18 Sistem Informasi Geografis (SIG) Analisis Metode Saw Dalam Pemetaan Lokasi Sarana Prasarana Kawasan Permukian Kumuh Di Kota Gorontalo Berbasis Web Sig Budiyanto Ahaliki Program Studi Teknik Informatika Politeknik Gorontalo budiyanto_ahaliki@poligon.ac.id Abstract Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo merupakan bentuk program kerja dari Pemerintah Kota Gorontalo dalam rangka upaya peningkatan kualitas kawasan perkotaan tanpa permukiman Hasil data peninjauan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Gorontalo tahun 2016, terdapat 5 titik kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Biawu/Biawao, Kelurahan Limba B, Kelurahan Bugis, Kelurahan Ipilo dan Kelurahan Siendeng. Masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Gorontalo dalam menangani masalah permukiman kumuh adalah belum adanya konsep penanganan kawasan permukiman kumuh dan pengelompokkan database kumuh berbasis spasial. Sehingga Pemerintah Kota Gorontalo sulit dalam mengambil keputusan penanganan kawasan permukiman Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dianalisa konsep penanganan dan pengelompokkan database berdasarkan undang-undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu dengan menggunakan 2 pola yaitu Pola Pencegahan dan Pola Peningkatan Kualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode analisis survey lapangan dengan pembagian kawasan permukiman kumuh Berat, Kumuh Sedang dan Kumuh Ringan serta penerapan metode SAW untuk melihat nilai bobot dari masing masing kriteria. Hasil analisa menggunakan Kedua Pola ini akan dibuatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis WEB. Analisa Pola menggunakan 7 komponen yaitu komponen Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. Sistem analisa berbasis WEB SIG ini akan membantu Pemerintah Kota Gorontalo dalam pengambilan kebijakan penanganan kawasan permukiman Kata kunci : Permukiman Kumuh, SIG, Survey, Kota Gorontalo, SAW. I. PENDAHULUAN Penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Gorontalo merupakan salah satu penanganan kawasankawasan permukiman kumuh yang ada di kota kecil yaitu dengan luasan Kota Gorontalo adalah 64,79 Km 2 atau 0,53 % dari luas Provinsi Gorontalo. Jumlah kepadatan penduduk di Kota Gorontalo tahun 2016 yaitu 206,454 Jiwa dengan kepadatan penduduk 2.996 jiwa/km 2 (Badan Pusat Statisk Kota Gorontalo, 2016). Penanganan kawasan permukiman kumuh di kota Gorontalo cukup strategis karena kawasan ini memiliki kaitan langsung dengan bagian-bagian kawasan pusat kota metropolitan, kawasan pusat pertumbuhan kota metropolitan, maupun kawasan-kawasan lain seperti kawasan industri, perdagangan, pergudangan, dan perkantoran. Selain memiliki kaitan langsung dengan kawasan strategis, juga kawasan permukiman kumuh di Kota Gorontalo merupakan daerah kawasan penyangga. Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo merupakan bentuk program kerja dari Pemerintah Kota Gorontalo dalam rangka upaya peningkatan kualitas kawasan perkotaan tanpa permukiman Menurut data Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Gorontalo tahun 2016, terdapat 5 titik kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Biawu/Biawao, Kelurahan Limba B, Kelurahan Bugis, Kelurahan Ipilo dan Kelurahan Siendeng. Persebaran 5 titik kawasan permukuman kumuh ini, Pemerintah Kota Gorontalo mengalami masalah dalam penanganan konsep kawasan permukiman kumuh dan pengelompokkan database kumuh berbasis spasial. Sehingga Pemerintah Kota Gorontalo sulit dalam mengambil keputusan penanganan kawasan permukiman Data-data yang mendukung secara teknis lapangan belum terintegrasi, multisektor dan berbasis kawasan. Oleh karena itu penanganan kawasan kumuh yang telah berlangsung lama belum mampu memberikan hasil yang optimal. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan menganalisa konsep penanganan kawasan dan pengelompokkan database spasial berdasarkan undang-undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu dengan menggunakan 2 pola yaitu Pola Pencegahan dan Pola Peningkatan Kualitas. Sedangkan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan metode analisis survey lapangan dengan melihat arah pengembangan kawasan yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu kawasan permukiman kumuh Berat, Kumuh Sedang dan Kumuh Ringan.
19 Hasil analisa menggunakan Kedua Pola ini akan dibuatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis WEB. Analisa Pola pengembangan kawasan perkumuhan kumuh menggunakan 7 komponen dasar (Kementerian PU, 2015) yaitu komponen Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. Sistem analisa berbasis WEB SIG ini akan membantu Pemerintah Kota Gorontalo dalam pengambilan kebijakan penanganan kawasan permukiman II. KERANGKA TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Penanganan permukiman kumuh menuju kota tanpa permukiman kumuh tahun 2015-2019 difokuskan pada upaya peningkatan kualitas dikawasan perkotaan, dengan tetap mempertimbangkan perlunya upaya pencegahan dalam menyelesaikan permasalahan permukiman (Kementerian PU, 2015). Rehabilitasi unit SPAM dengan penambahan jaringan perpipaan, penyediaan jaringan non perpipaan dan penambahan instalasi air minum. e. Air Limbah Penyediaan sistem sanitasi setempat atau terpusat dan perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah. f. Sampah Pembangunan sarana prasarana persampahan dan rehabilitasi persampahan dengan perbaikan dan penambahan komponen bangunan sampah. 2.2 Peta dan Pemetaan Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Ditinjau dari perannya peta adalah bentuk penyajian informasi spasial (keruangan) tentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pemetaan adalah suatu bentuk komunikasi secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang (Sumarno, 2009). Peta dan pemetaan sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah menangani permasalahan tata ruang kawasan permukiman Hal tersebut disebabkan oleh karena pemetaan sarana dan prasarana permukiman kumuh merupakan program pemerintah pusat dan menjadi salah satu target program pertama dari pemerintah Kota Gorontalo. Gambar 1. Target Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Klasifikasi tipologi kawasan permukiman kumuh terdiri dari : kawasan kumuh berat dengan luasan 1.251 ha, kawasan kumuh sedang dengan luasan 1.156 ha dan kawasan kumuh kecil dengan luasan 273 ha. Konsep penanganan kawasan permukiman kumuh memiliki 7 komponen yaitu Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. (Kementerian PU, 2015). Komponen kawasan permukiman kumuh yaitu : a. Bangunan Gedung Rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap komponen bangunan agar memenuhi standar konstruksi dan persyaratan teknis bangunan gedung. Rekonstruksi dengan membongkar dan membangun kembali bangunan atau sarana prasarana. b. Jalan Lingkungan Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan dengan penambahan lebar, perubahan material dan penambahan bangunan pelengkap jalan. c. Drainase Lingkungan Peningkatan kualitas unit sistem drainase dan penyediaan sistem drainase serta penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan sistem drainase perkotaan. d. Air Minum Gambar 2. Peta Administratif Kota Gorontalo 2.3 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau sering juga disebut dengan Sistem Informasi Geospasial merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk menyusun, menyimpan, merevisi dan menganalisa data dan atribut yang bereferensi kepada lokasi atau posisi obyek-obyek di bumi (Sukarsa, 2009). Menurut ESRI bahwa: SIG Adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personilyang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensigeografis (dalam Eddy Prahasta, 2009). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan sistem informasi yang didasarkan pada kerja
20 komputer yang untuk dikelola, memanipulasi dan mengidentifikasi data yang berhubungan dengan permukaan bumi untuk dianalisis dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. 2.4 Model Data GIS Data dalam SIG dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu data spasial dan data non spasial. Data spasial merupakan data yang memuat tentang lokasi suatu objek dalam peta berdasarkan posisi geografi objek tersebut di dalam bumi dengan menggunakan sistem koordinat. Data spasial mempunyai dua elemen dasar, antara lain (Ulfiah, 2010): 1. Lokasi Lokasi umumnya mengacu pada letak geografi suatu objek dalam sistem koordinat bumi, akan tetapi kode geografi lainnya juga dapat dipergunakan. Sebagai contoh, kode pos. 2. Atribut Atribut merupakan karakteristik atau ciri dasar dari suatu objek, contoh nama lokasi, jenis kelamin dan lain-lain. Data non spasial adalah data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Data ini sering disebut juga data atribut. Dalam suatu peta, atribut biasanya disajikan sebagai teks atau legenda peta. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Objek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, di tahun 2018 dengan Objek dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo. 3.2. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survei lapangan yaitu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh data fakta mengenai persebaran sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo. Metode survei yang digunakan meliputi survei lapangan kondisi fisik kawasan permukiman kumuh dan metode analisa komponenkomponen pola penanganan kawasan permukiman Survei lapangan menggunakan GPS (Global position System) untuk mendapatkan titik-titik koordinat disetiap objek yang diambil dan pengambilan foto-foto dokumen analisa. Sementara itu survey lapangan digunakan juga untuk mencari data-data primer, dengan melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui letak kondisi persebaran sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo. Sedangkan metode dokumentasi sebagai bentuk data sekunder yang diperoleh dari badan atau instansi terkait yang akan dilakukan pola analisa terhadap sistem. 3.3 Alat dan Bahan Penelitian 3.3.1 Alat 1. Perangkat Keras (Hardware) a. Labtop Lenovo b. Intel Core i5 T6400 @2,5GHz c. Memory 4 GB d. VGA 1 GB e. Printer Canon MP2580 f. Hardisk 500 GB g. Mouse & Keyboard Acer Optional 2. Perangkat Lunak (Software) a. Windows 10 Ultimate 32-bit b. ArcGIS 10.2 c. Database Spatial PostgreSql 3.3.2 Bahan 1. Data statistik kondisi persebaran sarana dan prasarana kawasan permukiman 2. Data titik koordinat masing-masing sebaran kawasan permukiman 3. Peta.shp Kota Gorontalo. 3.4 Tahapan Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan yaitu: 1. Pengumpulan Data Pada tahapan ini peneliti melakukan pengumpulan data agar nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data sebaran sarana dan prasarana permukiman Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut : a. Wawancara Pada teknik wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung atau tatap muka dengan dinas terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Perumahan Rakyat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan masyarakat terkait yang menjadi objek kawasan permukiman kumuh yang merupakan objek penelitian guna mendapatkan informasi tentang keadaan objek serta mendapatkan gambaran tentang upaya dan perencanaan kawasan permukiman b. Kuesioner Dalam teknik ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner kepada pihak masyarakat dan pemerintah yang terkait sebagai objek penelitian, pihak kecamatan/desa terkait dengan data-data yang dapat menunjang proses penelitian selanjutnya, seperti data kondisi sarana prasarana, persebaran wilayah dan komponen-komponen pendukung lainnya. c. Kepustakaan Dalam teknik ini, peneliti mencari dan mempelajari literatur yang ditulis oleh para ahli yang berhubungan masalah yang sedang diteliti seperti perancangan aplikasi SIG, permasalahan kawasan permukiman kumuh yang ditemukan baik dari buku, internet, perpustakaan dan literature lainnya. d. Observasi Pada tahap ini, peneliti turun lapangan untuk menentukan titik koordinat lokasi sebaran sarana dan prasarana
21 permukiman kumuh dimasing-masing kecamatan dengan menggunakan alat penentuan koordinat, dalam hal ini digunakan handphone yang memiliki GPS. Tabel 1. Matriks Ternormalisasi SAW 2. Analisa dan Pengolahan Data Dalam tahap ini, penulis melakukan analisa terhadap sebaran kawasan sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo, mulai dari analisa persebaran kondisi sarana dan prasarana dimasing-masing kecamatan, dan jumlah komponen-komponen pendukung, yang kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan grafik agar data siap dimasukan dalam peta. 3. Pembuatan Aplikasi Dalam pembuatan aplikasi ini, peneliti menggunakan metode waterfall sebagai metode pengembagan sistem. a. Analisa Kebutuhan Pada tahap analisis kebutuhan ini peneliti melakukan analisa kebutuhan sistem yang akan dibangun, seperti peta, data yang akan dimasukan dalam peta, guna sebagai acuan yang digunakan untuk merancang dan implementasi sistem sesuai dengan hasil analisis. b. Perancangan Sistem Pada tahap ini, peneliti melakukan perancangan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan sistem mulai dari digitasi peta, rancangan input, proses, rancangan output dan hubungan antar data. c. Coding/Implementasi Sistem Pada tahap ini, peneliti akan mengimplementasikan hasil analisis dan perancangan sistem. d. Uji Coba dan Evaluasi Merupakan tahap pengujian terhadap sistem yang telah dibuat, apakah layak atau tidak untuk diterapkan, sekaligus mengevaluasi kekurangan serta kelebihan sistem tersebut Tabel 2. Nilai Preferensi Dari setiap Alternatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Implementasi SAW Tahapan awal dari proses hasil pengolahan SAW adalah menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, kemudian menentukan rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. Setelah itu membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut, sehingga diperoleh matriks ternormalisasi. Setelah mendapatkan hasil matriks ternormalisasi maka akan diperoleh hasil perengkingan yang didapatkan dari penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi. 4.2 Nilai Preferensi SAW Secara umum proses pengolahan menggunakan SAW memiliki prosedur atau langkah-langkah dimulai dari proses pembuatan Tabel Keputusan kriteria dan alternatif, kemudian membuat matriks keputusan yang ternormalisasi, setelah itu membuat Normalisasi Matriks Keputusan Terbobot. Terhadap sistem yang telah dikembangkan, dilihat proses perhitungan yang dilakukan oleh sistem terhadap perhitungan manual menggunakan Ms. Excel, sehingga dapat diketahui antara proses perhitungan secara manual dengan sistem memiliki nilai kesamaan. Dengan menggunakan proses masukan yang sama, maka dalam penelitian ini, hasil perhitungan manual menggunakan Ms. Excel dan perhitungan sistem mengeluarkan keluaran nilai yang sama. Kemudian hasil dari perhitungan sistem ini akan dijadikan penilaian terhadap Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo. 4.3 Proses Validasi Dalam penelitian ini yang menjadi acuan dalam menguji tingkat validitasnya adalah menggunakan aturan RTRW Kota Gorontalo. Berikut ini adalah rencana pemerintah Kota Gorontalo dalam merencanakan kawasan Permukiman Kumuh.
22 Tabel 3. Rencana Kawasan Permukiman Kumuh No Nama Kecamatan Keterangan 1 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Ringan 2 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Timur Sedang 3 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Selatan Sedang 4 Kecamatan Kota Kawsan Permukiman Kumuh Tengah Ringan Tabel 4. Kevalidan Sistem terhadap Rancangan Permukiman Kumuh Rencana Kawasan Perhitungan Metode No Permukiman SAW Kumuh 1 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Timur Timur 2 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Utara Selatan 3 Kecamatan Kota Tengah 4 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Kecamatan Dungingi Setelah didapatkan hasil validasi antara sistem dengan perancangan Kawasan Permukiman Kumuh terhadap perencanaan kawasan wilayah perkantoran, maka sistem akan menampilkan hasil perankingan Metode SAW kedalam peta. Berikut adalah peta perankingan sistem. (a) Kota Timur (b) Kota Utara V. KESIMPULAN Telah dibangun sistem informasi untuk persebaran Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Gorontalo. Maka terdapat beberapa kesimpulan sebagi berikut : 1. Metode SAW yang diimplementasikan dengan konsep analisis beberapa kriteria dan alternatif terhadap Rencana Persebaran Kawasan Permukiman Kumuh memiliki hasil validasi yang berbeda. Sehingga metode SAW mempunyai tingkat ketelitian yang baik pada saat proses analisis persebaran. 2. Pada studi kasus ini diperoleh perbandingan dari beberapa hasil perencaan yang dibuat oleh pemerintah terhadap hasil analisis menggunakan metode SAW. Hasil perhitungan SAW terhadap lokasi perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh adalah kecamatan Kota Timur, Kota Utara, Kota dan Kota Dungingi. Hasil yang didapatkan berdasarkan perhitungan menggunakan data primer yaitu data dari BAPPEDA, BPS dan data hasil analisis oleh beberapa peneliti sebelumnya, sehingga hasil penelitian dari perhitungan sistem ini akan dijadikan rekomendasi terhadap perancangan Kawasan Permukiman Kumuh.. VI. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo, 2016. Kota Gorontalo Dalam Angka. Gorontalo : Badan Pusat Statistik. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Perancangan Kawasan Permukiman Kumuh. Jakarta. Prahasta, eddy. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika. Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep- Kosep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Informatika Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial Destop ArcGis. Bandung: Informatika. Sumarno. 2009. Analisis Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Sekolah Dasar Di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Surakarta. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukarsa, 2009. Pemetaan Kualitas Pendidikan di Provinsi Bali berbasis Spatial. Universitas Udayana, Bali. Ulfiah, (2009), Sistem Informasi Geografi Pendidikan Kota Bogor Berbasis Web Dengan menggunakan Quantum GIS, Jurnal Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma, Depok (c) (d) Kota Dungingi Gambar 3. Peta Perankingan Sistem Metode SAW