PNBP Fungsional Unit Kerja dengan data PNBP SPAN. (3) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan 4 (empat) jenis data sebagai berikut: a. jenis data sama; b. jenis data tidak sama; c. jenis data hanya ada di SPAN; dan d. jenis data hanya ada di Unit Kerja. (4) Dalam hal hanya terdapat jenis data sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, dilakukan penerbitan berita acara rekonsiliasi antara Bendahara Penerimaan dan Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja. (5) Dalam hal terdapat jenis data tidak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja melakukan sebagai berikut:

-13- a. melakukan pencocokan data ulang antara dokumen sumber dan data yang di unggah pada aplikasi PNBP; dan b. Petugas Pengelola PNBP melakukan revisi data PNBP Fungsional dan melakukan unggah data ulang. (6) Dalam hal terdapat jenis data hanya ada di SPAN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja melakukan: a. penelusuran atas transaksi PNBP Fungsional yang tercatat di SPAN namun tidak tercatat di Unit Kerja; b. revisi data Unit Kerja dengan mengacu kepada data SPAN; dan c. pengunggahan data PNBP Fungsional yang telah disesuaikan ke Aplikasi PNBP segera setelah dilakukan revisi. (7) Dalam hal terdapat jenis data hanya ada di Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d, Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja melakukan: a. penelusuran atas transaksi PNBP Fungsional yang tercatat di Unit Kerja namun tidak tercatat di SPAN; b. koreksi data sesuai peraturan yang berlaku jika terjadi kesalahan data atas dokumen sumber yang sah; dan c. penghapusan atas data PNBP Fungsional dan dilakukan unggah data ulang pada aplikasi PNBP jika tidak terdapat dokumen sumber sah. Pasal 12 Rekonsiliasi eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dilakukan setiap bulan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

-14- BAB V KEBIJAKAN AKUNTANSI Pasal 13 (1) Sistem pembayaran PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) menimbulkan Kewajiban PNBP. (2) Unit Kerja wajib mencatat Kewajiban PNBP. (3) Kewajiban PNBP sebagaimana di maksud pada ayat (2) untuk jenis transaksi sebagai berikut: a. pengakuan pendapatan berdasarkan hak, yaitu pendapatan yang diakui pada saat Badan Pengawas Obat dan Makanan telah memberikan layanan/jasa/barang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; atau b. pengakuan pendapatan berdasarkan kemajuan pekerjaan dan termin, yaitu pendapatan yang diakui sesuai dengan kemajuan pekerjaan dan termin yang berlaku pada layanan/jasa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (4) Kewajiban PNBP sebagaimana di maksud pada ayat (3) mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Kebijakan Akuntansi di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB VI PELAPORAN PNBP FUNGSIONAL Pasal 14 (1) Pemutakhiran data atas Kewajiban PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilakukan oleh Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja. (2) Petugas Pengelola PNBP Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan PNBP kepada Bendahara Penerimaan. (3) Laporan PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

-15- a. laporan realisasi penerimaan PNBP Fungsional; dan b. laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan. (4) Laporan PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dihasilkan oleh Aplikasi PNBP Badan Pengawas Obat dan Makanan. (5) Periode laporan realisasi penerimaan PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas laporan semesteran dan laporan tahunan. (6) Laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) huruf b merupakan laporan PNBP Fungsional yang berpengaruh pada transaksi akrual. (7) Dalam hal menjaga keandalan data laporan kemajuan penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, Petugas Pengelola PNBP membuat surat pernyataan tanggung jawab. (8) Surat pernyataan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sesuai yang dihasilkan oleh Aplikasi PNBP Badan Pengawas Obat dan Makanan. (9) Laporan PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a disampaikan secara tertulis kepada sekretaris utama paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah periode laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir. BAB VII PENGEMBALIAN DAN KOREKSI DATA PNBP FUNGSIONAL Bagian Kesatu Pengembalian PNBP Fungsional Pasal 15 (1) PNBP Fungsional yang telah disetor ke rekening kas negara dapat dilakukan pengembalian.

-16- (2) Permintaan pengembalian PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan BPN yang sah. (3) Permintaan pengembalian PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Wajib Bayar. Pasal 16 (1) Tata cara pengajuan pengembalian PNBP Fungsional dengan ketentuan sebagai berikut: a. Wajib Bayar melakukan permohonan pengembalian PNBP Fungsional kepada Unit Kerja terkait; b. permohonan pengembalian PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut: 1. BPN yang sah; 2. fotokopi NPWP; dan 3. fotokopi buku rekening; c. permohonan PNBP Fungsional berikut dokumen pendukung disampaikan kepada Unit Kerja terkait dalam rangkap 2 (dua); d. Unit Kerja melakukan verifikasi terhadap dokumen pengembalian PNBP Fungsional yang disampaikan Wajib Bayar; e. Unit Kerja melakukan penerusan dokumen pengembalian PNBP Fungsional kepada KPA beserta dokumen pendukungnya, jika dokumen pengembalian PNBP Fungsional telah memenuhi persyaratan; f. KPA meneruskan dokumen pendukung ke Bendahara Penerimaan; dan g. Dalam hal dokumen pengembalian PNBP Fungsional tidak memenuhi persyaratan, unit kerja mengembalikan dokumen pengembalian PNBP Fungsional kepada Wajib Bayar.

-17- (2) Bendahara Penerimaan melakukan proses pembayaran pengembalian PNBP Fungsional ke KPPN berdasarkan permintaan dari Unit Kerja. (3) Pembayaran pengembalian PNBP Fungsional dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pembayaran atas transaksi pengembalian penerimaan negara. Bagian Kedua Koreksi PNBP Fungsional Pasal 17 (1) Koreksi PNBP Fungsional dapat dilakukan dengan ketentuan: a. dilakukan terhadap seluruh segmen BAS; dan b. tidak mengubah total nilai penerimaan. (2) Permintaan Koreksi PNBP Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh: a. Wajib Bayar; atau b. Unit Kerja. Pasal 18 (1) Pengajuan permintaan koreksi PNBP Fungsional oleh Wajib Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dilaksanakan sebagai berikut: a. Wajib Bayar melakukan permohonan koreksi PNBP Fungsional kepada Unit Kerja terkait dengan melampirkan BPN dalam 2 (dua) rangkap; b. Unit Kerja melakukan verifikasi terhadap dokumen koreksi PNBP Fungsional yang disampaikan Wajib Bayar; c. Unit Kerja melakukan penerusan dokumen koreksi PNBP Fungsional kepada KPA beserta dokumen pendukungnya jika dokumen koreksi PNBP Fungsional telah memenuhi persyaratan; d. KPA meneruskan dokumen pendukung ke Bendahara Penerimaan; dan

-18- e. dalam hal dokumen koreksi PNBP Fungsional tidak memenuhi persyaratan, Unit Kerja mengembalikan dokumen koreksi PNBP Fungsional kepada Wajib Bayar. (2) Pengajuan permintaan koreksi PNBP Fungsional oleh Unit Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b dilaksanakan dengan melakukan permintaan koreksi PNBP Fungsional kepada KPA dengan melampirkan BPN. (3) Bendahara Penerimaan melakukan proses koreksi PNBP Fungsional kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (4) Koreksi data transaksi PNBP Fungsional dilakukan oleh KPPN atau Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku unit yang melakukan penatausahaan data penerimaan negara. (5) Tata cara koreksi PNBP Fungsional dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang tata cara koreksi data transaksi keuangan pada sistem perbendaharaan dan anggaran negara. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Sistem informasi data PNBP yang sudah ada pada saat berlakunya Peraturan Badan ini tetap digunakan sampai dengan tersedianya sistem informasi data PNBP yang terintegrasi antara aplikasi layanan publik Unit Kerja dan aplikasi PNBP Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Sistem informasi data PNBP yang terintegrasi harus sudah terbentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Badan ini diundangkan.

-19- BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Badan Pengawas Obat dan Makanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 21 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-21- LAMPIRAN I PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DOKUMEN KEMAJUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN Nomor Jenis Layanan Cluster Kemajuan Dokumen Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan Penyelesaian Pekerjaan 1 Pendaftaran notifikasi kosmetik/ 2 0% Berkas diterima pembaharuan/variasi/kit 100% Surat izin edar 2 Evaluasi persetujuan protokol uji 2 0% Berkas diterima bioekivalensi (PPUB) 100% Surat Persetujuan PPUB 3 Evaluasi permohonan persetujuan uji klinik 2 0% Berkas diterima Obat Tradisional (OT), Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan (SK) 100% Surat Keputusan Nomor Izin Edar atau Surat 4 Pendaftaran pra registrasi Obat Tradisional dan Suplemen Makanan Penolakan 2 0% Berkas diterima 100% 1. Hasil pra registrasi 2. Persetujuan Nomor Izin Edar 3. Persetujuan (approvable letter - NIE)

5 Pendaftaran Registrasi Produk Baru/daftar ulang/variasi obat tradisional dan suplemen makanan -22-4. Persetujuan impor dalam bentuk ruahan 5. Persetujuan impor khusus ekspor 6. Persetujuan khusus ekspor 7. Persetujuan Registrasi Variasi 8. Penolakan 2 0% Berkas diterima 100% Persetujuan Nomor Izin Edar (NIE) 6 Pendaftaran dan Evaluasi Pangan Olahan 2 0% Berkas diterima 100% Surat izin edar 7 Pendaftaran iklan dan evaluasi iklan Obat tradisional, Suplemen makanan dan iklan obat 8 Jasa Inspeksi sarana produksi impor a. evaluasi dokumen pra inspeksi sarana produksi 2 0% Berkas diterima 100% Surat Keputusan Nomor Izin Edar atau Surat Penolakan 2 0% Berkas diterima 100% Surat Hasil Evaluasi / Klarifikasi Dokumen b. audit sarana produksi 2 0% Berkas diterima 100% Laporan Hasil Inspeksi c. evaluasi dokumen hasil inspeksi luar 2 0% Hasil evaluasi CAPA negeri 100% Surat Keberterimaan CAPA atau penolakan 9 Pengujian 2 0% Berkas diterima 100% Sertifikat/Laporan Pengujian 10 Kalibrasi 2 0% Berkas diterima 100% Sertifikat Kalibrasi 11 Pelatihan laboratorium 2 0% Surat Permohonan

-23-100% Sertifikat Pelatihan 12 Uji profisiensi 2 0% Berkas diterima 100% Laporan Hasil Uji Profisiensi 13 Pembelian hewan uji dan baku pembanding 2 0% Surat Permohonan 100% Form Penyerahan Hewan atau Baku Pembanding 14 Pendaftaran dan evaluasi obat dan produk 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar biologi 75% Hasil Evaluasi 100% 1. Hasil pra registrasi 2. Persetujuan Nomor Izin Edar 3. Persetujuan (approvable letter - NIE) 4. Persetujuan impor dalam bentuk ruahan 5. Persetujuan impor khusus ekspor 6. Persetujuan khusus ekspor 7. Persetujuan Registrasi Variasi 8. Penolakan 15 Jasa inspeksi sarana produksi imporevaluasi dokumen hasil inspeksi luar negeri 3A 25% Berkas diterima 75% Hasil Evaluasi 100% Surat Hasil Evaluasi / Klarifikasi Dokumen 16 Sertifikasi dan/atau resertifikasi a. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) 100% Sertifikat CDOB atau Surat Pembatalan dari Pihak Ketiga b. Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB) 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA)

c. Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) -24-100% Sertifikat CPOB atau Surat Pembatalan dari Pihak Ketiga 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) d. Sertifikasi Higiene dan Sanitasi (HS) serta Surat Persetujuan Pendaftaran Produsen Bahan Tambahan Pangan e. Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) 100% Sertifikat CPPOB atau Surat Pembatalan dari pihak ketiga 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) 100% Sertifikat HS atau Surat Pembatalan dari pihak ketiga 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) 100% Sertifikat CPOTB atau Surat Pembatalan dari Pihak Ketiga f. Cara Produksi Kosmetik yang Baik (CPKB) 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) 100% Sertifikat CPKB atau Surat Pembatalan dari Pihak Ketiga g. Cara Produksi Bahan Baku Aktif Obat yang Baik (CPBBAOB) 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA)

17 Persetujuan penggunaan fasilitas bersama a. Pendapatan jasa/layanan Pendaftaran dan Evaluasi Obat dan Produk Biologi b. Pendapatan layanan jasa inspeksi sarana produk impor pada evaluasi dokumen hasil inspeksi luar negeri c. Sertifikasi dan/atau Resertifikasi CDOB, CPOB, CPPOB, Sertifikasi Higiene dan Sanitasi (HS) dan Surat Persetujuan Pendaftaran Produsen Bahan Tambahan Pangan, CPOTB, CPKB, dan CPBBAOB -25-100% Sertifikat CPOB atau Surat Pembatalan dari Pihak Ketiga 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil Evaluasi 100% 1. Hasil pra registrasi 2. Persetujuan Nomor Izin Edar 3. Persetujuan (approvable letter - NIE) 4. Persetujuan impor dalam bentuk ruahan 5. Persetujuan impor khusus ekspor 6. Persetujuan khusus ekspor 7. Persetujuan Registrasi Variasi 8. Penolakan 3B 50% Hasil Evaluasi 100% Surat Persetujuan atau penolakan 3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil evaluasi (Surat Pemberitahuan Hasil Evaluasi CAPA) 100% Sertifikasi CDOB, CPOB, CPPOB, Sertifikasi Higiene dan Sanitasi (HS) dan Surat Persetujuan Pendaftaran Produsen Bahan Tambahan Pangan, CPOTB, CPKB, dan CPBBAOB atau Surat Pembatalan dari pihak ketiga

d. Persetujuan Penggunaan Fasilitas Bersama 18 Evaluasi permohonan persetujuan uji klinik pangan olahan tertentu -26-3A 25% Tanda terima berkas, SPB dan bukti bayar 75% Hasil Evaluasi (perbaikan dokumen atau kelengkapan data) 100% Surat Persutujuan atau Penolakan atau Surat Pembatalan dari pihak ketiga 2 0% Berkas diterima 100% Surat Persetujuan/penolakan pelaksanaan uji klinik KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO

-27- LAMPIRAN II PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN FORMAT UNGGAH DATA PENERIMAAN NTPN Tanggal Kode Layanan Nilai Bayar Cluster Nama Penyetor KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO