EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Pengertian Rumah Susun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

Carmona, M., Heath, T., Oc, T., Tiesdell, S., 2003, Public Places - Urban Spaces, Architectural Press, Oxford.

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB I PENDAHULUAN. Ruang publik sebagai sarana umum menjadi kebutuhan yang cukup vital

Pemanfaatan Ruang Bersama di Rusunawa Kaligawe, Semarang

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

Evaluasi Pasca Huni Studio Gambar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Bab V Konsep Perancangan

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

POLA PERILAKU ANAK PADA JALUR SIRKULASI HORISONTAL & VERTIKAL DI RUSUNAWA CIBEUREUM CIMAHI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas hidupnya pun semakin berkembang. Hal paling dasar yang

POLA PEMANFAATAN RUANG BERSAMA PADA RUSUNAWA JATINEGARA BARAT

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

RENTAL OFFICE DI DEPOK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan. Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI CORE TYPE WALK UP APARTMENT CORRIDOR TYPE WALK UP APARTMENT

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

ABSTRAK. Kata kunci : aksesibilitas, kenyamanan spasial, area publik, pengunjung.

Canopy: Journal of Architecture

BAB II TINJAUAN DATA

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

TAMAN RIA DI SEMARANG

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA KOTA BEKASI

Bentuk - Bentuk Penyesuaian Ruang Unit Hunian di Rusunawa Kota Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

Private Elemen Interior Layout ruang Model meja

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP MAL DI KOTA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Berdasarkan Gaya hidup di Kota Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

Pemanfaatan Ruang Bersama sebagai Area Belajar Pada Asrama Putra Universitas Brawijaya Malang

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor

Transkripsi:

EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments Citra Amalia Amal, Victor Sampebulu dan Shirly Wunas ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektifitas ruang publik dalam rumah susun di Rusunawa Unhas adalah tidak efektif, di Rusunawa Daya adalah cukup efektif, dan di Rusunawa Mariso adalah cukup efektif. Tingkat efektifitas ruang publik ini turut dipengaruhi oleh latar belakang karakteristik profesi penghuni, keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun, dan penataan ruang publik dalam rumah susun. Sedangkan persepsi penghuni terhadap ruang publik dalam rumah susun di Rusunawa Unhas adalah sangat baik, di Rusunawa Daya adalah baik, dan di Rusunawa Mariso adalah cukup baik. Secara umum, persepsi penghuni terhadap ruang publik tidak dipengaruhi oleh latar belakang profesi penghuni. Kata Kunci : ruang publik dalam rumah susun, efektifitas, persepsi penghuni. ABSTRACK It is found that the effectiveness level of the enclosed public space in the research locations can be categorized as not effective (for Unhas Rental Apartment), and fairly effective (for Daya and Mariso Rental Apartment). The level of effectiveness is influenced by: (1) the job characteristics of the occupants; (2) the occupant s family members who also live in the rental apartments; and (3) the design of the enclosed public space. The occupants of Unhas Rental Apartment have very good perception about the enclosed public space, while those in Daya Rental Apartment have good perception. The perception of Mariso Rental Apartment occupants is good enough. In general, occupant s perception is not influenced by the characteristics of their jobs. Keywords : enclosed public space, effectiveness, occupant s perception PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan rumah susun sebagai solusi pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat tidak lepas dari berbagai permasalahan, baik teknis maupun sosial. Rumah susun sebagai bentukan baru dari tempat tinggal harus dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna untuk bersosialisasi. Karena kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri. Merujuk pada UU No. 16 Tahun 1985, perancangan rumah susun dilengkapi dengan ruang komunal atau ruang bersama. Ruang bersama ini berperan sebagai ruang publik bagi penghuni rumah susun yang memiliki fungsi sebagai wadah interaksi sosial. Pada kenyataannya penghuni rumah susun tidak hanya berinteraksi di ruang bersama tersebut, mereka juga berinteraksi di area koridor, serta tangga dan bordes yang peruntukannya sebagai daerah sirkulasi. Pada beberapa kasus ditemukan ruang bersama yang tidak berfungsi secara optimal, utamanya ruang bersama jenis aula, tangga dan bordes, dan koridor dalam bangunan. Sebagai contoh untuk ruang bersama jenis aula, Hariyono (2007:193) menyebutkan bahwa aula yang dirancang tidak mudah terjangkau tempatnya sehingga mengurangi minat penghuni untuk melakukan interaksi sosial. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan terbentuknya simpul-simpul ruang interaksi sosial baru yang dibentuk sendiri oleh penghuni yang terkadang tidak memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan. Contohnya pembentukan ruang interaksi sosial pada ruang bersama jenis tangga dan bordes. Selain mengganggu sirkulasi, juga berbahaya terhadap

keselamatan penghuni sendiri, utamanya bagi mereka yang membawa anak kecil. Kemudian, contoh untuk ruang bersama jenis koridor dapat ditemui pada kasus meninggalnya seorang anak berusia empat tahun di Rusun Petamburan Jakarta Pusat pada Januari 2010 lalu. Anak tersebut terjatuh dari koridor lantai empat ketika sedang bermain. Walaupun pihak kepolisian menyatakan bahwa peristiwa tersebut murni kecelakaan, dan tingkat keamanan rumah susun sudah memenuhi standar, peristiwa ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian dalam perancangan rumah susun, utamanya di ruang publik dalam rumah susun. 2. Rumusan Masalah 1. Sejauhmana tingkat efektifitas penggunaan ruang publik dalam rumah susun oleh penghuni rumah susun di Kota Makassar. 2. Bagaimana persepsi penghuni terhadap keberadaan ruang publik dalam rumah susun di Kota Makassar. RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN 1. Pengertian Ruang Publik Menurut Darmawan (2003:1) ruang publik memiliki fungsi ruang interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat, dan tempat apresiasi budaya. Menurut Carr (1992) ruang publik dapat diartikan sebagai ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktifitas fungsional dan ritual dalam ikatan komunitas, baik dalam kehidupan rutin sehari hari, maupun dalam suatu perayaan. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang publik merupakan wadah interaksi sosial masyarakat, ruang tempat semua lapisan masyarakat bertemu dan berinteraksi. Ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan tempattempat pertemuan dan aktivitas bersama. Kedua pengertian di atas merupakan pengertian ruang publik secara umum pada sebuah kota dan mengacu pada ruang terbuka. 2. Jenis Ruang Publik Meskipun sebagian ahli mengatakan bahwa umumnya ruang publik adalah ruang terbuka, Hakim (1987) dalam Studyanto (2009) menjelaskan bahwa ruang publik terbagi menjadi dua jenis : a. Ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan. b. Ruang publik terbuka, yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering juga disebut ruang terbuka (open space). Dalam konteks penelitian ini, ruang publik yang dimaksud mengacu pada ruang publik tertutup atau ruang publik yang terdapat dalam bangunan rumah susun. Sehingga, pengertian ruang publik adalah wadah interaksi sosial masyarakat penghuni rumah susun, tempat penghuni rumah susun bertemu, berinteraksi, dan melakukan aktifitas bersama. Dapat pula menjadi tempat melakukan hajatan bagi penghuni rumah susun. 3. Jenis Kegiatan Pada Ruang Publik Dari pembahasan di atas mengenai pengertian ruang publik, diketahui bahwa fungsi ruang publik adalah sebagai wadah interaksi sosial, yang menampung kebutuhan akan tempat untuk bertemu, berinteraksi, melakukan aktifitas bersama, dan melaksanakan hajatan. Kemudian dari fungsi ruang publik tersebut, dirumuskan tiga kelompok jenis kegiatan yang dapat diwadahi oleh ruang publik dalam rumah susun, sebagai berikut : a. Berkumpul dan berinteraksi Adapun jenis kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini misalnya bertegur sapa, berkumpul (berdiri maupun duduk), berbincang/ngobrol, dan lain-lain.

b. Bermain dan berolahraga Adapun jenis kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini misalnya bermain berbagai permainan anakanak, catur, senam, dan lain-lain. kartu, c. Melaksanakan acara/hajatan Adapun jenis kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini misalnya arisan, ulang tahun, pernikahan, rapat penghuni, dan lain-lain. EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN Dalam konteks penelitian ini, akan diukur efektifitas dari ruang publik yang ada di dalam rumah susun. Adapun sasaran atau target yang ingin dicapai oleh ruang publik dalam rumah susun yaitu sebagai wadah interaksi sosial masyarakat penghuni rumah susun, tempat penghuni rumah susun bertemu, berinteraksi, dan melakukan aktifitas bersama, serta dapat pula menjadi tempat melakukan hajatan bagi penghuni rumah susun. Dimana semakin ruang publik dalam rumah susun tersebut dapat memenuhi atau mendekati sasaran di atas, berarti semakin tinggi pula efektifitas ruang publik tersebut. Sedangkan untuk mengukur seberapa jauh ruang publik dalam rumah susun tersebut mendekati sasaran yang telah ditetapkan, akan berdasar pada kuantitas, kualitas, dan waktu penggunaan. Kuantitas penggunaan menyangkut jumlah pengguna yang menggunakan ruang publik dalam rumah susun. Kualitas penggunaan menyangkut mutu interaksi sosial atau aktifitas bersama yang dilakukan di ruang publik dalam rumah susun melingkupi tiga jenis kelompok kegiatan. Waktu penggunaan menyangkut durasi yang digunakan dalam berinteraksi atau melakukan aktifitas bersama di ruang publik dalam rumah susun. PERSEPSI PENGHUNI TERHADAP RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN Berdasarkan tujuan dan konteks penelitian, penggalian persepsi ini ditujukan untuk menggali informasi mengenai persepsi (cara pandang) individu penghuni terhadap ruang publik yang ada di dalam rumah susun, yang secara tidak langsung akan memberikan suatu pandangan mengenai harapan penghuni terhadap ruang publik dalam rumah susun. Untuk menggali persepsi penghuni terhadap ruang publik ini, ditentukan lima indikator yaitu : a. Luas Menyangkut persepsi penghuni terhadap luas ruang publik yang ada, apabila luas tersebut telah memadai bagi penghuni untuk berkumpul dan berinteraksi, bermain dan berolahraga, atau untuk melaksanakan acara/hajatan. b. Letak Menyangkut persepsi penghuni terhadap letak ruang publik, apabila letak ruang publik tersebut mudah dijangkau (strategis). c. Sirkulasi udara Menyangkut persepsi penghuni terhadap baik buruknya sirkulasi udara di ruang publik. d. Arah pandang (view) Menyangkut persepsi penghuni terhadap baik buruknya arah pandang dari dan ke ruang publik. e. Ketersediaan peralatan penunjang Menyangkut persepsi penghuni terhadap ketersediaan peralatan penunjang baik untuk berkumpul dan berinteraksi, bermain dan berolahraga, atau untuk melaksanakan acara/hajatan.

METODOLOGI 1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket (daftar pertanyaan). Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang berfungsi dalam penyajian data yang sifatnya penggambaran data melalui distribusi frekuensi. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan prioritas pembangunan rumah susun. Adapun lokasi penelitian dititikberatkan pada tiga rumah susun yang tersebar di Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, dan Kecamatan Mariso. Pemilihan ketiga rumah susun tersebut didasarkan atas karakteristik yang dimilikinya, sebagai berikut : 1. Rusunawa Unhas di Kecamatan Tamalanrea, dengan profesi rata-rata penghuni rumah susun sebagai mahasiswa S1, S2, dan S3 Unhas, dan telah dihuni selama enam tahun. 2. Gambar 1. Rusunawa Unhas 3. Rusunawa Daya di Kecamatan Biringkanaya, dengan profesi rata-rata penghuni rumah susun bekerja sebagai pegawai industri di KIMA, dan telah dihuni selama lima tahun. Gambar 2. Rusunawa Daya 4. Rusunawa Mariso di Kecamatan Mariso, dengan profesi rata-rata penghuni rumah susun sebagai pekerja di sektor informal yang tergolong MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), dan telah dihuni selama dua tahun.

Gambar 3. Rusunawa Mariso ANALISIS Tingkat efektifitas ruang publik dalam rumah susun dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : a) Latar belakang karakteristik profesi penghuni. Penghuni dengan latar belakang profesi sebagai pegawai industri di KIMA, maupun sebagai pekerja di sektor informal masih sangat membutuhkan ruang-ruang interaksi sosial antar penghuni. Berbeda dengan penghuni dengan latar belakang profesi sebagai mahasiswa, yang cenderung lebih mandiri/individual. b) Keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun. Penghuni dengan latar belakang profesi sebagai pegawai industri di KIMA, maupun sebagai pekerja di sektor informal membawa serta anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun (RT/unit hunian), sehingga pengguna ruang publik lebih beragam. Berbeda dengan penghuni dengan latar belakang profesi sebagai mahasiswa, yang tidak mengikutsertakan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun (rumah susun sebagai rumah kedua). c) Penataan dari masing-masing jenis ruang publik. Penataan yang berbeda dari masing-masing jenis ruang publik di tiga lokasi rumah susun memiliki tingkat keefektifitasan yang berbeda pula. Dimana penataan ruang publik yang satu mengungguli penataan lainnya. KONSEP PENATAAN RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN Berikut adalah konsep penataan ruang publik dalam rumah susun menurut latar belakang karakteristik profesi penghuninya : 1. Penataan ruang publik dalam rumah susun bagi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang publik dalam rumah susun bagi mahasiswa adalah yang paling rendah tingkat keefektifitasannya (yaitu tidak efektif). Hal tersebut disebabkan pola hidup individual/mandiri penghuninya serta rendahnya keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun. Di lain pihak, perlu diingat bahwa ikatan komunal antar sesama penghuni rumah susun sangat penting untuk dipertahankan. Sehingga, penataan ruang publik dalam rumah susun bagi mahasiswa harus dapat mendorong penghuninya untuk melakukan aktifitas bersama (tidak individual). Dengan pertimbangan di atas, konsep penataan ruang publik dalam rumah susun bagi mahasiswa adalah sebagai berikut : a. Aula Aula di rumah susun bagi mahasiswa, utamanya harus dapat menampung kegiatan belajar bersama. 1) Luas : dapat menampung 75% penghuni dari total jumlah unit hunian per lantai, dengan penataan layout perabot yang dilengkapi kursi dan meja belajar.

2) Letak : terdiri atas aula-aula kecil yang terletak di setiap lantai unit hunian. 3) Sirkulasi udara : berpembatas masif setinggi kurang lebih 1.2 m dan sisanya berbatasan 4) Arah pandang : memiliki arah pandang utamanya ke unit hunian. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi dan meja untuk belajar, dapat pula televisi sebagai hiburan pendukung. b. Tangga dan bordes Penggunaan tangga dan bordes di rumah susun bagi mahasiswa sebagai area interaksi tidak terlalu signifikan, karena fungsi utamanya sebagai daerah sirkulasi. Tetapi area ini dapat digunakan sebagai area interaksi bagi penghuni dari lantai berbeda, sekedar bertegur sapa atau mengobrol dalam durasi waktu yang rendah. 1) Luas : disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku. 2) Letak : di tengah bangunan. 4) Arah pandang : memiliki arah pandang ke segala arah. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tidak diperlukan. c. Koridor Koridor di rumah susun bagi mahasiswa, sangat potensial sebagai area interaksi karena letaknya sangat mudah dijangkau dari unit hunian. Sehingga dapat menciptakan rasa kebersamaan dan saling menjaga utamanya antar penghuni dalam satu lantai. 1) Luas : koridor dengan satu sayap (single loaded corridor) yang ukurannya disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku. 2) Letak : berbatasan langsung dengan unit hunian. 4) Arah pandang : ke arah unit hunian lainnya. Jadi, antara koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang satu, dipisahkan oleh void terhadap koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang lainnya. Sehingga, antara unit hunian lainnya secara tidak langsung dapat saling berhadapan, dan menciptakan rasa aman dan keakraban antar penghuni. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi, meja, atau bangku. Dengan tetap memperhitungkan faktor keamanan dan keselamatan yaitu meletakkannya bersandar pada dinding unit hunian, bukan pada dinding pembatas antara koridor dan void. 2. Penataan ruang publik dalam rumah susun bagi pegawai industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektifitas ruang publik dalam rumah susun bagi pegawai industri adalah cukup efektif. Hal tersebut disebabkan karena keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun (RT/unit hunian). Sehingga, ruang publik dalam rumah susun memang dibutuhkan oleh anggota keluarga yang tidak pergi bekerja untuk beraktifitas. Dengan pertimbangan di atas, konsep penataan ruang publik dalam rumah susun bagi pegawai industri adalah sebagai berikut : a. Aula Penghuni lebih membutuhkan aula-aula berukuran kecil (semacam ruang duduk bersama) untuk berinteraksi, dan terletak di setiap lantai sehingga mudah dijangkau dari unit hunian. 1) Luas : dapat menampung 75% penghuni dari total jumlah unit hunian per lantai (dengan asumsi pengguna sebanyak dua orang/unit hunian yaitu ibu dan anak), dengan penataan layout perabot yang dilengkapi kursi atau bangku, dan sisanya tidak berperabot agar anak dapat bermain dengan leluasa. 2) Letak : di setiap lantai unit hunian, dan diletakkan di tengah agar mudah dijangkau dari masingmasing unit hunian

4) Arah pandang : memiliki arah pandang utamanya ke unit hunian agar memudahkan pengawasan oleh penghuni terhadap unit hunian mereka. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi atau bangku. b. Tangga dan bordes Tangga dan bordes sangat potensial sebagai area berinteraksi penghuni dari lantai yang berbeda, utamanya pada area bordes. Dengan memperluas area bordes, penghuni mendapatkan area interaksi tambahan baik untuk berkumpul maupun bermain bagi anak. 1) Luas : disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku, akan tetapi pada area bordes dibuat lebih luas dengan menambahkan panjangnya sekitar 2 m, atau disesuaikan dengan modul. 2) Letak : di tengah bangunan. 4) Arah pandang : memiliki arah pandang ke segala arah. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tidak diperlukan. c. Koridor Area koridor merupakan area yang paling sering digunakan penghuni untuk berinteraksi karena letaknya yang sangat dekat dari unit hunian. 1) Luas : koridor dengan satu sayap (single loaded corridor) yang ukurannya disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku. 2) Letak : berbatasan langsung dengan unit hunian. 4) Arah pandang : ke arah unit hunian lainnya. Jadi, antara koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang satu, dipisahkan oleh void terhadap koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang lainnya. Sehingga, antara unit hunian lainnya secara tidak langsung dapat saling berhadapan, dan menciptakan rasa aman dan keakraban antar penghuni. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi, meja, atau bangku. Dengan tetap memperhitungkan faktor keamanan dan keselamatan yaitu meletakkannya bersandar pada dinding unit hunian, bukan pada dinding pembatas antara koridor dan void. 3. Penataan ruang publik dalam rumah susun bagi pekerja sektor informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektifitas ruang publik dalam rumah susun bagi pekerja sektor informal adalah cukup efektif. Hal tersebut disebabkan karena mereka menganut pola hidup komunal yang berlandaskan atas kebersamaan, serta keikutsertaan anggota keluarga untuk tinggal di rumah susun (RT/unit hunian). Sehingga, ruang publik dalam rumah susun memang sangat dibutuhkan oleh penghuni dengan latar belakang profesi sebagai pekerja informal yang tergolong MBR. Dengan pertimbangan di atas, konsep penataan ruang publik dalam rumah susun bagi pekerja sektor informal adalah sebagai berikut : a. Aula Aula di rumah susun bagi pekerja sektor informal terbagi atas dua jenis. Jenis pertama, aulaaula berukuran kecil (semacam ruang duduk bersama) untuk berinteraksi, dan terletak di setiap lantai sehingga mudah dijangkau dari unit hunian. Jenis kedua, aula dengan ukuran yang lebih luas pada lantai dasar untuk jenis kegiatan yang membutuhkan ruang yang lebih luas misalnya berolahraga, melaksanakan acara/hajatan, ataupun untuk menyimpan peralatan berdagang penghuni seperti gerobak, becak, dan lain-lain. Berikut konsep penataan aula jenis pertama : 1) Luas : dapat menampung 75% penghuni dari total jumlah unit hunian per lantai (dengan asumsi pengguna sebanyak dua orang/unit hunian yaitu ibu dan anak), dengan penataan layout perabot yang dilengkapi kursi atau bangku, dan sisanya tidak berperabot agar anak dapat bermain dengan leluasa.

2) Letak : di setiap lantai unit hunian, dan diletakkan di tengah agar mudah dijangkau dari masingmasing unit hunian 4) Arah pandang : memiliki arah pandang utamanya ke unit hunian agar memudahkan pengawasan oleh penghuni terhadap unit hunian mereka. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi atau bangku. Sedangkan konsep penataan aula jenis kedua, sebagai berikut : 1) Luas : sesuai dengan penataan aula yang ada sekarang dengan meniadakan unit hunian pada lantai dasar, sehingga didapatkan ruang yang luas dan dapat menampung massa ketika salah satu penghuni melaksanakan hajatan misalnya pesta pernikahan. 2) Letak : di lantai dasar. 3) Sirkulasi udara : tidak berpembatas sama sekali, atau dapat juga berpembatas masif setinggi kurang lebih 1.2 m dan sisanya berbatasan 4) Arah pandang : ke lingkungan sekitar rumah susun. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : peralatan (affordances) bermain anak, peralatan berolahraga. b. Tangga dan bordes Serupa dengan tangga dan bordes di rumah susun bagi pegawai industri, tangga dan bordes di rumah susun bagi pekerja sektor informal juga sangat potensial sebagai area berinteraksi penghuni dari lantai yang berbeda, utamanya pada area bordes. Dengan memperluas area bordes, penghuni mendapatkan area interaksi tambahan baik untuk berkumpul maupun bermain bagi anak. 1) Luas : disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku, akan tetapi pada area bordes dibuat lebih luas dengan menambahkan panjangnya sekitar 2 m, atau disesuaikan dengan modul. 2) Letak : di tengah bangunan. 4) Arah pandang : memiliki arah pandang ke segala arah. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tidak diperlukan. c. Koridor Serupa dengan koridor di rumah susun bagi pegawai industri, koridor di rumah susun bagi pekerja sektor informal juga merupakan area yang paling sering digunakan penghuni untuk berinteraksi karena letaknya yang sangat dekat dari unit hunian. 1) Luas : koridor dengan satu sayap (single loaded corridor) yang ukurannya disesuaikan dengan standar perancangan rumah susun yang berlaku. 2) Letak : berbatasan langsung dengan unit hunian. 4) Arah pandang : ke arah unit hunian lainnya. Jadi, antara koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang satu, dipisahkan oleh void terhadap koridor dengan satu sayap yang bergandengan dengan unit hunian yang lainnya. Sehingga, antara unit hunian lainnya secara tidak langsung dapat saling berhadapan, dan menciptakan rasa aman dan keakraban antar penghuni. 5) Ketersediaan peralatan penunjang : tersedia kursi, meja, atau bangku. Dengan tetap memperhitungkan faktor keamanan dan keselamatan yaitu meletakkannya bersandar pada dinding unit hunian, bukan pada dinding pembatas antara koridor dan void.

DAFTAR RUJUKAN Carr, S., Francis, M., Rivlin, L. G., Stone, A. M. 1992. Public Space. USA : Cambridge University Press. Danfar. 2009. Definisi dan Pengertian Efektifitas.Online.(http://dansite.wordpress.com, diakses 24 Februari 2010).) Darmawan, E. 2003. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hariyono, P. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta : PT Bumi Aksara. Lang, J. 1974. Designing for Human Behavior. New York : Van Nostrand Reinhold Inc. Studyanto, A. B. 2009. Ruang Publik. (Online).(http://masanung.staff.uns.ac.id, diakses 24 Februari 2010). Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. 1985. (Online). (http://ciptakarya.pu.go.id, diakses 18 Desember 2008).