MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2009 sampai dengan Maret 2010, bertempat di kandang A sapi perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak yang Digunakan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah tujuh ekor pedet peranakan FH (Friesian Holstein) yang berumur delapan minggu dengan rataan bobot badan 43,11±7,13 kg. Gambar 1. Contoh Pedet yang Digunakan dalam Penelitian Kandang dan Peralatan Pedet dipelihara dalam kandang individu berukuran 2,0x1,5 m 2 yang diberi alas papan kayu dan dipagari dengan bambu. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum serta lampu penerangan. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, kantong plastik, sekop dan kantong kain. (a) (b) Gambar 2. Kandang Penelitian dan Tempat Pakan
Ransum Penelitian Ransum diformulasikan berdasarkan komposisi nutrien bahan pakan menurut hasil analisa di Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Air minum yang diberikan berasal dari air keran yang ada di kandang. Bahan pakan komponen ransum yang digunakan adalah jagung giling, bungkil kedelai, pollard, molases, onggok, bungkil kelapa, dan mineral. Komposisi bahan pakan dalam ransum ditunjukkan dalam Tabel 1 dan kandungan nutrien ransum ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan dalam Ransum Bahan Pakan Komposisi dalam Ransum (%) Jagung giling 9,39 Bungkil kedelai 14,62 Pollard 14,33 Molases 7,21 Onggok 39,62 Bungkil kelapa 13,64 Mineral 1,19 Total 100,00 Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Nutrien Persentase dalam ransum Bahan kering (%) 80,55 Abu (%BK) 6,47 Protein (%BK) 19,30 Serat kasar (%BK) 15,52 Lemak (%BK) 0,86 BETN (%BK) 57,85 Keterangan : Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2009)
METODE Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah kontrol (pedet tanpa inokulasi bakteri pencerna serat yang berasal dari rumen kerbau) dan inokulasi (pedet dengan inokulasi bakteri pencerna serat yang berasal dari rumen kerbau). Semua pedet mendapat pakan yang sama yaitu calf grower. Sebanyak 20 ml cairan media biakan bakteri dengan konsentrasi 4,56 x 10 9 CFU/ml, digunakan sebagai inokulan dan diberikan pada tiga ekor pedet. Empat ekor pedet dipelihara tanpa mendapatkan inokulan. Pemberian inokulan dilakukan setiap pagi hari dengan dicekokan langsung pada setiap pedet. Pemberian inokulan dihentikan setelah dua minggu. Gambar 3. Pemberian Isolasi Bakteri Pencerna Serat pada Pedet dengan Cara Dicekok Pembuatan Ransum dan Pemberian Pakan Pembuatan ransum dilakukan secara manual dengan mencampurkan semua bahan pakan diatas lantai yang beralaskan terpal. Pencampuran masing-masing bahan pakan dilakukan secara bertahap yaitu dengan mencampurkannya satu persatu mulai dari yang bahan pakan yang jumlahnya paling kecil. Selama periode menyusu atau empat minggu percobaan, setiap pedet percobaan mendapatkan susu sesuai dengan jumlah berat badannya yang diberikan pada pukul 8.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Disamping mendapatkan susu, selama periode menyusu kedua kelompok pedet percobaan mendapatkan calf stater. Setelah disapih pedet diberi calf grower yang sama selama percobaan. Pakan padat dan air minum diberikan ad libitum, sesuai dengan kemampuan pedet mengkonsumsi pakan. Sisa pakan dari setiap pedet ditimbang setiap hari lalu dikumpulkan di dalam kantong plastik.
Gambar 4. Pembuatan Ransum Calf Grower Persiapan Isolat Bakteri Isolat bakteri yang digunakan berjumlah tujuh isolat hasil isolasi mikroba rumen pencerna serat (Gayatri, 2010; Astuti, 2010) yang berasal dari rumen kerbau dan merupakan koleksi Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB. Bakteri tersebut mampu hidup pada media sumber serat dan mampu mencerna serat dengan baik. Semua isolat bakteri ditumbuhkan di dalam satu media susu segar steril selama tiga hari. Bakteri tersebut dapat tumbuh dengan baik pada media yang berprotein tinggi walaupun tidak mengandung serat kasar. Gambar 5. Isolat Bakteri yang Sudah Dibiakkan pada Susu Segar Steril Koleksi Feses Koleksi feses dilakukan selama satu minggu pada minggu ke delapan atau empat minggu setelah disapih dan inokulasi bakteri dihentikan. Feses yang sudah dikumpulkan setiap harinya dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda untuk masing-masing pedet. Feses harian ditimbang berat totalnya lalu diambil 10% dan dimasukkan ke dalam kantong kain sebagai sampel untuk dikeringkan dan dianalisa di laboratorium.
Gambar 6. Koleksi Total Feses untuk Pengukuran Kecernaan Nutrien Pengambilan Sampel Cairan Rumen Pengambilan sampel cairan rumen pedet dilakukan dua kali yaitu pada minggu ke dua setelah terakhir inokulasi bakteri dan pada akhir minggu ke empat yaitu pada hari setelah koleksi feses berakhir. Cairan rumen diambil menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam mulut pedet lalu cairan rumen disedot dengan pompa vakum. Kadar NH 3 dan VFA cairan rumen dianalisis. Gambar 7. Pengambilan Cairan Rumen Menggunakan Selang yang Dimasukkan Melalui Mulut Pedet Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) konsumsi nutrien ransum, (2) Total Digestible Nutrient (TDN), (3) kecernaan bahan kering dan bahan organik, (4) konsentrasi NH 3, dan (5) produksi VFA. Konsumsi Calf Grower Konsumsi harian calf grower dihitung dari selisih jumlah calf grower yang diberikan dengan sisa calf grower yang tidak dikonsumsi dalam 24 jam. Penghitungan dilakukan dalam bahan kering (BK). Konsumsi BK ransum (g) = BK ransum pemberian (g) BK ransum sisa (g)
Total Digestible Nutrient Total digestible nutrient (TDN) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah dari nutrien yang dapat dicerna ternak, yang merupakan jumlah dari semua nutrien organik yang dapat dicerna, seperti protein, lemak, serat kasar, dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). Nilai TDN dihitung dengan menggunakan rumus: TDN = Protein t + (2,25x Lemak t ) + SK t + BETN t Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Pengukuran kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) dilakukan dengan metode oven. Feses yang telah dikumpulkan dikeringkan di bawah sinar matahari selama beberapa hari sampai feses kering. Setelah itu feses dimasukkan ke dalam oven 60 C sampai feses kering. Setelah itu feses dihaluskan lalu diambil sekitar 3-5 gram kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu feses dimasukkan ke dalam oven 105 C sampai kering. Setelah itu feses dimasukkan ke dalam tanur 600 C selama kurang lebih 6 jam. Kecernaan dihitung dengan menggunakan rumus: KCBK (%) = Konsumsi BK-BK Feses Konsumsi BK x 100% KCBO (%) = Konsumsi BO-BO Feses Konsumsi BO x 100% Konsentrasi NH 3 Pengukuran konsentrsi NH 3 cairan rumen dilakukan dengan menggunakan metode mikrodifusi conway. Cawan conway yang dipakai terlebih dahulu diolesi vaselin pada kedua bibirnya. Sebanyak 1 ml supernatan ditempatkan pada salah satu sisi sekat cawan dan di sisi yang lain ditempatkan 1 ml larutan Na 2 CO 3 jenuh. Cawan diletakkan miring ke arah sekat sehingga kedua larutan tidak tercampur. Pada bagian tengah cawan ditempatkan 1 ml asam borat berindikator merah metil dan brom kreosol hijau. Kemudian cawan ditutup rapat sehingga kedap udara. Larutan Na 2 CO 3 dicampurkan dengan supernatan dengan cara menggoyangkan dan memiringkan cawan. Selanjutnya cawan dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah tutup
cawan dibuka asam borat dititrasi dengan 0,005 N H 2 SO 4 sampai warnanya kembali menjadi merah muda. Perhitungan untuk konsentrasi NH 3 menggunakan rumus: NH 3 (mm) = ml H 2 SO 4 x N-H 2 SO 4 x 1000 Produksi VFA Pengukuran produksi VFA dilakukan dengan menggunakan teknik destilasi uap (steam destilation). Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung destilasi Markham lalu ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 15% dan tabung segera ditutup. Proses destilasi dilakukan dengan cara menghubungkan tabung dengan labu yang berisi air mendidih. Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 00,5 N sampai volumenya mencapai 300 ml. Setelah itu ditambahkan indikator fenolptalin sebanyak 2-3 tetes dan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna titran berubah dari merah jambu menjadi bening. Perhitungan untuk konsentrasi VFA menggunakan rumus: VFA total (mm) = (ml titran blanko ml titran sampel) x N-HCl x 1000/5 Analisis Data Perlakuan inokulasi dan kontrol diterapkan pada pedet dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pedet yang mendapatkan perlakuan kontrol berjumlah empat ekor dan pedet yang mendapatkan perlakuan inokulasi berjumlah tiga ekor. Setiap pedet merupakan ulangan dalam setiap perlakuan. Rataan konsumsi nutrien, kecernaan nutrien, konsentrasi NH 3 dan VFA cairan rumen serta TDN dari pedet yang diinokulasi dibandingkan dengan dari pedet kontrol dengan Uji-t pada α=0,05 (Steel & Torrie, 1991) menggunakan rumus: Keterangan: = rataan perlakuan ke-1 = rataan perlakuan ke-2 Kriteria uji: Terima H0 jika t tabel < t hitung < t tabel