GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 7-12 BULAN DI DESA GODONG KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN. Ika Septianingsih, Masruroh, Yulia Nur Khayati, Program Studi D III Kebidanan, STIKes Ngudi Waluyo ABSTRAK Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Cakupan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat data dari Perlindungan Anak dan KB tahun 2010 sebanyak 19,2% serta pada bulan januari hingga Agustus 2011 hanya 8,3% bayi. Sedangkan di Desa Godong pada tahun 2014 yang memberikan ASI Eksklusif hanya 21,14%. Alasan Ibu tidak memberikan ASI Ekslusif dikarenakan banyak yg bekerja, tingkat pendidikan dasar, pengetahuan yg kurang. Adapun karakteristik yang mempengaruhi tidak memberikan ASI Eksklusif antara lain umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Godong Kab. Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 59 ibu menyusui di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Teknik pengambilan sampel adalah proportional random sampling. Kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang telah di uji validita di Desa Bugel. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar pengetahuan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah berpengetahuan kurang yaitu sejumlah 25 responden ( 42,4% ), umur ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif tertinggi yaitu umur 20-35 tahun sejumlah 54 responden ( 91,5% ), juga memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu sejumlah 38 responden ( 64,4% ), dan paling banyak ibu bekerja yaitu sejumlah 33 responden ( 55,9% ). Kata Kunci : Karakteristik, Ibu menyusui, ASI Eksklusif Jurnal Gizi dan Kesehatan 57
ABSTRACT Breast milk is the best and natural food for a baby. The coverage of exclusive breastfeeding can be obtained from the data of the Child Protection and Family Planning in 2010 as many as 19.2% and in January-August 2011 only 8.3%. While, at Godong village in 2014 there were only 21.14% who giving exclusive breastfeeding. The characteristics influencing the mothers not giving exclusive breastfeeding include age, education, work and knowledge. The purpose of this study was to find the description of the characteristics of the mothers not giving exclusive breastfeeding at Godong Village This was a descriptive study with cross sectional approach. The population in this study was 59 mothers at Godong Village Godong Sub-district Grobogan Regency. The data sampling used proportional random sampling technique. The data analysis used univariate analysis. The results of this study indicated that the mothers who mostly did not give exclusive breastfeeding had poor knowledge as many as 25 respondents (42.4%), the mothers who did not give exclusive breastfeeding were mostly have 20-35 years old as many as 54 respondents (91.5%),those had primary education level as many as 38 respondents (64.4%), and they mostly had a job as many as 33 respondents (55.9%). Keywords : Characteristic, Breastfeeding mother, Exclusive breastfeeding Jurnal Gizi dan Kesehatan 58
PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarak sejahtera, adil dan makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan, emosi, kemampuan berkomunikasi, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Depkes,2004). Akhir akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI Ekslusif dapat menekan angka kematian bayi di indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di indonesiadan 10 juta anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI Ekslusif selama enam bulan sejak lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan pada bayi ( Roesli, 2013 ).Berdasarkan Pusat Statistik melalui Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia mengestimasikan indikasi penurunan dari tahun ke tahun, Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ASI Eksklusif di indonesia bervariasi, yakni sekitar 30-60%,. WHO, UNICEF dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui PP No 12 tahun 2012 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal., bayi harus diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinnya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga berusia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2013). Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2011 cakupan pemberian ASI Eksklusif yaitu 45,11 %, dan terjadi penurunan menjadi 25,6 % tahun 2012. Menurut pengembangan database pembangunan gizi bidang kesehatan dan gizi masyarakat cakupan pemberian ASI Eksklusif 30% pada tahun 2004 dan 32,4% pada tahun 2007. Menurut Riset Kesehatan Dasar cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2013 sebanyak 30,2%. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB cakupan di kabupaten Grobogan cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2008 sebanyak 6,5%, tahun 2009 meningkat menjadi 10,5%, tahun 2010 sebnyak 19,2% serta pada bulan januari hingga Agustus 2011 hanya 8,3% bayi yang mendapat ASI Eksklusif. Data yang diperoleh di Puskesmas Godong cakupan Asi Eksklusif tahun 2013 sebanyak 21,15% kemudian di Desa Godong Kecamatan Godong pada bulan januari sampai dengan november 2014 dari 175 ibu yang mempunyai bayi usia 6 12 bulan yang memberikan Asi Eksklusif sebesar 21,14% dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 78,8%. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengambil judul Penelitian Gambaran Karakteristik Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran karakteristik ibu yang tidak memberikan asi eksklusif pada bayi usia 7 12 bulan di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan pada 14-19 April 2015. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi Jurnal Gizi dan Kesehatan 59
usia 7-12 bulan di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan berjumlah 59 responden. Teknik sampling yang digunakan ialah Purpotionate Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari rekapitulasi posyandu dan data primer yaitu dari kuesioner responden. Alat pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa Univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN 1. Pengetahuan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Pengetahuan tentang ASI Eksklusif Frekuensi Persentas e (%) Kurang Cukup Baik 25 12 22 42,4 20,3 37,3 Jumlah 59 100,0 2. Umur Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Variabel Frekuensi Persent ase (%) Dewasa Awal (< 20 tahun) Dewasa (20-35 tahun) Dewasa Akhir (> 35 tahun) 4 54 6,8 91,5 1 1,7 Jumlah 59 100,0 3. Pendidikan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Pendidikan Frekuensi Persent ase (%) Dasar (SD/SMP) Menengah (SMA) Tinggi 38 18 3 64,4 30,5 5,1 (Perguruan Tinggi) Jumlah 59 100,0 4. Pekerjaan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7-12 Bulan Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Pekerjaan Frekuensi Persent ase (%) Tidak Bekerja Bekerja 26 33 44,1 55,9 Jumlah 59 100,0 PEMBAHASAN 1. Gambaran Pengetahuan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Godong kecamatan Godong Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan adalah responden paling banyak mempunyai pengetahuan dalam kategori kurang yaitu sebanyak 25 orang (42,4%). Pada responden yang berpengetahuan kurang ini rata-rata berpendidikan dasar, tingkat pendidikan ini erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki Jurnal Gizi dan Kesehatan 60
seseorang. Apabila pendidikannya rendah maka tingkat pengetahuan sesorang pun akan dapat mempengaruhi seperti halnya pengetahuan dalam pemberian ASI Eksklusif karena banyak ibu yang tidak menyadari betapa pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayinya. Dan pada ibu yang berpendidikan dasar hanya sekedar mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa melihat aspek lainnya. Ibu juga tidak dapat mengaplikasikan bagaimana memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arisman (2004), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mencerminkan pengetahuan seseorang, jika pendidikan seseorang itu rendah maka pengetahuan seseorang pun akan terbatas pula karena pada umumnya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang diukur dari tingkat pendidikan. Rendahnya pendidikan tersebut menyebabkan tidak banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian ASI Eksklusif. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian ASI Eksklusif yaitu sejumlah 25 responden (42.2%). Hal ini dapat dilihat pada pengisian kuesioner tentang pengertian ASI Eksklusif. Responden mengetahui hal ini karena sebagian besar mengatakan bahwa pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman apapun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Roesli (2005), Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makan padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Reponden yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian ASI Eksklusif sejumlah 16 responden (27.1%). Hal ini dapat dilihat dari kuesioner yang menjawab tentang pengertian ASI Eksklusif. Responden yang tidak mengetahui tentang pengertian ASI Eksklusif adalah ibu rumah tangga yang baru pertama menjadi seorang ibu. Dan hal ini tidak sesuai dengan Yuningsih (2006), yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memiliki waktu yang banyak dalam menyusui bayinya secara ekslusif dan keiniginan ibu dalam pemberian ASI juga lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang manfaat sejumlah 16 responden (27.1%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban kueioner responden. Dan adapula ibu yang menyatakan hanya sekedar mengetahui tentang manfaat ASI karena mereka mengatakan mendapatkan penyuluhan tapi tidak begitu jelas. Jadi informasi yang didapatkan pula hanya sebagian. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang manfaat ASI sejumlah 21 responden (35.6%). Ibu mengatakan yang mengerti tentang manfaat ASI adalah ibu yang sering mencari informasi tentang manfaat ASI. Responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang kandungan ASI sejumlah 31 responden (52.5%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner responden dan banyak responden yang mengatakan tidak mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalam ASI. Responden sebagian kecil memiliki pengetahuan baik tentang kandungan yang terdapat pada ASI sejumlah 13 responden (22.1%). Ibu juga mengatakan bahwa kandungan ASI baik untuk pertumbuhan bayi juga baik untuk sistem kekebalan bayi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Khairunisah (2004) yaitu ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik Jurnal Gizi dan Kesehatan 61
secara kualitas maupun kuantitas,asi sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai 4-6 bulan. Reponden juga memiliki pengetahuan kurang tentang dampak tidak memberikan ASI sejumlah 36 responden (61.0%). Banyak ibu yang menyatakan tidak mengetahui dampak tidak memberikan karena mereka hanya mengetahui pengertian ASI saja. Informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan juga hanya sebagian saja. Tidak memberikan penjelasan yang lebih rinci. Responden juga ada yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak tidak memberikan ASI sejumlah 13 responden (22.0%). Ibu mengatakan mengetahui tentang dampak ASI yang didapatkan dari membaca kemudian menonton berita televisi maka dari itu ibu dapat mengetahui dampak tidak memberikan ASI. 2. Gambaran umur ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7 12 bulan di desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi umur ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan responden paling banyak adalah umur 20 35 tahun yaitu sebanyak 54 orang (91, 5%). Menurut Arini (2012), bahwa Umur 20-35 tahun merupakan umur yang baik dalam pemberian ASI Eksklusif karena pada umur ini dikenal sebagai usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui. Pada umur tersebut juga seharusnya dapat memberikan ASI Eksklusif dengan baik karena pada usia tersebut sudah dianggap usia yang matang dalam menyusui, tetapi pada kenyataannya yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya banyak ibu di umur 20-35 tahun banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan para ibu mempunyai alasan yang bermacam - macam, seperti ada banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif karena kurangnya informasi yang didapat dari tenaga kesehatan. Adapula responden yang mengatakan bahwa lebih praktis diberikan susu formula daripada harus menyusui ekslusif karena apabila menyusui ekslusif ibu bisa tidak mempunyai waktu untuk pekerjaannya, adapun yang mengatakan sulit untuk membagi waktu apabila harus mengurus pekerjaan rumah tangga dengan menyusui secara ekslusif. Usia dapat mempengarui seorang ibu dalam mengambil keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif atau tidak, karena pada usia ini ibu dianggap sudah dewasa dan bisa mengambil keputuan yang tepat untuk memberikan ASI Eksklusif, tapi pada kenyataannya banyak ibu pada usia tersebut tidak dapat mengambil keputusan yang tepat dalam pemberian asi eksluif. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1997), pada usia 20-35 tahun disebut juga sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini dihararpakan orang telah mampu memecahkan masalah masalah yang dihadapinya dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan saat merawat bayinya. Hasil penelitian juga menunjukan sebagian kecil umur ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif >35 tahun 1 (1,7%). Hal ini karena ibu harus mengurusi 2 anak yang lain kemudian ibu mengatakan lebih praktis memberikan susu formula agar ibu dapat mengurusi rumah tangga juga pekerjaan.nya sebagai pedagang di pasar dan juga ibu mengatakan bahwa produksi ASI sudah mulai menurun. Hal ini sesuai dengan Arini (2012), bahwa pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun ibu termasuk dianggap berbahaya atau pada usia ini organ Jurnal Gizi dan Kesehatan 62
reproduki sudah banyak terjadi penurunan maka mempengaruhi dalam proses produksi ASI dan dapat mempengaruhi laktasi. 3. Gambaran Pendidikan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan di Desa Godong kecamatan Godong Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian menunujukan bahwa frekuensi tertinggi pendidikan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7 12 bulan di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan adalah ibu yang berpendidikan Dasar sebanyak 38 (64,4%). Banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebagian besar berpendidikan SD dan SMP, dimana pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya pentingnya pemberian ASI Secara Eksklusif sehingga dapat meningkatkan status gizi ibu beserta bayinya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula pemahaman dan daya tangkap terhadap materi atau informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai nilai yang baru diketahuinya. Hal ini sesuai dengan DEPKES RI (2004), yaitu tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam mengahadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal hal baru guna pemeliharaan kesehatannya. Tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah rendah dan menengah menyebabkan responden kurang memahami pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Tingkat pendidikan mencerminkan pengetahuan seseorang, jika pendidikan seseorang itu rendah maka pengetahuan seseorang pun akan terbatas pula karena pada umumnya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang diukur dari tingkat pendidikan. Rendahnya pendidikan tersebut menyebabkan tidak banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian ASI Eksklusif (Arisman, 2004). Hasil penelitian menunjukan sebagian kecil pendidikan responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah Pendidikan tinggi 3 (5,1%). Pendidikan Ibu yaitu perguruan tinggi pada ketiga responden tersebut. Pada sebagian responden ini mengaku tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya karena alasan pekerjaan. Ada ibu yang bekerja sebagai Guru, bidan dan ada pula pegawai puskesmas, tetapi itu tidak dapat menjadi alasan utama untuk tidak menyusui ekslusif. Ibu-ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya bisa menerima perubahan atau hal - hal baru guna pemeliharaan kesehatanya menurut Depkes RI (2004). Tapi hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi saat penelitian, sebaliknya ibu - ibu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi tidak mendukung dalam peningkatan kesehatan yang dihasilkan dari pendidikan kesehatan yang didasarkan dari pengetahuan ibu- ibu tersebut. 4. Gambaran Pekerjaan Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 7 12 bulan di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan adalah ibu yang bekerja sebanyak 33 orang ( 55, 9% ). Banyaknya ibu yang bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif tidak Jurnal Gizi dan Kesehatan 63
mempunyai waktu luang untuk mengasuh anak, suami dan rumah tangganya. Bekerja dapat mengurangi keinginan wanita untuk membina keluarga besar. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukannya dalam bekerja. Penyebabnya karena mereka lebih mengutamakan pekerjaan dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup yang selama ini dirasa belum terpenuhi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Arini (2012), yang menyatakan bahwa wanita yang bekerja diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan dalam pemberian ASI Eksklusif. Sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang dipasar jadi kesehariannya adalah berdagang dipasar dari pagi sampai dengan sore dan untuk menyusui bayinya dirasa sangat merepotkan jadi ibu lebih memilih untuk tidak menyusui secara ekslusif. Banyak ibu yang tidak menyusi bayi secara ekslusif karena lebih penting bekerja untuk menunjang ekonomi keluarganya daripada menyusui bayinya secara ekslusif, dan tak jarang banyak ibu yang tidak bisa mengambil keputusan yang tegas untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini sesuai dengan Budiasih (2008), bahwa ibu yang bekerja di luar rumah merupakan alasan yang paling kuat dan dianggap rasional. Pada umumnya ibu yang bekerja menitipkan bayinya kepada pengasuhnya atau kepada saudara terdekat karena bagi sebagian ibu yang bekerja lebih mengutamakan pekerjaan daripada harus menyusui bayinya secara ekslusif. Bagi ibu yang bekerja menyusui sambil bekerja adalah hal yang sulit untuk dilakukan karena harus membagi waktu untuk bayinya dan pekerjaannya. Ibu - ibu yang bekerja juga tidak pernah berfikir panjang dalam menentukan keputusan antara menyusui ekslusif atau harus mementingkan pekerjaan mereka, bagi mereka keputusan untuk tidak menyusui ekslusif adalah keputusan yang paling baik karena mereka bekerja untuk mencukupi ekoomi keluarganya dan membantu meringankan beban suaminya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Krisnaningtyas (2011), bahwa bayi yang dititipkan ke orang terdekat untuk lebih mudah, bayi akan diberikan makanan tanpa mengenal usia, pada umumnya pekerjaan dapat menjadikan suatu alasan bagi ibu karena tidak ada waktu untuk menyusui atau jarak rumah dengan tempat kerja yang lebih menjadikan lebih percaya diri dan tidak mau tahu mengenai ASI Eksklusif padahal ASI Eksklusif dapat diberikan dengan melakukan pemerasan dan penyimpanan. Hasil penelitian menunjukan sebagian kecil pekerjaan responden Ibu Rumah Tangga (tidak bekerja) 26 responden ( 44,1 %). Menurut Yuningsih (2006), yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memiliki waktu yang banyak dalam menyusui bayinya secara ekslusif dan keiniginan ibu dalam pemberian ASI juga lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Tetapi pada penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada kenyataan yang terjadi banyak ibu rumah tangga yang tidak memberikan ASI Eksklusif karena para ibu rumah tangga mengatakan mereka terlalu sibuk dalam mengurusi suami mendidik anak yang sudah besar jadi terkadang ibu hanya mempunyai sedikit waktu dalam memberikan asi pada bayinya. Maka ibu tidak hanya terfokus pada pemberian ASI Eksklusif saja tetapi mereka juga mementingkan mengurusi rumah tangganya dan tidak dapat mengerjakan keduanya sekaligus yang dimaksudkan adalah menyusui sambil mengurus rumah tangga merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Teori Ridwan (2007), juga menambahkan bahwa pada kelompok ibu yang tidak bekerja keinginan untuk memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi Jurnal Gizi dan Kesehatan 64
dibandingkan pada ibu yang bekerja. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukannya dalam bekerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Karakteristik Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Desa Godong Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan yang berjumlah 59 responden. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, frekuensi tertinggi ibu yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 25 responden ( 42,4% ). 2. Distribusi frekuensi umur ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, frekuensi tertinggi ibu yang berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 54 responden ( 91,5% ). 3. Ditribusi frekuensi pendidikan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, frekueni tertinggi ibu yang berpendidikan dasar yaitu sebanyak 38 responden ( 64,4% ). 4. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, frekuensi tertinggi adalah ibu yang bekerja yaitu sebanyak 33 responden ( 55,9%). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arini H. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Jogjakarta: Flashbooks. Dinas Kesehatan Kabupaten 2013. Profil Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Untuk Kader Kesehatan. Jakarta :Depkes RI. Hidayat, A Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI. Klein, Susan. (2012). Buku Bidan. Jakarta : EGC. Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Padila. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Prasetyo, Dwi Sunar. (2009). Buku Pintar ASI Ekslusif Pengenalan, Praktik, dan kemanfaatanya. Jogjakarta :DIVA Press. Profil Kesehatan Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Profil Riset Kesehatan Dasar. Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. Setiawan, Ari dan Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Wawan dan Dewi. (2010). Terori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyaarta : Nuha Medika. Weni, Kristiyansari. (2009). ASI, Menyusui dan SADARI. Yogyakarta : Nuha Medika. Wiji, Rizki Natia. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika. Jurnal Gizi dan Kesehatan 65